23. Bracelet?

151 16 1
                                    

{Misa}

Perlahan kubuka kotak itu, kotak coklat yang kusam karna lama tak terbuka, dan sekarang waktunya untuk menemukan siapa yang telah memberikan benda yang sebenarnya tak berarti bagiku. Tapi entah mengapa aku merasa hal ini harus segera terselesaikan.

Setelah kotak itu terbuka, ada berbagai benda didalamnya. Tapi yang terdapat paling atas adalah sepucuk surat. Kertasnya sudah terlihat sedikit lapuk dan tintanya sudah sedikit memudar, tapi mungkin ada sedikit yang dapat kubaca.

~~~
Dear Misa

Dapatkah kau melihatku?
Sekarang mungkin kau melupakanku
Karna sudah berlalu tahun disaat aku bertemu denganmu
Saat pertama aku bertemu denganmu
Mungkinkah kau mengingatnya?

Untuk saat ini aku masih ada disekitarmu, tapi itu tak akan berlangsung lama.

12-5-10

-M-

~~~

Surat yang aneh.. Apa maksudnya sih? Aku tak mengenalnya.

-M- ? Kira kira siapa dia?

Aku meletakkan surat itu dimeja dan melanjutkan membuka isi kotaknya lagi. Sebuah foto tampak sudah diurutan kedua setelah surat tadi.

Foto seorang bocah lelaki dengan memakai baju biru tua dan berjaket hitam terfoto didalamnya. Bocah lelaki itu berpose dengan membawa bola dan berada disuatu taman kecil yang dilengkapi dengan ayunan disamping tubuh bocah lelaki itu.

Aku mengerutkan kening untuk mengingat siapa bocah lelaki itu. Karna sepertinya aku pernah melihat bocah ini sebelumnya, tapi aku tak mengenalnya, tak mengenal namanya hanya mengenal wajahnya.

Karna mungkin ada yang lebih menarik lagi didalamnya, Aku menaruh foto itu disamping sepucuk surat tadi dan mengambil barang apa lagi yang ada didalam kotak ini. Sebuah gelang terlihat kusam dari dalam kotak. Gelang itu sebenarnya bagus, warna hitam dan dipadu warna biru tua pada tengah tengahnya. Perlahan kuambil gelang itu dan mencoba memakainya. Tak kusangka ternyata terlihat sebuah huruf di gelang tersebut.

"M.E.L." gumamku ketika membaca huruf yang terukir di gelang itu.

Apa artinya? Apakah itu nama seseorang?

Aku tak lagi memikirkan huruf huruf digelang itu, yang pasti sudah tidak ada apa apa di dalam kotak itu. Apa hanya itu isi kotaknya?

Apa petunjuknya? Hanya ada sepucuk surat yang gak jelas, foto seseorang yang sama sekali tak kuingat dan juga gelang kusam yang berukir 'M.E.L.'!

Aku meletakkan lagi surat dan foto itu ke dalam kotak, hanya saja gelangnya aku tetap memakainya, sepertinya ini cocok untuk kupakai. Setelah menutup kotaknya, kutaruh benda itu didalam laci lemari pakaianku.

Kulihat jam dinding dikamarku. Sudah pukul 9 malam jadi aku lebih baik memutuskan untuk tidur.

***

Sejak kejadian disaat Leo membuat kekacauan dirumahku, aku sudah berfikir matang untuk memutuskan hubungan berpacaran (paksa) dengannya. Yah walau sebenarnya aku ingin putus dengannya bukan karna kejadian itu, hanya saja mungkin kejadian itu bisa jadi alasan yg tepat untuk putus dengannya.

Pagi ini saat disekolah aku ingin mengatakannya langsung saat bertemu dengannya. Namun sepertinya tidak berjalan mulus seperti rencana yang sudah kusiapkan.

Karna saat ini aku sedang berhadapan dengan Ester. Sebenarnya aku tidak sengaja menabraknya, dan sekarang gelang yang ia pakai rusak karna tertarik olehku. Gelang yang bagus sebenarnya, tak heran Ester marah padaku dan tak membiarkanku pergi, karna katanya itu gelang dari korea.

"Gue kan udah minta maaf dan bilang bakalan gue ganti, kenapa gue tetep ga boleh pergi?" Tanyaku heran.

Ester tak menjawab, ia malah melihat ku dari ujung rambut sampai ujung kaki, namun matanya dengan cepat kembali ke pergelangan tanganku. Bisa kulihat matanya sedikit terbelalak saat melihat pergelangan tanganku.

Dengan cepat aku sembunyikan tangan kiriku dibalik badan. Aku tau ia melihat gelang yang sedang ku pakai. Gelang yang kutemukan dikotak. Dan pada saat itu juga bola matanya menatap tajam menusuk kedalam mataku.

Apa? Dia kenapa?

"Ke-kenapa?" Tanyaku gugup.

"Lihat" katanya, entah itu sebuah peritah atau permohonan.

"Apa?" Tanyaku lagi, namun kali ini aku tak boleh terdengar gemetar.

"Kasih ke gue gelang yang lo pake." Katanya dengan nada penekanan pada setiap kata.

Ester menengadahkan tangannya padaku. Tatapannya juga belum berubah masih tajam dan menusuk membuat nyaliku jadi menciut. Kalo begini lebih baik dia jadi tukang palak saja.

Aku berikan saja gelang itu padanya.

Yah, aku memberikan kepadanya gelangnya yang sudah rusak, karna kukira ia menginginkan gelangnya kembali.

Tapi Ester langsung membuangnya begitu saja. Aku jadi semakin takut. Mungkin untuk saat ini dalam pikiranku aku membutuhkan Leo disampingku.

"Gue bilang gelang yang lo pake!!" Bentaknya. Okey sekarang sudah cukup, aku sudah muak. Kenapa aku harus takut padanya?

"Kalo gue gak mau kasih lo mau apa?" Kataku santai namun cukup ampuh untuk membuat matanya terbelalak kaget dengan apa yang ku ucapkan.

"Lo bener bener ngajak ribut ya! Gue bilang kasih ke gue!" Matanya melotot seakan mengancam.

"Gue gak mau!" Aku pun juga ikut melotot padanya. Setidaknya bersikap begini akan mengurangi rasa ketakutanku.

"MISA!!" Jeritnya dengan nyaring. Suaranya yang nyaring seakan menarik para penontom kemari, dan para penonton itu sekarang sudah ada disini. Melihat kita berdua saling dorong mendorong, jambak menjambak, dan nyolot menyolot. Sedangkan penontonnya bersorak membela jagoan mereka.

Dan secepat kilat kericuhan sudah terjadi. Namun hanya berlangsung beberapa menit saja.

"Hentikan!!" Suara itu dengan sekejab mengheningkan kericuhan yang sedang terjadi. Sekarang Setiap mata tertuju padanya. Orang bertubuh wibawa, berkumis tebal dan terkenal kejam.

Pak Bondan!

***

Setelah menerima nasehat dan hukuman yang panjang dan berat dari pak Bondan. Aku dan Ester istirahat di UKS. Sebenarnya aku tak mau seruangan dengannya, namun sungguh badanku sakit semua, jadi lebih baik aku tidur.

Kututup tirai di samping tempat tidur, disebelah kasur yang kutempati masih kosong, tapi diseberangnya ada lah kasur yg ditempati Ester.

Aku segera naik ke atas kasur dan ingin cepat cepat tidur. Keadaan disini sunyi jadi cukup nyaman untuk tidur.

Namun aku mulai mendengar suara seseorang.

"Gue cuma mau lihat gelang itu." Suaranya terdengar lebih kalem dan kecewa dari yang sebelumnya.

Aku tak mau menjawabnya, aku hanya ingin istirahat disini, tanpa harus berbicara pada siapa pun.

Sejenak memang hening sampai aku benar benar akan tertidur, namun sebuah perkataan sanggup membuat mataku terbuka lebar lagi.

"Gelang itu bukan punya lo, tapi seharusnya punya gue." Suara orang yang berbicara tetap sama tak berubah, namun sempat membuatku untuk bertanya. Tapi aku memilih untuk tetap diam, menunggunya berbicara lagi.

"Lo udah tidur?" Tanya nya. Tapi aku bisa dengar ia menghembuskan nafas kasar, mungkin ia kesal karna berbicara sendiri tanpa ku dengarkan.

"Terserah lo udah tidur atau gak, yang pasti gue udah tau kalo gadis itu adalah lo!" Ucapnya dengan nada berbeda dari yang sebelummya, kini nadanya seperti memberi petunjuk.

Dalam diam aku mengerutkan dahi. Aku tak mengerti apa yang cewek gila itu katakan.

***•***

Aku udah update lagi nih! Siapa yang nungguin hayooo? Kalo gak ada yang nungguin juga gpp kok, Hehe pokoknya budayakan kalo abis baca jangan lupa voments ya ^^

Just one starTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang