Setalah mengganti baju dan minum obat. Sunghoon bersiap untuk tidur. Wajahnya masih pucat dan hidungnya juga berubah merah. Muti langsung menahan kepala Sunghoon yang beberapa senti lagi menyentuh bantal. Masalahnya rambutnya masih basah. Dengan gerak cepat Muti mengeringkan dulu rambut basah suaminya dengan handuk. Supaya Sunghoon bisa segera istirahat dengan nyaman juga.
"Udah. Tidur ya?" Suruh Muti dan berlalu meninggalkan Sunghoon untuk meletakkan handuk basah tadi ke keranjang cucian.
"Mas kenapa sih mau aja disuruh lembur tadi? Kan jadi pulang malam banget. Hujan deras gitu, nggak mau pakai jas hujan lagi. Bandel!" Omel Muti sembari menempelkan plester demam di kening Sunghoon.
Sunghoon sendiri tidak menyahut, malah senyum dengan omelan penuh kekhawatiran dari istrinya. Sunghoon pikir kalau tidak punya istri siapa yang mau mengkhawatirkan dirinya? Semakin hari Sunghoon butuh juga kegunaan Muti seperti yang sekarang.
"Peluknya mana?" Tagih Sunghoon merentangkan kedua tangannya.
"Dingin banget emang?" Tanya Muti tapi mulai mendekati Sunghoon yang duduk di kasur. Berakhir mereka tidur dengan berpelukan.
"Tadi saya makan dulu sama senior di kantor. Jadi makin malam pulangnya." Sunghoon menjelaskan alasannya pulang telat.
"Iya deh. Besok-besok kalau pulang telat lagi bilang ya? Terus besok bawa mobil aja. Muti nggak mau mas kaya gini tauk. Kasian liatnya." Balas Muti berpesan pada Sunghoon.
"Iya iya yang khawatir." Balas Sunghoon terselip sindiran manis untuk istrinya.
"Iyalah khawatir. Masa enggak?" Balas Muti.
Setalah itu hening. Sunghoon juga sudah memejamkan matanya. Sedangkan Muti malah betah terjaga. Mungkin efek tadi panik dengan kepulangan Sunghoon yang mengenaskan jadi kantuknya menguap begitu saja.
Muti terkejut saat menemukan Sunghoon tidur dengan keadaan telanjang dada. Langsung saja dia mengamati keadaannya sekarang. Bajunya masih utuh dia pakai. Apa mungkin suaminya kegerahan dan melepas bajunya sendiri? Muti bahkan tak ingat kapan Sunghoon melepas piyamanya.
Kurang lebih dua hari Sunghoon tidak masuk. Dan selama itu dia hanya bisa istirahat di dalam kamarnya. Menetap di istana Park, dengan Muti yang merawatnya dengan baik.
"Ngapain lepas baju?" Tanya Muti ketika Sunghoon juga ikut bangun.
Sunghoon menggeliat sebelum menjawab, "tadi. Badan saya lengket. Dua hari nggak mandi."
Muti menghela napas panjang. Kasian juga melihat Sunghoon yang sedang sakit seperti ini. Padahal dia sendiri yang melarang suaminya untuk mandi. Takut lama sembuhnya, katanya.
"Dipakai lagi bajunya. Atau aku turunin suhu ac-nya?" Muti memberi pilihan.
"Nggak mau. Ayo bobok lagi." Aksi Sunghoon membuat Muti tidak perlu mengkhawatirkannya. Dan merengkuh badan istrinya agar tertidur kembali.
Bukannya segera memejamkan mata dan kembali tidur. Muti malah memandang wajah suaminya. Dibilang sakit tapi masih ganteng paripurna.
"Saya tau saya ganteng. Tapi jangan diliat terus." Ucap Sunghoon yang merasakan dirinya terus ditatap oleh Muti.
"Biarin. Daripada mubazir." Sanggah Muti. Kadang ada rasa bangga karena mempunyai suami tampan. Tapi lebih banyak insecure-nya juga.
"Ck! Kalau insecure saya nggak mau tanggung jawab." Balasnya.
"Pede banget. Dasar jelek!" Kesal Muti dan menjauhkan dirinya dari pelukan Sunghoon.
"Gitu aja ngambek?" sindir Sunghoon yang sadar Muti tak mau dia peluk lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Sunghoon
RomanceArrayamuti harus siap menikah diusianya yang masih 17 tahun. Menikah muda dan tanpa cinta sebenarnya siapa yang mau? Meski dengan Steve Park yang terbilang manusia paling tampan yang pernah Muti temui seumur hidupnya. Start 29-03-21 End 03-02-23 Su...