{Misa}
Seseorang menyodorkan sebotol air mineral tepat didepan wajahku. Aku yang sedari tadi sibuk memijat kakiku yang sakit-sakit langsung mendongakkan kepalaku dan menatap seseorang yang memberiku botol air mineral itu. Leo.
"Sebelum gue berubah pikiran." Ucapnya dingin sambil tetap menyodorkan air mineral kepadaku.
Aku hanya diam. Sambil menatap botol yang dibawa oleh Leo. Sebenarnya aku gak mau nerima. Tapi aku juga haus sih. Duh, gimana dong?
Leo berdecak sebal. Lalu dia mengambil tanganku dan menaruh botol yang ia bawa tadi ditanganku.
"Tapi..." ucapku ragu. Aku ingin menolaknya, toh aku bisa beli sendiri tanpa merepoti Leo.
"Udah, lo minum aja. Gue tau lo haus." Kata Leo cuek sambil meminum air mineralnya.
"Okeh. Thanks"
Setelah aku meminum air mineral pemberian Leo, aku kembali memijat kakiku yang masih sakit. Leo bersender pada bangku dan memejamkan matanya. Kita berdua terdiam dalam pikiran masing-masing.
"Lo gak balik kekelas?" Tanya Leo. Aku menoleh menatapnya. Namun Leo tak menatapku balik. Ia tetap menatap ke depan.
"Kaki gue gak kuat buat jalan. Kalo lo sendiri?"
"Gue bantuin. Yok kekelas." Katanya lalu berdiri. Ia mengulurkan tangannya kepadaku.
Eh? Dia kok baik banget?
"Hm. Gak ngrepotin nih? Gak usah deh, kayaknya kakiku udah baikan kok." Dustaku.
Aku tak enak pada Leo, tadi dia sudah memberiku air, dan sekarang dia ingin membantuku berjalan?
Padahalkan kita baru saja berkenalan saat berlari dilapangan tadi.
Melihat Leo yang masih berdiri dan setia mengulurkan tangannya untuk membantuku, aku akhirnya berdiri sendiri dengan sedikit susah payah. Membuktikan bahwa aku bisa berjalan sendiri agar tidak merepotkannya.
Ah! Akhirnya, dengan segala kekuatan yang masihku punya, aku bisa berdiri. "Tuhkan aku bisa." Ucapku menunjukkan bahwa aku masih bisa berjalan sendiri. Bukan, lebih tepatnya berdiri sendiri, karna aku hanya berdiri bukan jalan.
Leo hanya bergumam. Aku pun mulai melangkahkan kakiku walau masih pincang dan lemot seperti siput. Saat langkah kedua tiba-tiba saja tubuhku tak seimbang dan limbung terjun ke lantai dan jadilah pantatku yang indah ini mau tak mau jatuh mencium lantai koridor.
Aku meringis sambil memegangi pantatku yang ku pastikan trepes. Duh, sial abis. Malu dilihat Leo nih.
"Gak nurut sih." Ujar Leo dingin sambil jongkok didepanku.
"Apaan sih! Huh-uh udah deh lo kesana aja. Gue bisa sendiri!" Ucapku kesal. Malu juga sih lebih tepatnya.
"Gak mau dibantuin yaudah." Leo berdiri dan hampir saja meninggalkanku. Tapi aku menahannya dengan menarik pergelangan tangannya agar berhenti.
"Tunggu. Iya deh, bantuin." Ucapku lirih sambil tetap menarik pergelangan tangannya. Tapi setelah itu aku pun melepaskannya.
Leo pun kembali berjongkok dihadapanku. Aku menunduk malu. Tapi sebuah tangan besar mengacak-ngacak rambutku. Tangan Leo.
Astaga! Apa yang Leo lakukan. Rambutku berantakan. Aku ingin memarahinya karna telah mengacak rambutku.
Aku mendongakkan kepala menatapnya. Hampir saja aku jatuh kebelakang karna terkejut melihat wajah Leo yang begitu dekat denganku.
Deg.. Deg.. Deg..
Duh jantungku kenapa nih? Perasaan aku gak lagi lari deh, Kok rasanya kayak abis maraton ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Just one star
Teen Fiction[pending] cerita ini akan lama diupdatenya. Ceritanya aneh, absurd, gak jelas, pokoknya jangan dibaca kalo gak berminat. Terimakasih :) *** Naira Misame Zuka cewek cantik yang ketiban sial gara gara telat dateng ke sekolah dan mengharuskannya di huk...