Bel tanda selesainya pelajaran terakhir berbunyi, para murid segera berhamburan ke luar kelas. Ada yang langsung pulang kerumah, ada yang masih asyik mengobrol dengan teman-teman, ada juga yang mengerjakan piket harian. Sakura pulang bersama Ino dan Shikamaru.
"Bagaimana suasana kelasmu yang baru?" tanya Ino pada Sakura.
"Menyenangkan! Kau sendiri?"
"Kelasku yang sekarang sangat berisik. Kau tahu 'kan Inuzuka Kiba? Tingkahnya begitu menjengkelkan! Tapi anehnya ia malah dipilih sebagai ketua kelas." keluh Ino sambil mengingat muka Kiba yang menurutnya sangat mengesalkan.
"Bagaimana dengan kelasmu, Shikamaru?" tanya Sakura.
"Merepotkan. Mereka menyuruhku menjabat sebagai ketua kelas." jawab Shikamaru sembari menguap. Hal ini dikarenakan pelajaran terakhir yaitu matematika sehingga membuatnya harus berpikir dengan keras di awal semester.
"Wah, kau hebat Shikamaru. Aku yakin kau akan jadi ketua kelas paling jenius diantara semua kelas." sahut Sakura.
"Lalu kelasmu? Siapa yang menjabat sebagai ketua kelas? Jangan-jangan Sasuke?" tanya Ino penasaran.
"Naruto yang menjabat sebagai ketua kelas, dan juga ada yang baru dari dia." Sakura menjawab pertanyaan Ino dengan penuh semangat.
"Benarkah? Ah iya, aku juga mendengar kabar yang beredar kalau sekarang ia menjadi sangat keren. Aku jadi penasaran ingin melihatnya." Ino membayangkan seperti apa Naruto yang selama ini dianggapnya kurang menarik menjadi sangat populer.
Tak lama berselang, pria yang sedari tadi menjadi topik pembicaraan muncul di hadapan mereka bertiga. Ino sangat syok sekaligus terpana dengan Naruto yang dilihatnya sekarang.
"Naruto, kau baru dari mana?" tanya Sakura pada sosok yang ada di hadapannya saat ini.
"Aku baru dari perkumpulan perwakilan kelas untuk membahas kegiatan yang akan diadakan dalam waktu dekat ini. Oh iya, kau tadi juga dicari saat rapat, Shikamaru. Kau ketua kelas 11-1 kan?" kata Naruto.
"Merepotkan, lebih baik aku tidur di rumah."
"Kau ini!" kepalan tangan Ino sekarang sudah melayang di kepala Shikamaru dan memberi benjolan besar yang membuat si rambut nanas mengerang kesakitan.
"Memang ada kegiatan apa dalam waktu dekat?" tanya Ino sambil mengamati wajah Naruto yang menurutnya sangat mempesona. Baru ia sadari ternyata Naruto bisa jadi sekeren ini.
Sekali lagi ia harus tahu bahwa seseorang tak bisa dinilai hanya dari penampilan luar dan dirinya kembali teringat pada masa dimana ia belum berubah menjadi sosok seperti ini sekarang.
Dalam hatinya, ia sangat mengapresiasi perubahan Naruto dan salut akan usaha yang Naruto lakukan.
"Akan ada festival olahraga yang diadakan bulan depan sehingga dimohon untuk tiap kelas mengajukan perwakilan dalam festival tersebut. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan oleh masing-masing ketua kelas besok." terang Naruto pada mereka bertiga.
"Bagaimana nasib kelasmu kalau ketuanya saja tidak berangkat untuk info sepenting ini?" Ino menyindir Shikamaru yang hanya dibalas oleh muka datar dari si rambut nanas.
"Ah, paling besok Temari yang akan mengumumkan informasi tersebut. Dia kan bagian dari OSIS, pasti dia tahu tentang hal ini." jawab Shikamaru santai sembari meletakkan kedua tangan di belakang kepalanya.
"Temari? Oh, satu dari tiga keluarga Sabaku itu ya? Hm aku sering melihat dia saat ekskul. Dia mengikuti ekskul voli putri dan digadang-gadang akan menjadi ace untuk kompetisi voli selanjutnya." jelas Sakura.
'Pasti dia perempuan yang menakutkan.' batin Naruto, Ino, dan Shikamaru bersamaan.
"Ngomong-ngomong, kau tidak pulang bersama Sasuke?" tanya Sakura sambil melihat sekeliling.
"Sasuke masih berkumpul dengan anggota OSIS yang lain, mungkin ia akan pulang terlambat." jawab Naruto.
Seketika dapat dilihat wajah Sakura yang langsung berubah murung. Ia sudah menduga, pasti setelah Sasuke ditetapkan sebagai wakil ketua OSIS, interaksinya dengan Sasuke tidak akan semudah dan sesering dulu.
Namun, rasanya masih berat bagi Sakura untuk memaklumi kesibukan Sasuke dan keadaan dimana ia tidak bisa intens lagi dengan Sasuke.
"Tenang saja Sakura, ada kami yang akan selalu menemanimu." tepukan di pundak Sakura dan suara berat Naruto menyadarkannya.
Iya. Seharusnya Sakura bersyukur karena ia masih memiliki teman-teman yang selalu ada untuknya. Lagipula Sasuke menyibukkan diri untuk hal baik, sudah seharusnya Sakura mendukungnya.
Ia hanya sedih karena selama ini telah terbiasa melakukan apapun berdua dengan Sasuke, dan sekarang ia harus mulai membiasakan hal baru yaitu tidak terlalu bergantung dengan Sasuke. Toh, sampai sekarang pun Sasuke tetap dan akan selalu menjadi sahabat terbaiknya. Sahabat.
Hm, Sakura lupa bahwa ia telah bersahabat begitu lama dengan Sasuke hingga rasanya seperti...
Ah, yang jelas Sakura sangat bersyukur mempunyai teman-teman yang sangat pengertian dengannya yaitu Ino, Shikamaru, dan Naruto. Ia berjanji akan selalu menjaga persahabatan diantara mereka.
"Ayo pulang, teman-teman." ajak Sakura pada mereka bertiga diikuti senyum hangat darinya.
.
.
.Kini hanya tinggal Sakura dan Naruto yang berjalan beriringan. Shikamaru berhenti di halte bus karena rumahnya jauh dari sekolah, sedangkan Ino sudah terlebih dulu sampai di rumahnya.
Sakura dan Naruto telah tiba di persimpangan jalan.
"Ayo, Naruto. Sampai bertemu besok di sekolah." ucap Sakura sambil melambaikan tangan pada Naruto dan mulai melangkahkan kaki ke arah yang berlawanan dengan Naruto.
"Tunggu, Sakura." balas Naruto.
Ia menggenggam tangan kiri Sakura, membuat Sakura berbalik dan menatap Naruto dengan bingung. Ia juga merasa sedikit aneh dengan genggaman tangan Naruto yang menurutnya sedikit... berbeda.
"Ah, maaf, Sakura." Naruto yang melihat ekspresi Sakura segera melepas genggaman tangannya. Ia takut Sakura tak suka dengan apa yang dirinya lakukan saat ini.
"Tidak apa-apa, Naruto. Kau ingin mengatakan apa?" jawab Sakura santai.
"Sakura, kalau kau butuh bantuan, atau saat kau merasa kesepian, kau bisa menghubungiku, kapanpun itu, aku akan selalu ada untukmu." Naruto menepuk puncak kepala Sakura dan tersenyum lembut, membuat bola mata Sakura membulat melihat sikap Naruto yang sekarang dilihatnya.
Sekilas ada perasaan hangat yang memenuhi dadanya saat Naruto mengucapkan kalimat tersebut.
"Baiklah Sakura, hati-hati di jalan. Sampai bertemu besok." sambung Naruto dengan senyum yang masih melekat di wajahnya.
"Eh, i-iya, kau juga hati-hati di jalan Naruto, sampai bertemu besok." jawab Sakura dengan sedikit tergagap. Perasaan bingung dan aneh kini memenuhi otaknya.
Naruto dengan mantap melangkahkan kaki menuju rumahnya. Senyum tak henti-hentinya tercetak di wajahnya. Ia tak sabar menanti hari esok dan bertemu kembali dengan Sakura.
Kau sudah selangkah lebih maju, Naruto!
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Confession Rival Declaration [End]
RomanceUzumaki Naruto, dari sosok pria culun yang dijuluki 'invisible guy' saat di SMP, bertekad untuk memulai kisah barunya di SMA. Mengubah penampilan demi sosok yang dicintainya. Mau tahu perjuangan si Uzumaki dalam mengejar cintanya? Karakter : Naruto...