bagian empat belas💎

1.5K 121 1
                                    

Muti baru saja menghabiskan makan siangnya. Ketika dia akan meraih gelas berisi susu ibu hamil, bel rumah berbunyi. Pertanda ada tamu yang datang. Muti awalnya hanya menerka jika itu Kana atau Oma namun...

Ketiganya sama-sama terkejut. Apalagi Muti, dia bahkan panik sekarang. Darimana bisa Rani dan Bianca mengetahui rumahnya?

"Kalian?" Muti menunjuk bergantian kedua temannya itu.

"Gimana Lo bisa punya rumah semewah ini, Mut?" Rani yang takjub.

"OH MY GOSHHHH!!! GUE NGGAK BISA BERKATA-KATA LAGI!!"

Bianca dengan seenaknya menerobos masuk, sedangkan dia belum diizinkan Muti masuk ke dalam rumah.

Rani juga sama terkejutnya dengan apa yang ditunjukkan Bianca. Sebuah kejutan yang sama sekali tidak pernah mereka bayangkan.

"Mut? Itu foto pernikahan Lo?" Tanya Rani menepuk pundak Muti yang jadi mematung tanpa kata.

Padahal Muti sendiri yang mendekor rumahnya kemarin, tapi dia tidak menyangka jika dengan memajang foto pernikahannya akan membuka rahasia yang telah dia tutupi selama ini.
















"Jadi Lo sama suami Lo dijodohin?" Rani dan Bianca kompak.

Muti membalasnya dengan anggukan dan selanjutnya menghela napas panjang. Wow... Tidak tau hal apa yang akan terjadi. Tapi jika sudah terlanjur basah begini, lalu apa yang harus Muti perbuat jika bukan terus terang saja pada kedua temannya.

"Gila sih. GBL GBL GBL Gila Banget Loch!... Lo beruntung banget deh, Mut. Bagi dong rahasianya apa? Siapa tau gue juga bisa seberuntung elo?" Oceh Bianca yang langsung kena toyor di kepalanya oleh Rani.

"Ngadi-ngadi bocah. Dasar!" Kesalnya.

"Sakit njing!" Bianca tak terima. Niatnya ingin membalas tapi Rani lebih dulu menyuapkan potongan semangka ke mulut Bianca.

"Anu.. Mut.. Lo berarti? Udah itu?" Tanya Rani jadi gugup sendiri.

Muti yang langsung paham, agaknya malu untuk mengakui. Dia mengelus tengkuknya dan tidak berani menatap keduanya.

"Pertanyaan Lo sih, salah. Lo harusnya gak tanya gitu, Ran!" Bianca mengomeli Rani.

"Ya terus?" Balas Rani.

"Nggak tau. Yang jelas Muti mah kagak perawan. Namanya nikah kan ada itu first night. Nggak mungkin mereka, maksudnya Muti sama suaminya melewatkan hal kaya gitu." Pendapat Bianca. Muti hanya diam tak bersuara.

"Hueeee.... Bayi gue nggak perawan lagi. Lo kenapa nggak bilang sih, sama gue. Kapan Lo nikahnya? Jahat banget, kaya nggak dianggap sahabat." Rani menangis Bombay. Dan langsung ditenangkan oleh Muti.

"Yahhh kenapa nangis sih. Maaf deh, pernikahan gue tuh sebenarnya cuma ngundang keluarga inti, Ran. Bukan digelar di gedung dan sama sekali nggak ada pesta pernikahan. Jadi maaf ya. Karena nggak bisa ngundang." Jelas Muti.

"Iya iya gue maklumin. Tapi Lo kenapa nggak jujur aja sih? Kan gue kaya orang dongo. Nggak tau apa-apa soal elo. Padahal gue selalu cerita sama Lo." Rani mengeluarkan kekesalannya pada Muti.

Muti cuma nyengir dan memeluk Rani.

"Mas Steve maunya nggak boleh ada orang lain yang tau kalau kita udah nikah. Cuma keluarga besar doang yang tau. Jadi maaf." Muti sekali lagi memberi pengertian.

"Iya deh. Lo langgeng ya sama suami Lo. Jangan suka berantem. Kasih gue ponakan yang lucu." Canda Rani.

"Anyway, suami Lo kemana?" Tanya Bianca. Melihat rumah yang sepertinya hanya dihuni oleh Muti sejak mereka datang.

Me And SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang