bagian delapan💎

1.7K 131 12
                                    

Dengan penampilan barunya, Muti berjalan dengan percaya diri memasuki ruang kelas. Beberapa temannya termasuk Rani langsung kaget dengan kedatangan Muti.

"Gila gilaa... Ini elo Mut?!" Rani dengan heboh, menghampiri Muti.

Muti hanya tersenyum malu dan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Lo pasti ga rela, kan, sebenarnya. Lo kan suka banget rambut panjang?" Raut wajah Rani berubah sendu. Dia tau persis jika sahabatnya ini begitu menyukai rambut panjang.

"Ya mau gimana lagi. Lagian udah acak-acakan kemarin. Terpaksa sih. Tapi nggak apa-apa." Muti coba mengembangkan senyumnya kembali.

"Dengar-dengar, Lo punya kakak? Kok gue nggak tau?" Tanya Rani, sembari menuntun Muti untuk duduk bersama.

"Kata siapa?" Muti malah balik bertanya.

"Seluruh sekolah juga udah tau. Emang Lo nggak baca grup angkatan. Rame banget gosipin Lo punya kakak. Ya, biangnya sih siapa lagi..?" Muti mengerutkan dahinya, mencoba berpikir.

Ohh.. ya! Pasti Bianca and the geng. Siapa lagi kecuali mereka. Sebab Sunghoon yang mengaku sendiri pada Bianca jika lelaki itu adalah kakaknya.

"Iya sebenarnya, aku punya kakak. Maaf ya, baru bilang. Tapi cuma kakak sambung." Aku Muti pada akhirnya. Memilih jalur sandiwara ketimbang menjelaskan hubungan dirinya dengan Sunghoon yang sebenarnya.

"OOO.... Liat deh gengs. Penampilan si putri sambung Park Group." Itu suara lantang Bianca.

Muti masih di posisinya. Dan Bianca perlahan menghampiri.

"Gue nggak takut ya, soal ancaman kakak Lo kemarin. Urusan kita belum selesai." Ucap Bianca, menekan setiap katanya.

"Nggak apa-apa, nggak takut. Toh, mas Steve nggak pengin nakut-nakutin kamu. Tapi beneran kalau mau posisi papa kamu digeser sama orang lain. Itu nggak sulit." dengan berani Muti membalas Bianca.

Mendengar itu, wajah Bianca berubah pucat. Inginnya gadis cantik itu membalas. Tapi lagi-lagi, dia tidak ingin posisi papanya terancam.















Setibanya di rumah, Muti kembali ke rutinitasnya. Menyibukkan diri untuk membersihkan rumah. Dulu, saat belum menikah dengan Sunghoon. Setelah pulang sekolah Muti tidak langsung pulang ke rumah. Melainkan mencari uang tambahan menjadi guru les, yang sekiranya uang yang dia dapat bisa membantu ekonomi keluarga. Meski hal itu dia lakukan tanpa diketahui oleh sang bunda.

Sekarang, pekerjaan sebagai guru les dia tinggalkan. Sebab ada tugas lain yang harus dia lakukan. Pun, tanpa bekerja lagi Muti sudah tercukupi.

"Kamu mau nyuci?" Tanya Sunghoon ketika Muti tengah sibuk memilah baju di keranjang kotor.

"Iya. Tadi mas Sunghoon udah makan, kan?" Giliran Muti sekarang yang bertanya.

"Udah." Jawab Sunghoon sembari memainkan ponselnya.

Keadaan kembali hening. Sebelum, suara bising mesin cuci mengisi kesunyian antara dua manusia yang masih sama-sama sibuk dengan aktivitasnya.

"Mas.." panggil Muti mulai melangkah menghampiri Sunghoon.

Sunghoon tidak menjawab. Hanya sekilas melihat Muti dan kembali asyik dengan ponsel di tangannya.

"Nggak mau ke rumah mama? Jenguk gitu. Kayaknya udah lama kita nggak ke sana." Kata Muti.

Yang membuat kaget Muti adalah. Sunghoon merespons dengan gelengan. Tanda bahwa suaminya tidak setuju dengan sarannya.

"Muti kangen oma, mas. Kalau gitu, anterin aja deh." Bujuk Muti.

Me And SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang