bagian sembilan💎

1.6K 125 5
                                    

Gue baru saja sampai di istana Park. Tanpa Sunghoon. Sejak perdebatan kami dua hari yang lalu, hubungan kami merenggang. Di rumah kalau nggak gue sapa duluan, Sunghoon hanya akan diam. Dia seakan nggak menganggap gue ada di sekitarnya. Bagi dia sekarang gue transparan, tak terlihat.

Orang pertama yang gue temui adalah mama Park. Mertua gue langsung masang wajah sengak saat tau gue berkunjung. Saat gue minta salim, tangannya langsung dia sembunyikan di belakang badan. Apa menurut dia gue najis yang nggak boleh disentuh? Tapi ya sudahlah. Beliau memang belum sanggup menerima gue sebagai menantunya.

"Apa kabar ma?" Tanya gue.

"Baik, mana Steve?" Balasnya, bukan menanyakan balik keadaan gue. Malah mencari putra kesayangannya.

"Mas Steve masih kuliah. Muti ke sini sendiri ma." Jawab gue.

Mama Park tidak merespons apa-apa dan melenggang pergi tanpa menyuruh gue masuk atau sekedar basa-basi. Gue akhirnya masuk rumah dan tiba-tiba Kana datang dengan berlarian.

"Kakkkkkkkk... Sini deh sini!" Kana menyeretku untuk memasuki sebuah ruangan.

Terdapat kamera, lampu ring, dan peralatan make up. Bahkan menurut gue, ruangan ini sudah mirip toko kosmetik. Setiap rak diisi berbagai merk kosmetik dan skincare yang berbeda-beda.

"Wow... Ini ruangan apa Kana?" Tanya gue yang takjub.

"Ini ruangan pribadi gue kak. Oh iyaa! Kak Muti kan baru tau ding." Jawab Kana.

"Terus gunanya aku di sini ngapain sekarang?" Gue penasaran, apa Kana cuma mau pamer ke gue doang.

"Kak Muti cukup duduk. Gue make up sama bantu gue review masker. Mudah kan? Ini gue hoki banget ada elo kak yang tiba-tiba dateng. Jadi ga perlu gue bayar orang lain." Cerocos Kana menjelaskan.

"Aku di make up? Ga salah? Aku kurang cantik, cari model lain aja ya?" Bujuk gue. Mana bisa gue percaya diri. Yang ada malah merusak konten yang akan Kana buat.

"Ihhh tenang aja sama gue. Semua orang bakal pangling nanti. Kak Muti kenapa sih, ga percaya diri. Semua cewek itu cantik di mata  pria yang tepat. Sini-sini duduk.." suruh Kana menyeret gue untuk segera duduk menghadap kaca besar meja riasnya.

"Setau Kana pribadi, kak Steve ga tergila-gila sama paras seorang cewek. Kalau pun iya, bagi gue ya wajar lah cowok liat cewek cantik itu suka. Udah kodratnya. Lagian juga sama kaya kita, liat cowok ganteng pasti suka. Minimal buat cuci mata kan, kak?" Tanya Kana.

Gue mengangguk lekas. Tapi pikiran gue melalang buana. Sunghoon ga tergila-gila sama paras seorang cewek?

Masa? Bukan gue tidak percaya. Tapi, secara dia ganteng pakai banget. Masa tidak tertarik dengan wanita cantik?

Berakhir gue di make up oleh Kana sampai-sampai gue hampir ketiduran, padahal kamera masih on.

Malamnya, Sunghoon menyusul. Gue mulanya kaget. Karena jujur gue tidak berharap Sunghoon datang. Dia masih marah, jelas. Dan gue tidak mencoba memperbaiki keadaan. Tadi pagi saat kita sarapan bersama, gue pamit sendiri ke Sunghoon jika gue ingin mengunjungi Oma.

"Mas kenapa ngga bilang mau nyusul?" Tanya gue ketika Sunghoon selesai mandi.

Sunghoon masih mengusap rambutnya yang basah dengan handuk. Dan hanya melirik gue dengan ekor matanya. Dia hanya diam tak sudi menjawab.

"Aku ga tau sebenarnya salahku dimana? Terserah mas Sunghoon kalau mau diam." Gue dengan berani mengatakannya dengan bernada ketus.

"Kemarin saya sudah bilang. Saya menyesal menikahi kamu Muti. Apa itu kurang jelas?" Balas Sunghoon dengan nada rendah. Namun terasa menusuk sampai ke ulu hati.

Me And SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang