Niat gue yang mau begadang. Tidak akan tidur sampai pagi. Itu gagal. Gue cuma tahan sampai jam 2. Seterusnya gue tidur. Dan pas banget dengan azan subuh berkumandang, gue bangun. Langsung mandi dan salat.
Habis salat. Sunghoon juga belum bangun. Nyenyak banget dia tidurnya. Gue jadi tidak berani membangunkannya. Pasti capek. Lagian juga masih jam setengah 5 pagi.
Sebelum gue keluar mau bikin sarapan. Gue sempatkan untuk membongkar isi tas gue dan menata baju-baju gue di lemari. Punya Sunghoon juga. Gue sudah menyandang status sebagai istrinya. Tidak etis kalau punya gue rapi tapi punya suami gue, bajunya berantakan.
Selesai dengan baju. Gue melangkahkan kaki gue buat ke dapur. Ada di lantai satu. Karena rumah yang diberikan oma itu dua lantai. Dan mewah banget bagi gue. Taulah gue norak tapi dibandingkan sama rumah gue sendiri. Yaaa... ini bagusss banget.
Sampai di dapur gue bingung. Ini perabotan dapur bening-bening banget. Gue garuk-garuk pelipis yang sebenarnya tidak gatal. Gue merogoh saku rok yang gue pakai dan menemukan ponsel gue sendiri. Gue browsing deh alat apa aja yang ada di dapur itu. Dan fungsinya buat apa. Sumpah gue norak. Karena di rumah gue sebelumnya, di dapur itu cuma ada wajan panci doang. Mana pada gosong pantatnya. Dan sekarang tepat di depan mata gue. Ada banyak barang yang asing bagi gue.
Setelah lama browsing dan ragu sama benda-benda yang gue pegang. Akhirnya gue bisa masak juga. Bodo amat sama rasanya yang penting gue bisa makan:((
Huhu nasib orang norak sih.
Pagi ini gue cuma bisa masak nasi goreng sama telur mata sapi. Tapi gue takut Sunghoon tidak mau masakan gue ini. Dan ide yang masuk ke kepala gue adalah buatin dia sarapan roti sama selai doang.
Selesai dengan acara masak-memasak. Gue balik lagi ke kamar. Mau ganti seragam, hari ini gue harus masuk sekolah. Pas sampai di kamar Sunghoon sudah tidak ada di kasur. Mungkin sudah bangun dan mandi. Soalnya pintu kamar mandi ketutup.
Gue cepat-cepat ganti baju sebelum Sunghoon selesai mandi. Malulah kalau kepergok lagi ganti baju. Sudah halal pun gue kan statusnya masih pengantin baru.
Barulah saat gue masukin buku pelajaran ke tas. Sunghoon keluar dari kamar mandi. Rambutnya masih basah dan dia keringin pakai handuk kecil. Untungnya dia tidak shirtless. Jadi aman mata gue masih suci.
Kita tatapan selama beberapa detik. Sunghoon langsung melengos karena mungkin dia tau gue yang jadi malu sendiri. Pokoknya suasananya canggung.
"Mas"
Sunghoon cuma melirik gue sebentar dengan dia yang lagi buka lemari. Buat cari baju. Lama gue diam. Sampai..
"Kenapa?" Sunghoon bicara dengan nada gemas geregetan gitu.
Sebal mungkin karena gue lama bicaranya.
"Anu.. emm.. aku udah nyiapin sarapan di bawah" kata gue dengan cepat dan kilat pergi dari kamar sambil bawa tas.
Tidak tau tadi Sunghoon dengar apa tidak. Gue merasa canggung banget. Mana habis mandi auranya makin ganteng. Putih banget kulitnya jadi insecure. Kulit gue kan butek.
Gue menuruni anak tangga dengan pipi merona. Malu. Tersipu? Ya itulah intinya. Ternyata begini toh rasanya jadi pengantin baru?
Sampai di meja makan gue duduk di salah satu kursi. Gue minum air putih yang gue siapkan buat diri gue sendiri. Untuk menetralkan rasa canggung ini. Belum genap sehari tinggal sama suami rasanya gue mau pulang aja. Sudah tidak betah.
Gue mengambil napas dalam-dalam saat tapakan langkah kaki Sunghoon mulai mendekat. Sepertinya dia sudah selesai menata dirinya untuk pergi ke kampus. Dia menggeser kursi yang ada di depan gue. Dan duduk di sana. Agaknya dia bingung karena gue hanya menyiapkan sarapan sederhana di atas piring itu. Dia menatap gue dingin dan gue jadi salting. Apa dia marah?
"Kita tukeran sarapan" katanya dan sudah mengangkat piring miliknya untuk ditukarkan dengan piring milik gue.
"Eh tapi.." gue mencegah.
Sunghoon berhenti bergerak. Matanya menatap sanggar gue, "tapi apa? Saya nggak mau makan ini" ujarnya.
Gue cengoh dan pasrah sarapan nasi goreng gue dimakan sama Sunghoon. Kira gue dia tadi bakalan tidak suka. Dan ternyata malah milih si nasi goreng ala gue yang dari penampilannya tidak menggoda itu.
Pukul setengah tujuh, gue sudah sampai di sekolah. Diantar Sunghoon. Tadinya gue mau pakai jasa ojol tapi dicegah sama dia. Katanya berangkat bareng. Gue sih sungkan. Biasanya gue datang ke sekolah cuma jalan kaki. Dan sekarang harus naik mobil bareng dia. Gue takut nanti ada kata-kata tidak sedap dari teman-teman gue di sekolah.
"Makasih" kata gue sebelum pergi. Tapi baru saja gue mau buka pintu mobil, tangan Sunghoon mencegah gue.
"Muti nanti pulang jam berapa?" Tanya dia. Seraya melepaskan tangannya dari lengan gue perlahan.
Gue terpaku sejenak, "sekitaran jam 4 sore Mas" jawab gue.
"Nanti chat saya aja" ucapnya. Gue mengangguk paham.
"Aku pamit. Mas hati-hati" ucap gue dengan manis dan Sunghoon hanya mengangguk seraya menyunggingkan senyum tipis.
Gue keluar dari mobil dan jalan santai untuk menuju kelas gue. Tatapan semua orang itu selalu aneh ke gue. Padahal gue pakai seragam dengan benar. Dan tidak pernah bikin ulah apapun di sekolah. Mungkin karena gue yang miskin. Jadi mereka yang merasa gue tidak selevel dengan mereka. Selalu menganggap gue remeh dan kecil.
Karena hal itu gue jalan dengan kepala menunduk. Gue tidak malu dengan kehidupan gue yang serba kekurangan. Hal itu malah jadi motivasi untuk gue rajin belajar. Semisal di masa depan gue beruntung jadi orang besar, gue bisa membungkam orang-orang yang selalu mencemooh gue karena gue dulu miskin.
Di kelas. Masih sepi. Hanya ada sahabat gue Rani yang sudah datang. Dia duduk di depan gue.
"Heiii baru dateng?" Sambutnya dengan riang. Anaknya periang banget. Dan mood banget.
Gue membalasnya dengan anggukan saja. Dan meletakkan tas di meja lalu gue duduk di bangku milik gue.
Belum ada semenit gue duduk. Salah satu geng terkenal di sekolah gue masuk. Si ketua langsung berdiri di samping meja gue.
"Heh Lo miskin. Diantar siapa Lo tadi?" Tanyanya.
"Aku hanya menumpang di mobilnya" kata gue bohong.
Dia yang bertanya tadi malah ketawa sinis. Bersama ketiga dayang setianya.
"Bukan Om Om yang Lo goda semalam?" Ujarnya yang membuat gue jengkel.
Gue diam. Tak ingin meladeni olokan mereka. Gue diam bukan gue mengakui. Tapi karena.. ya apa gunanya menjawab. Mereka selalu berkata semaunya. Tanpa tau orang itu sakit hati karena perkataannya.
"Lo jangan sok cakep yaa, dasar miskin" si ketua tadi menjambak rambut gue. Geng dia namanya richgirl. Dan ketuanya bernama Bianca. Geng mereka memang terkenal tukang bully. Semua kasus perundangan yang ada di sekolah pasti geng mereka pelakunya. Termasuk korbannya adalah gue. Walau kadang gue melakukan perlawanan.
Gue heran sama mereka. Kalau mereka tau gue sekarang tidak miskin lagi dan mendapat suami tampan nan kaya raya. Apa mereka masih mau membully gue?
-selamat membaca-
Semangat puasa ges!
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Sunghoon
RomanceArrayamuti harus siap menikah diusianya yang masih 17 tahun. Menikah muda dan tanpa cinta sebenarnya siapa yang mau? Meski dengan Steve Park yang terbilang manusia paling tampan yang pernah Muti temui seumur hidupnya. Start 29-03-21 End 03-02-23 Su...