bagian sepuluh 💎

1.6K 121 6
                                    

Ketika bangun gue merasakan sesuatu yang berat ada di sekitar perut gue. Gue tidur menghadap ke kanan, saat gue berbalik untuk mengecek ternyata Sunghoon yang tengah memeluk gue sekarang. Tidak biasanya, dan posisi kami begitu dekat. Wajah sempurna bak pangeran itu gue tatap lamat hingga aroma kuat alkohol terasa di indera penciuman gue. Pantas Sunghoon memeluk gue, dia sedang mabuk.

Akhir-akhir ini Sunghoon selalu pulang dalam keadaan mabuk. Entah gue pun tak tau bagaimana circle Sunghoon. Tapi jika setiap hari harus pulang dalam keadaan sudah teler begini, bukankah berisiko saat Sunghoon mengendarai mobil?

Perlahan gue menyingkirkan tangan Sunghoon yang memeluk erat perut gue. Gue pun segera bangun dan akan membuatkan Sunghoon segelas teh jahe. Yang setau gue teh jahe bisa mengatasi mual akibat hangover.

Mungkin sekitar sepuluh menit, gue kembali ke kamar seraya membawa nampan berisi segelas teh jahe yang baru saja gue buat. Sunghoon masih terlelap tidur tanpa terusik akan kedatangan gue barusan.

Gue segera membangunkan Sunghoon. Sesuai jadwal, suami gue hari ini ada kelas jam 9. Itu artinya masih ada waktu untuk Sunghoon menyembuhkan efek alkoholnya. Daripada harus titip absen.

Gue menggoyangkan badan Sunghoon dengan kedua tangan. Bahkan menepuk pipinya agar Sunghoon segera sadar. Mungkin juga efek gue sedang kesal. Akhir-akhir ini gue mulai berani menatap Sunghoon secara terang-terangan. Padahal dulu sering gugup jika hanya berduaan dengan Sunghoon.

"Masssss... Bangun!" Suruh gue masih menepuk pelan pipi Sunghoon.

Perlahan Sunghoon menemukan kesadarannya. Dan refleks entah karena pening dia memegang kepalanya.

"Apasih!" Sarkas Sunghoon menyingkirkan tangan gue dari pipinya.

"Mabuk lagi?" Tanya gue, dengan raut kesal sedangkan Sunghoon berusaha bangun dan merubah posisinya menjadi duduk.

"Nih, minum. Aku buatin teh jahe. Mas ada kuliah pagi. Jangan lupa." Cerocos gue.

Sunghoon hanya diam dengan masih memijat pelipisnya. Sedikit mengerang, tapi gue menahan diri untuk tidak banyak tanya. Saat gue hendak menarik diri dari tepi kasur, tiba-tiba gue merasa mual.

Gue segera berlari dengan menutup mulut. Setelah sampai di wastafel, gue memuntahkan semua isi dalam perut hingga rasanya perut gue kosong dan membuat gue lemas hampir merosot jatuh kalau saja Sunghoon tidak sigap menahan tubuh gue.

"Kamu salah makan, apa gimana, sih?" Tanya Sunghoon, tapi gue mengabaikannya. Gue tidak sanggup menanggapi karena kepala gue terasa memberat.

"Nggak usah sekolah. Nanti saya buat surat izin." Kata Sunghoon yang sudah menggendong gue.

"Emang nggak apa-apa?" Tanya gue akhirnya dengan suara pelan.

"Kalau kamu mau mati, ya udah sana sekolah." Sarkas Sunghoon menyuruh. Gue memutar bola mata sebal. Gue tanya baik-baik tapi kenapa Sunghoon tega membalasnya demikian.

"Iya makasih mas Sunghoon udah mau buatin surat izin. Bikinin sarapan juga ya?" Kata gue. Bodo amat bikin dia tambah sepet.

Bukan kesal yang gue lihat, Sunghoon malah duduk di tepi kasur dan meminum teh jahe yang gue buat tadi.

"Saya masih hangover, nanti kalau udah mendingan." Balas Sunghoon setelah menghabiskan teh jahe tadi.

Gue tersenyum. Tiba-tiba merasa senang. Tapi entah senangnya karena apa.






Tepat pukul delapan lewat lima belas menit, gue baru bangun. Gue dan Sunghoon sama-sama kembali tidur setelah insiden gue muntah tadi. Sunghoon sudah bergegas membersihkan diri sedangkan gue belum bergeser sesentipun dari kasur. Badan gue masih lemas, sedikit mual dengan pusing yang belum kunjung reda.

Me And SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang