Bunyi alarm yang terpasang membuat Sunghoon terpaksa mengumpulkan kesadarannya. Lalu bingung karena tidak menemukan Muti di sampingnya. Sesaat setelah kesadarannya benar-benar kembali Sunghoon panik karena melihat pintu lemari yang terbuka. Memperlihatkan setengah dari isinya yang berkurang.
Sunghoon bergegas bangun dan mencari Muti. Sunghoon pikir kali ini Muti benar-benar kesal padanya. Salah siapa asal bicara? Muti sudah di akhir batas kesabaran menghadapi sikap Sunghoon.
”Muti?" Panggil Sunghoon ketika membuka pintu kamar tamu di lantai atas. Bersebelahan dengan kamar utama.
Kamar tamu kosong. Sunghoon makin panik. Lanjut turun ke lantai bawah. Ada satu lagi kamar di sana. Semoga Muti pindah ke kamar itu, batin Sunghoon.
"Muti?" Panggil Sunghoon ketika memutar kenop pintu, dia benar-benar berharap Muti berada di kamar terakhir.
Benar dugaan Sunghoon. Muti pindah ke kamar lantai bawah. Pas sekali ketika Sunghoon masuk, Muti berniat untuk keluar. Tapi Sunghoon tegas menahannya.
"Kenapa sih pindah pagi-pagi?" Tanya Sunghoon dengan nada kesal tapi ekspresi wajahnya datar.
"Kenapa nyariin?" Balas Muti ketus tapi masih terdengar kalem.
"Emang salah saya nyari kamu?" Sunghoon tak mau kalah.
"Salah. Salah banget." Sahutnya masih ketus bedanya dengan nada sedikit menantang Sunghoon untuk meladeninya berantem.
"Saya minta maaf. Tadi malam saya asal bicara. Kita balik ke atas ya?" Bujuk Sunghoon pada akhirnya.
"Tumben." Balas Muti. Tapi dia punya firasat buruk dengan sikap Sunghoon kali ini. Biasanya marahnya seorang Sunghoon itu cukup lama. Susah dibujuk, malah tambah emosi. Dan sekarang agak lain dari biasanya menurut Muti.
"Balik yuk?" Ajak Sunghoon meraih tangan Muti.
Tapi Muti menepis, "nggak mau. Muti mau di sini aja. Ngapain ngeladenin mas Sunghoon." Ucapnya masih kesal.
"Saya kan udah minta maaf, Mut?" Sunghoon memohon.
"Suka kan tidur sendiri? Kan mas yang pengin?" Jawabnya dan berniat untuk pergi. Tapi dengan secepat kilat Sunghoon mencegahnya.
Lalu mendekap Muti dan menariknya untuk tidur kembali, yang sebelumnya Sunghoon tidak lupa untuk menutup pintu kamar.
"Mas mau apa sih? Muti mau masak buat sarapan." Ujar Muti dengan nafas terengah-engah. Seperti habis berlari. Padahal dia sedang was-was dengan hal yang akan Sunghoon lakukan.
"Nggak usah. Nanti delivery aja. Sekarang sama saya dulu." Kata Sunghoon dan kini membuat Muti tak bisa membalasnya bahkan melawannya lagi.
Muti menggeliat malas saat jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Sayup-sayup dia masih menemukan Sunghoon tidur di sampingnya.
"Jam berapa mas?" Tanya Muti dengan nada serak khas bangun tidur.
"Jam 8 lebih 5 menit." Jawab Sunghoon dengan melirik jam di ponselnya.
Refleks pun Muti terbangun dengan tergesa tapi tidak lupa menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya. Sedangkan suaminya juga ikut kaget dengan pergerakan Muti tadi. Sunghoon men-pause game yang masih berjalan dan menatap Muti sebal.
"Kenapa sih?" Tanya Sunghoon.
"Kenapa mas masih di rumah? Cepet mandi mas!" Suruhnya dengan mendorong badan Sunghoon.
"Ngapain? Mau males-malesan dulu.” jawabnya.
"Entar telat mas. Udah jam segitu ih!" Muti tak berhenti untuk menyuruh suaminya segera mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Sunghoon
RomanceArrayamuti harus siap menikah diusianya yang masih 17 tahun. Menikah muda dan tanpa cinta sebenarnya siapa yang mau? Meski dengan Steve Park yang terbilang manusia paling tampan yang pernah Muti temui seumur hidupnya. Start 29-03-21 End 03-02-23 Su...