Persiapan

1.5K 132 24
                                    

"Sakura, bangun. Sudah waktunya untuk berangkat ke sekolah!" suara nyaring sang ibu terdengar dari balik pintu.

"Iya, bu." dengan malas Sakura berusaha untuk mengumpulkan nyawanya yang masih melayang ke alam mimpi dan sambil mengucek-ucek matanya.

"Sakura, hari ini ayah dan ibu ada rapat di kantor. Kau tidak apa-apa kan sendirian?" tanya ibunya sambil mengoleskan selai di atas roti dan menyerahkan pada anak semata wayangnya.

"Tidak apa-apa, bu. Nanti aku akan mengajak temanku untuk mampir ke rumah." Biasanya saat orang tua Sakura sedang sibuk, ia akan mengajak Sasuke dan Ino untuk mengunjunginya, namun melihat keadaan Sasuke sekarang sepertinya akan sulit bagi Sakura untuk mengajaknya.

"Oh iya, tumben beberapa hari ini Sasuke jarang berkunjung kesini?" tanya ibunya lagi.

Sakura sudah dianggap seperti anaknya sendiri karena sejak kecil Sasuke sering mampir ke rumah. Sama seperti orang tua Sasuke yang menganggap Sakura sebagai anaknya, terutama karena Mikoto tidak memiliki anak perempuan sehingga ia sangat senang dengan adanya sosok Sakura.

"Dia sekarang menjabat sebagai wakil OSIS, jadi waktunya banyak dihabiskan untuk rapat di sekolah." jawab Sakura dengan nada setengah kesal.

Ya, semenjak jabatan wakil OSIS dipegang oleh Sasuke, bahkan untuk sekedar berangkat dan pulang bersama sudah jadi rutinitas yang langka untuk mereka berdua.

Pada awalnya Sakura mencoba menerima keadaan ini, namun sekaang ia menjadi kesal karena Sasuke mulai jarang berinteraksi dengannya. Paling hanya interaksi di kelas. Itupun sekarang semakin jarang karena kesibukan Sasuke.

"Sasuke memang anak yang rajin. Kau juga sebaiknya lebih berkembang lagi seperti dirinya." Ayah Sakura sejak dulu mengagumi tanggung jawab Sasuke dalam mengemban amanah. Sehingga ia berani menyerahkan tanggung jawab terhadap Sakura pada Sasuke.

"Iya ayah. Sudah nanti ayah dan ibu telat ke kantor lho." Sakura menunjuk jarum jam yang mengarah ke angka 7 sambil menggigit roti isi selainya.

"Ah iya, terima kasih sudah mengingatkan. Kami berangkat dulu ya." ucap ayah dan ibunya sembari mencium kedua pipi anak gadisnya.

.
.
.

"Halo, Sakura." sapa Naruto yang tiba-tiba telah ada di samping Sakura.

"Eh! Naruto? Jarang sekali aku bisa bertemu denganmu di pagi hari." Sakura kaget mengetahui keberadaan Naruto.

Sepertinya selama perjalanan tadi ia lebih banyak melamun hingga tidak sadar kapan Naruto sudah berjalan beriringan dengannya.

"Hehehe... iya biasanya aku membantu ibuku dulu di rumah, maklum adikku masih kecil-kecil. Kasihan juga kalau semua urusan rumah dibebankan pada ibuku." Naruto menceritakan aktifitasnya di pagi hari sembari menatap sosok gadis yang ia cintai.

Dapat ia rasakan Sakura yang tidak ceria seperti biasanya, dan ia tahu mengapa hal itu bisa terjadi.

"Wah, kau berbakti sekali. Pasti kau sangat sayang ya dengan ibumu?" Sakura salut dengan apa yang dilakukan Naruto.

Bahkan ia saja jarang membantu orang tuanya di pagi hari. Apalagi membantu, seringnya Sakura yang dibangunkan oleh sang ibunda agar segera bangkit dari 'singgasana'nya seperti tadi pagi.

"Sejak kecil aku memang lebih dekat dengan ibuku dibanding ayahku, yah walaupun kalau sudah mengomel pasti bikin ramai seisi rumah, hahaha... maklum karena ayahku sibuk bekerja untuk mencukupi kebutuhan kami."

Sakura mendengar dengan serius cerita Naruto mengenai keluarganya. Ternyata Naruto merupakan sosok yang dewasa dan begitu menyayangi keluarganya.

Ia jadi malu sendiri karena sampai sekarang masih suka bersikap manja pada kedua orang tuanya, padahal ia tahu bahwa ayah dan ibunya sudah sangat disibukkan dengan pekerjaan mereka.

"Ngomong-ngomong, Sasuke tidak berangkat bersamamu?" tanya Naruto asal, walaupun jelas ia sudah tahu jawabannya.

"Aku sudah yakin pasti kau akan menanyakan hal itu, apa perlu ku jawab?" lagi dan lagi, setiap teman yang berpapasan dengannya beberapa hari ini selalu menanyakan hal yang sama, membuat Sakura menjadi semakin bosan dan sedih dengan keadaan ini.

"Sakura! Naruto!" panggilan dari Ino seketika membuat mereka berdua tersadar jika telah memasuki gerbang sekolah. Segera mereka bertiga menuju ke kelas karena jam pelajaran pertama akan dimulai.

.
.
.

"Jadi hari ini aku akan mengumumkan kalau bulan depan, tepatnya dari tanggal 5 hingga 9 Juni akan diadakan festival olahraga untuk merayakan ulang tahun sekolah kita yang ke-50." Sasuke selaku perwakilan OSIS menjelaskan tentang festival olahraga yang akan segera dilaksanakan di SMA Konoha.

"Pertandingannya sendiri yaitu voli putra dan putri serta berlaku untuk seluruh kelas 1, 2, dan 3. Selain itu juga akan ada pemilihan suporter terbaik. Lebih lanjutnya akan disampaikan oleh ketua kelas. Silakan Naruto." Sasuke menyerahkan penjelasan selanjutnya pada ketua kelas yaitu Naruto.

"Terima kasih Sasuke. Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, untuk pertandingan voli putra dan putri, masing-masing kelas membutuhkan 8 personil dengan 6 orang sebagai pemain inti dan 2 lainnya menjadi cadangan."

"Oh iya, masing-masing kelas boleh menampilkan dukungan terbaiknya, akan dipilih 3 kelas yang paling kompak dan unik sebagai pemenang." penjelasan dari Naruto langsung membuat heboh satu kelas, mereka sangat antusias dengan adanya festival olahraga ini, terutama karena berarti satu minggu penuh tidak akan ada pelajaran, sungguh surga bagi para pelajar.

"Untuk voli putra, siapa yang bersedia berpartisipasi? Atau kita tunjuk personilnya?" Naruto menanyakan ketersediaan teman-temannya dalam acara ini.

"Apakah anggota OSIS boleh berpartisipasi dalam pertandingan ini?" tanya salah seorang teman.

"Boleh." jawab Sasuke singkat, ia sedikit curiga dengan pertanyaan yang meluncur dari temannya.

"Kalau begitu aku menunjuk Sasuke!" teriak teman lainnya dengan keras.

"Benar! Sasuke!"

"Setuju! Pasti akan jadi pertandingan yang seru kalau Sasuke ikut!"

"Kau juga, Naruto!"

"Eh? Aku?! Tapi aku-" Naruto mencoba berkilah dari 'serangan' yang dilancarkan teman-temannya.

Bertanding voli merupakan hal yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Walaupun ini hanya pertandingan antarkelas, tapi ia benar-benar tidak percaya diri dengan kemampuannya yang menurutnya tak ada apa-apanya dibandingkan Sasuke.

"Kau pasti bisa!"

"Tenang saja Naruto, kami akan mendukungmu!"

"Kami percaya padamu, Naruto!" teriak teman sekelasnya kompak. Membuat kepercayaan diri Naruto bangkit.

"Baiklah. Kalau begitu..." akhirnya Naruto mengiyakan permintaan teman-temannya.

Setelah melalui waktu-waktu penuh pertimbangan, kelas Naruto telah selesai menentukan para pemain voli, sedangkan sisanya ikut berpartisipasi sebagai suporter dan berencana untuk menyiapkan properti menarik agar suasana dalam pertandingan menjadi semakin seru.

Selain itu beberapa orang ditunjuk sebagai sie konsumsi dan P3K untuk menyediakan kebutuhan serta keselamatan bagi para pemain.

Mereka saling bekerjasama mempersiapkan diri untuk menunjukkan yang terbaik saat festival olahraga berlangsung.

"KELAS 11-6.... JAYAAA!!!"

Bersambung

Assiikkk... habis ada festival yang isinya stand makanan, pameran, dan seru-seruan... sekarang bakal ada lagi festival olahraga!! (≧▽≦)

Kalo gini thor jadi pengin daftar ke sekolahnya Naruto dehh ಥ‿ಥ

Thor pilih olahraga voli soalnya suka nonton Haikyuu!!

Gimana keseruannya? Nantikan di chapter selanjutnya!

Confession Rival Declaration [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang