4. Keajaiban Langka

620 45 14
                                    

{Misa}

Sudah kuhitung 3 hari Leo absen tanpa pemberitahuan atau surat. Dan 3 hari pula aku was-was melihat Leo yang telat atau tidak. Walaupun masih untung Leo bolos sekolah, setidaknya kalo dia bolos gue gak kena hukuman dari pak Bondan.

Hari ini aku was-was menunggu Leo datang ke sekolah tapi dengan tepat waktu.

Gue sih berharap dia pindah sekolah atau paling enggak bolos sekolah terus, biar gue lepas dari hukuman Pak Bondan untuk mengawasi Leo.

Pak Dirman sudah bersiap menutup pagar sekolah. Aku menghela nafas lega. Karna sepertinya Leo tidak masuk sekolah lagi. Alias bolos.

Aku ingin membalikkan badan dan kembali kekelas. Tapi ku urungkan itu semua karna terkejut melihat sosok yang sudah 3 hari ini tak tampak. Leo.

Oh my god! Dia masuk sekolah? Dan gak telat? Seriusan? Katanya dia tukang telat, kok ini dia gak telat lagi?

Aku memicingkan mata untuk memperjelas penglihatanku melihat apakah benar tadi itu Leo. Benar saja, itu LEO!

Kusapu pandanganku keseliling lapangan sekolah. Dimana para siswa juga menatap heran melihat Leo yang tidak lagi telat sekolah. Bahkan ada ygang sepertinya langsung heboh dan sibuk memainkan handphone mereka. Sudah biasa jika mereka bergosip ria di Social media. Pasti berita ini akan menjadi berita terpanas. Mungkin dengan judul. 'Leo yang selama ini tukang telat dan bolos sekolah sampai terlihat seperti ditelan bumi ternyata masih hidup!'

Alu tersenyum sendiri memikirkan berita terpanas tentang Leo di SMA Saskaryati, Sampai tak sadar ada seseorang yang menatapku seperti layaknya orang gila yang senyum-senyum sendiri. Aku tak sadar bahwa lapangan sekolah sudah mulai sepi. Bukan mulai, tapi memang sangat sepi.

"Kenapa lo senyum-senyum? Seneng liat gue gak telat?" Tanya seseorang yang kini ternyata telah dihadapanku.

Aku langsung memudarkan senyumanku tadi. Dan langsung memasang muka datar sambil menatap seseorang didepanku itu. Leo.

"Apaan sih?! Siapa juga seneng liat lo gak telat? Lebih baik juga lo bolos sekolah." Kataku cuek lalu membalikkan badan seraya pergi menuju kelas.

"Masih untung gue gak telat, jadinya lo gak dihukum bodoh!" Leo seraya menyamakan langkah kakiku.

Apa katanya? Bodoh?

Sialan!

Dia gak atau kalo gue sering juara kelas?

Fyi, gue dari kecil sering menjadi juara kelas. Sama seperti Kak Alvo. Biasa keturunan dari keluarga gue yang rata-rata genius. Bukan maksud sombong sih. Ah.. sudahlah abaikan.

Aku mendelik sambil menghentikan langkahku. Leo yang melihatku berhenti ikut berhenti dan menatapku dengan tatapan yang tak bisa ku artikan.

"Heh yang lebih bodoh, dengerin ya! Kalo pun lo telat gak bakalan ngaruh buat gue!" Ucapku penuh emosi. Tapi segera aku sadar dengan apa yang baru kuucapkan.

Shock!

Ngomong apa gue barusan? Gak ngaruh? Haduh, Misa bego! Ya jelas ngaruhlah. Masa iya gue mau dihukum sama pak Bondan gara-gara Leo telat? Gak banget!

Leo tersenyun meremehkan. "Oh ya? Beneran gak ngaruh? Oke kita lihat siapa yang ternyata lebih bodoh?" Kata Leo dengan nada menantang. Lalu dia menelengos pergi. Aku hanya diam sambil merutuki diriku sendiri.

Misa lo bego! Bego. Bego!

Gue bego. Bukan bodoh!

Bego sama bodoh sama gak sih?

Just one starTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang