Perubahan (1)

1.2K 130 10
                                    

"Ayah! Ibu!" Naruto mencari ke tiap sudut rumah, namun ia tidak menemukan kedua orang tuanya.

Menuju teras, ia mendapati Kushina sedang menyirami tanaman dan Naruto segera menghampirinya.

"Ayah dimana, bu?"

"Ayah sudah ke kantor pagi-pagi sekali. Hari ini ada deadline pekerjaan yang harus dikumpulkan."

"Bahkan di hari minggu? Menjadi orang dewasa memang melelahkan." Naruto tak habis pikir dengan pekerjaan orang dewasa yang sungguh menyita waktu.

Bahkan di hari minggu yang seharusnya menjadi hari untuk beristirahat di rumah dan berkumpul bersama keluarga.

Bersyukurlah Naruto yang sekarang masih duduk di kelas 2 SMA dan bisa menikmati hari minggunya dengan tenang.

"Kau seharusnya menyemangati ayahmu. Ia sudah bekerja keras demi kita." Kushina menasihati anak sulungnya.

"Iya, maafkan aku bu. Mana Boru dan Hima?" selain sang ayah, ia juga tidak menemukan sekelebat bayangan kedua adik manisnya yang biasa berkeliaran di seluruh penjuru rumah.

"Mereka masih tidur. Biarkan saja, lagi pula ini hari minggu."

"Ibu, aku pergi dulu ya." Naruto berpamitan sambil mencium tangan ibundanya. Ia tidak sabar untuk segera bertemu dengan Hinata.

"Iya, hati-hati di jalan Naruto." Kushina sedikit menyunggingkan senyum sambil mengamati penampilan Naruto yang sedikit berbeda dari biasanya.

'Mungkinkah Naruto akan bertemu dengan seseorang yang spesial?' batinnya.

.
.
.

"Hinata." Naruto melangkah menghampiri sesosok gadis ponytail dengan kaus hitam bergaris horizontal dan rok putih selutut, memakai sneakers berwarna senada dengan roknya serta tas kecil yang ia selempangkan berwarna coklat polos.

"Hai Naruto." sahut Hinata.

Naruto yang mengenakan kemeja lengan pendek dengan warna yang sama seperti iris miliknya, celana jeans hitam dan sneakers coklat tampak sedikit berbeda dari yang ia temui semalam.

Terutama bagian rambutnya yang sedikit 'berantakan' namun tidak terlihat lusuh, malah memberi kesan jantan di diri si kuning.

"Sudah lama menunggu disini?" Naruto setengah berlari ke arah Hinata, ia takut jika orang yang dimintai tolong telah menunggunya dalam waktu lama karena Naruto datang sedikit terlambat dari waktu yang dijanjikan.

"Tidak kok, aku juga baru saja sampai." jawab Hinata tersenyum.

"Eng, kau... Kau mau menemaniku berbelanja?" Naruto bertanya sembari mengelus tengguknya.

"Tidak masalah. Memangnya kau ingin membeli apa?" ia bertanya balik.

"Hanya beberapa pakaian. Kau tahu tempat toko pakaian yang bagus di sekitar sini?"

"Aku punya beberapa referensinya. Kau mau kesana?" ekspresi Hinata setengah berpikir, mengabsen toko mana saja yang sekiranya bagus dan recommended.

"Boleh." Naruto setuju.

Mereka melangkahkan kaki menyusuri sudut kota. Daripada terlihat seperti sepasang kekasih yang sedang kencan, mereka malah terlihat bagai orang asing yang saling tersesat dan memiliki ide untuk saling membantu satu sama lain.

"Eng, Naruto. Bolehkah aku bertanya?" kata-kata dari Hinata memecah kesunyian diantara mereka.

"Silakan, Hinata."

"Kenapa kau mengajakku berbelanja?" satu pertanyaan mulai meluncur dari bibir pink nan mungil miliknya.

"Eng... i-itu... Aku ingin kau memilihkan pakaian yang pantas untukku." Lelaki berkulit tan ini mencoba memberi pernyataan yang logis dan masuk akal, namun malah membuat Hinata bingung.

"Huh?"

"Ano.. A-aku.. Aku ingin mengubah penampilanku yang sekarang." Ia tidak percaya diri saat mengatakan hal ini pada Hinata.

Ia sendiri menilai penampilannya saat ini dengan Hinata bagaikan bumi dan langit. Mungkin pandangan orang lain pada mereka sebatas tuan putri dan asisten pribadinya.

"Memangnya kenapa, Naruto?"

"Y-ya.. Aku ingin tahu selera perempuan dalam menilai penampilan laki-laki." Naruto memutar otak, mencoba mencari alasan yang pas agar tidak dilihat aneh oleh Hinata.

"Lalu, kenapa kau memilih mengajakku? Bukan mengajak teman wanitamu yang lain?" Hal inilah yang menjadi pikiran Hinata sepanjang malam.

Naruto hanya orang yang baru dikenalnya beberapa kali, bahkan mereka bukan teman sekelas, tapi kenapa justru dirinya yang diajak untuk melakukan hal ini, bukannya orang lain.

"I-itu.. Itu karena.. karena kau bilang bahwa, mataku indah." Hanya jawaban itu yang ada di pikirannya saat ini.

Ia tidak mungkin mengajak Sakura dalam 'misi' ini, sedangkan tujuan utamanya adalah untuk membuat Sakura terkejut dan menjadi tertarik dengan penampilan baru Naruto.

Ino? Tidak akan dan tidak mungkin. Naruto yakin Ino akan 'menyerang'nya bertubi-tubi hingga Naruto dipaksa harus mengungkapkan alasan sebenarnya. Ia juga tidak ingin melihat death glare Ino yang mampu membuat seluruh tubuhnya melemas seketika.

"O-oh.. Me-memang benar. Matamu indah, Naruto." Hinata sedikit tersipu, menatap kembali mata Naruto yang terlindungi oleh kacamata minusnya, namun tidak mengurangi kilau pesona yang terpancar dari iris sebiru lautan itu.

"Jadi aku percaya padamu." Naruto lega. Sepertinya ia berhasil meyakinkan Hinata.

"Hanya karena itu?"

"Maksudmu?" sekarang Naruto yang bingung dengan maksud pertanyaan Hinata.

"Pasti ada alasan lain kan kenapa kau memutuskan untuk mengubah penampilan."

Naruto diam. Tidak menemukan kata-kata yang pas untuk menjawab hal tersebut. Berbagai kosakata yang diingatnya selama ini mendadak lenyap seketika.

"Mungkinkah... kau... sedang menyukai seseorang?" seringai tipis muncul dari nona Hyuuga. Kedua alis ia naikkan ke atas. Saatnya ia melihat reaksi Naruto.

Hinata on point! Sial! Sial! Siiaalll!

Dari sekian pertanyaan, kenapa harus pertanyaan ini yang muncul?

Naruto terperanjat, bicaranya jadi terbata-bata, matanya tak berhenti bergerak kesana kemari dan bulir-bulir keringat terus menetes membasahi wajahnya. Badannya mematung di tempat.

Tawa keras menguar dari kerongkongan Hinata hingga beberapa tetes air mata ikut mengalir dari kelopak matanya.

"Hahaha... Baiklah, aku akan membantumu!" Hinata mengangkat jempol sambil mengedipkan matanya.

Rencana perubahan, dimulai!

Bersambung

Akhirnya Naruto memulai rencana untuk merombak dirinya alias glow up!

Btw Naruto ketahuan sama Hinata kalo mau glow up karena lagi naksir seseorang hehee :>

Jangan lupa kasih rate dan komentarmu yaa (◠‿◕)

Confession Rival Declaration [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang