Jam digital yang ada di meja nakas telah menunjukan pukul dua dini hari. Namun dengan perlahan kedua netra Muti mencari secercah cahaya dari lampu tidur yang menyala. Dirinya tiba-tiba terjaga, bukan karena ingin buang air atau kebiasaan lainnya. Melainkan merubah posisinya menjadi menghadap pak suami. Malam ini suami Muti ada di rumah. Sejak mereka bertengkar tempo hari, baru malam ini Sunghoon enak tidur di rumah.
"Ganteng.." Muti memuja wajah suaminya dengan nada rendah.
Tidak takut jika Sunghoon akan terbangun dengan sentuhannya, Muti menusuk pelan pipi Sunghoon yang ketika pria itu tersenyum akan muncul lesung pipitnya yang candu.
"Mass.." nada Muti mulai merengek ketika mencoba membangunkan Sunghoon.
"Mass bangun... Temenin... Masssss.." Muti menggoyangkan badan Sunghoon dengan tangan kanannya. Berharap Sunghoon segera tersadar dari mimpinya.
"Mas ih.. bangunn.. temenin Muti." Muti masih belum menyerah.
Sunghoon menepis tangan Muti yang menyentuh lengannya. Perlahan kesadaran pria dua puluh tahun itu terkumpul. Mata sipitnya menatap Muti dengan sengit, seakan bisa Muti artikan jika Sunghoon kesal padanya.
"Jam berapa sih?" Tanya Sunghoon dengan nada serak khas bangun tidur.
"Jam dua." Jawab Muti.
"Terus kalau baru jam dua kenapa dibangunin? Waras kamu?" Sebal Sunghoon ngomongnya bak ngerap.
Muti memasang wajah watados lalu beralih mengerucutkan bibirnya dengan Omelan Sunghoon barusan, "temenin buat mie instan ya, mas?" Pinta Muti dengan wajah antusias.
Sunghoon tidak menjawab, tapi kembali menaikkan selimutnya. Saat matanya baru akan dia pejamkan, Muti dengan cepat mencegahnya dengan memeluk Sunghoon.
"Ayoookkkk!!" Rengeknya dipelukan suami.
"Buat sendiri kan bisa Mut. Saya mau tidur!" Sunghoon sedikit menyentak.
"Nggak mau. Mas temenin atau mas aja yang bikinin?" Muti dengan keberanian membuat dua pilihan untuk Sunghoon.
"Sejak kapan kamu berani dengan suami kamu?" Tanya Sunghoon. Masih saling memeluk.
"Sejak... Sejak kapan? Sejak mas Sunghoon marahin Muti kemarin. Muti kesel." Ucap Muti dengan wajah polos dibuat-buat.
"Ck! Itu biar kamu nggak bikin masalah. Makanya saya marah. Maaf kemarin sempat bentak." Minta maaf Sunghoon pada akhirnya. Muti cengengesan dengan menangkup wajah Sunghoon.
"Iyadeh dimaafin. Tapi temenin. Pokoknya aku mau mie instan sekarang."
Dengan setelan pajamas warna navy, Sunghoon menunggu Muti di kursi pantry. Melihat punggung istrinya yang sekarang tengah sibuk membuat mie, dengan wajah bantal dia mulai meletakkan kepalanya di meja. Jujur saja Sunghoon benar-benar tidak bisa menahan kantuknya. Pasalnya dia baru saja selesai mengerjakan tugas kuliahnya tiga jam yang lalu. Dan ketika merasakan tidur dengan nyenyak, Muti berulah dengan mengganggu waktu tidurnya.
"Mass.." Muti mengusap rambut Sunghoon.
Sunghoon perlahan menegakkan kepalanya, menatap Muti seraya mengucek kedua matanya.
"Udah?" Tanyanya.
Muti mengangguk dan membawa mie instan buatannya ke meja makan. Sunghoon dengan langkah malas mendekati meja makan. Lalu duduk berdua dengan Muti.
"Aaaaaaak.." Muti menyuapkan mie tadi untuk Sunghoon.
Sunghoon memincingkan kedua bola matanya, "saya nggak mau." Tolak Sunghoon.
Muti cemberut, "kalau nggak mau, aku buang mie-nya." Rajuknya. Dan dengan terpaksa Sunghoon membuka mulutnya, menerima suapan dari Muti.
"Kamu yang pengin, kenapa saya yang harus makan? Waras, nggak sih, kamu?" Kesal Sunghoon pada akhirnya.
"Hehe.." cengirnya watados, "kita udah berapa bulan nikah, mas?" Tanya Muti disela-sela makan.
Sunghoon bukan menjawab malah menatap Muti dengan datar, "nggak pernah ada waktu buat ngitung."
"Jahat banget. Udah dua bulan? Hampir tiga Ding." Ucap Muti.
"Udah sana habisin. Saya mau tidur lagi." Baru saja Sunghoon menyelesaikan ucapannya, ponsel yang sedang dia genggam menampilkan notif pesan dari Jake sahabatnya.
"Kenapa mas?" Tanya Muti yang peka dengan perubahan ekspresi dari Sunghoon.
"Jake ngajak keluar. Saya siap-siap dulu." Setelah mengatakan itu, Sunghoon bergegas bangun dari kursi dan akan naik ke lantai atas.
"Muti nangis kalau mas Sunghoon pergi." Ancam Muti.
Sunghoon menghentikan langkah dan berbalik menatap Muti dengan raut kesal.
"Nggak usah manja deh. Saya nggak terpengaruh dengan ancaman kamu." Balas Sunghoon dan tak menggubris Muti lagi.
"Muti aduin ke papa. Kalau mas Sunghoon suka keluar malam dan sering mabuk." Skak mat. Sunghoon berlari menuruni anak tangga, menghampiri Muti dan menutup mulut istrinya.
"Jangan macam-macam kamu Muti!" Muti melepas bekapan tangan dari Sunghoon, lalu tertawa dengan lepas.
"Hahaha.. ya salah sendiri. Mas itu udah punya istri. Masih aja suka keluyuran. Apalagi tiap pulang pasti mabuk. Muti bisa gila karena ulah kamu itu, loh, mas?" Ucap Muti panjang lebar.
Sunghoon memutar bola matanya jengah. Dia jadi bingung dengan perubahan kepribadian Muti. Dari gadis polos yang tidak banyak bicara menjadi manja, suka mengancam dan cukup cerewet.
"Kali ini aja saya keluar. Besok nggak lagi?" Sunghoon berusaha bernegosiasi dengan Muti. Namun, Muti menggeleng dengan janji palsu Sunghoon.
"Nggak ada. Sekarang kita nonton tv aja. Nggak ada keluar-keluar. Nggak boleh main lagi. Mas Sunghoon jangan banyak alasan. Atauuuuuu..."
"Iya iya.." balas Sunghoon pada akhirnya. Pasrah karena takut kelakuannya akan diadukan oleh Muti pada papa Park.
Bisa jadi gembel dia jika sang papa tau uang jajan yang beliau berikan dibuat untuk foya-foya di kelab malam. Posisinya sebagai pewaris juga bisa terancam dan dialihkan atas nama Kana.
Sunghoon tidak mau hal itu terjadi. Untuk sekarang lebih baik menuruti apa yang menjadi kemauan Muti. Daripada dia benar-benar menjadi gembel dadakan.
Muti mengusap lembut rambut suaminya, yang saat ini tengah fokus bermain PlayStation. Posisi mereka tengah berada di ruang santai. Sunghoon tiduran di paha Muti. Sebenarnya entah sejak kapan keduanya jadi sedekat ini, setelah sebelumnya menjauh bak kutub Utara dan kutub Selatan.
Seperti sedang kesurupan, hingga Rani dibuat merinding hanya karena Muti memesan dua mangkok mie ayam sekaligus. Rani geleng-geleng kepala melihat dengan rakusnya Muti menghabiskan dua porsi seperti orang tidak makan dua Minggu.
"Pelan-pelan anying. Ya Allah!" Suruh Rani
"Entar kalau dingin nggak enak." Kilah Muti.
"Dasar Lo, percuma kemarin-kemarin Lo gegayaan pengin diet. Kalau sekarang porsi makan Lo kaya kuli." Sindir Rani dengan sinis.
"Gampang. Besok diet lagi. Yang penting sekarang perut gue kenyang." Balas Muti dengan entengnya.
"Ehh.. gue belum pesen minum ya, Ran?" Tanya Muti ke Rani.
"Kagak. Lo kan daritadi antri di mie ayam." Jawab Rani pamer minum es tehnya di depan Muti.
"Dih!" Respons Muti yang dibuat sok sinis.
Baru saja Muti hendak memesan minum, dia dibuat bingung dengan kedatangan Bianca dengan satu gelas jus jeruk yang gadis itu berikan untuk Muti.
"Apa?" Tanya Muti.
"Lo belum pesen, kan? Nih, punya gue aja Lo minum." Bianca meraih tangan Muti dan memberikan jus yang ia bawa untuk Muti.
"Nggak kok, kalau Lo mikir disitu ada racun atau sesuatu yang lain. Gue benar-benar ikhlas ngasih buat Lo. Itung-itung gue minta maaf ke elo. Lo maafin, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Sunghoon
RomanceArrayamuti harus siap menikah diusianya yang masih 17 tahun. Menikah muda dan tanpa cinta sebenarnya siapa yang mau? Meski dengan Steve Park yang terbilang manusia paling tampan yang pernah Muti temui seumur hidupnya. Start 29-03-21 End 03-02-23 Su...