Hyuuga Hinata

2.4K 199 16
                                    

Satu bulan telah berlalu sejak kejadian di kantin. Keadaan kembali seperti saat mereka belum bertemu.

Naruto menuju kehidupan normal yang memang diinginkannya sejak awal, begitu juga dengan Sakura dkk yang beraktivitas selayaknya yang biasa mereka berempat lakukan.

*kriinggg*

Saatnya istirahat. Para siswa segera memenuhi lorong-lorong kelas untuk melepas lelah setelah berjibaku dengan buku-buku pelajaran. Apalagi pelajaran pertama di kelas Naruto adalah fisika yang katanya merupakan pelajaran paling sulit.

Naruto menata buku-buku miliknya dan memasukkan ke dalam tas, selagi itu ia juga menatap ke arah Sakura yang saat ini tengah mengobrol dengan Ino.

"Sakura, ayo ke kantin."

"Ayo, kau mau makan apa siang ini?"

Pembicaraan antara mereka terdengar hingga ke telinga Naruto, namun mereka sama sekali tidak mengajak Naruto.

Setelah satu bulan berlalu, perlahan kondisi hatinya mulai kembali seperti semula. Namun di sisi lain, ia juga merasakan kesepian yang tak biasa.

Mengapa tak biasa? Selama ini, memang ia telah berteman dengan rasa sepi, namun setelah mengenal Sakura dkk, perlahan perasaan itu mulai hilang dan terganti oleh kebahagiaan ketika dikelilingi oleh teman-teman.

Sehingga, ketika ia kembali lagi ke kehidupan lamanya (yang memang dijalani atas kesadaran sendiri) ternyata tidak membuatnya siap 100% dan merasakan kesepian yang lebih mendalam daripada sebelumnya.

Naruto segera meninggalkan kelas, sebenarnya ia ingin pergi ke kantin, namun ia merasa malas dan canggung jika harus bertemu dengan Sakura dan yang lain sehingga ia memutuskan untuk menuju taman belakang sekolah.

Ia menyusuri tiap lorong dengan perasaan was-was, takut jika berpapasan dengan Sakura dkk. Saat ia tengah mengedarkan pandangannya ke sekitar. Tiba-tiba saja...

*bruk*

"Ah!" terdengar suara lirih disertai dengan buku-buku yang berjatuhan. Kedengarannya seperti suara seorang wanita.

Naruto yang tidak fokus karena sedari tadi sibuk melihat sekeliling akhirnya jatuh terduduk. Dapat dilihatnya sesosok gadis bersurai scarlet juga terjatuh di hadapannya.

Rambutnya panjang dan tergerai indah, ia juga memiliki poni yang tertata rapi, badannya putih seputih susu, kulitnya mulus bak porselen, namun wajahnya tidak terlalu kentara karena sebagian tertutup oleh rambut si gadis.

"Ma-maaf. Ka-kau tidak apa-apa?" Naruto berujar seraya membantu mengambilkan buku-buku yang berserakan di lantai.

"Iya. Aku tidak apa-apa." jawab gadis tersebut. Suaranya pelan dan lembut.

"Terima kasih ya. Oh ya, siapa namamu?" sambungnya.

"Na-namaku..."

"Hinata! Ayo. Kita hampir terlambat untuk rapat OSIS." belum sempat Naruto memperkenalkan diri, terdengar teriakan yang cukup nyaring dari seorang gadis dengan surai coklat dan rambut yang dicepol dua. Mukanya terlihat kejam seperti Ino, tapi sepertinya ia lebih garang dari Ino.

"Ah, i-iya Tenten." sahut si gadis sambil merapikan buku-buku yang sekarang sudah berada dalam genggamannya lagi

"Sekali lagi, terima kasih."

"Eh.. i-iya." ucap Naruto sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Gadis yang bernama Hinata itu pun perlahan melangkahkan kaki menjauh dari tempat Naruto berdiri.

'Hinata, ya?' ia bergumam sambil memandangi punggung Hinata yang perlahan mulai menghilang dari pandangannya.

"Hyuuga Hinata, merupakan anak kedua dari bangsawan Hyuuga. Kabarnya keluarga tersebut memiliki perusahaan Hyuuga Corp yang bergerak di bidang tekstil."

"Kakaknya, Hyuuga Neji yang usianya hanya terpaut satu tahun dari Hinata sekarang duduk di kelas tiga di sekolah yang sama."

"Ia adalah ketua OSIS untuk periode ini dan Hinata juga dikabarkan akan mengikuti jejak sang kakak."

"Kabarnya, kak Neji digadang-gadang akan meraih beasiswa penuh untuk melanjutkan perkuliahan di Universitas Tokyo karena kejeniusannya."

"Wahhh... keren..." Naruto yang menyimak penjelasan sangat kagum dengan keluarga Hinata.

Pantas saja saat pertama kali bertemu dengannya, aura keanggunan yang dipancarkan Hinata begitu kuat dan membuat Naruto terdiam beberapa saat.

"Eh?" tiba-tiba ia menyadari kalau sedari tadi seharusnya hanya ia sendirian yang berdiri disitu.

Tapi... kenapa ada suara baritone yang menyahut di telinganya? Suara itu juga sudah sangat familiar.

Ia segera memutar pandangannya ke belakang dan...

"KA-KALIANN??!! Sejak kap-" Naruto terhenyak saat mengetahui di belakangnya sekarang sudah berdiri Sakura, Sasuke, Ino, dan Shikamaru yang menatapnya dengan pandangan konyol.

"Satu hal lagi, kak Neji dikenal sangat posesif terhadap Hinata. Jika ada yang berani mendekati Hinata maka harus berhadapan dulu dengan sang kakak. Jadi kau jangan macam-macam ya, Naruto." Sakura segera melanjutkan penjelasan panjang lebar dari Shikamaru.

"I-iya.. tapi sejak kap-"

"Beruntung sekali kau bisa menabrak dia. Banyak laki-laki yang ingin mendekatinya tapi sudah takut duluan karena perbedaan status, selain itu juga karena.. kau tahu, kakaknya." Ino tidak mau ketinggalan ikut menimpali.

Sepersekian detik keadaan menjadi hening dengan Naruto yang menunduk lesu, tidak berani menatap ke arah empat orang di depannya.

"Jadi, bagaimana? Kau akan terus hidup sendirian seperti ini?" suara Sasuke memecah keheningan.

Manik hitamnya menatap tajam ke arah Naruto yang sekarang mendongak karena kaget dengan ucapan si surai raven.

"Ah, itu..." ia kembali menunduk sambil memainkan jari-jarinya. Merasa tak mampu untuk memberi jawaban.

"Ayo, Naruto, ikut ke kantin bersama kami. Kau pasti sudah lapar kan?" Sakura segera menarik tangan Naruto.

Hawa panas segera menjalari pipi si pria berkumis kucing ini. Tangan Sakura yang halus terasa hangat. Membuatnya luluh dan hanya bisa mengikuti kemanapun ia akan dibawa.

"Ehm. He-em."

Bersambung

Karena ga tega nungguin munculnya Hinata kelamaan, jadi thor up sekarang ya hehehe :D

Kira-kira gimana yah kisah mereka setelah ini?

Apakah kemunculan Hinata akan mengubah alur secara drastis? apahgi melihat latar belakang keluarga dia yang ternama.

Apakah Naruto tak minder lagi untuk berteman dengan Sakura dkk?

Nantikan kelanjutannya! (◠‿◕)

Confession Rival Declaration [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang