0.6

278 69 5
                                    

Waktu berjalan dengan sangat cepat dan kini saatnya matahari digantikan oleh sinar rembulan. Sinar rembulan malam ini begitu cerah, bahkan langit malam ini lebih cerah dari minggu lalu. Kanaya merebahkan tubuh di atas ranjang king size. Sesuai perintah Aheng, kini Kanaya menginap di rumah Aheng, mungkin dua sampai tiga hari lamanya.

"Ni leher digebuk pake besi ape gimane sih, sakit banget." ucap Kanaya setelah menempatkan lehernya dia atas bantal.

Kanaya mengulurkan tangan untuk mengambil tas yang ia bawa ke rumah sakit kemarin. Ia merogoh surat dan juga coklat pemberian Rangga.

Ia menatap dua benda itu beriringan, sesekali dengan menggaruk kepala. Wajahnya tampak bingung melihat dua benda itu, bukan menjadi masalah benda yang ada di tangannya. Namun fakta bahwa Rangga yang memberi, membuat gadis bersurai hitam itu terlihat bingung. "Aneh, kenapa pita nya biru dan hitam? Kenapa enggak pink?" tanyanya pada diri sendiri.

Kanaya membuka ikatan pita bewarna biru yang melilit pada kertas dan mulai membuka lembaran kertas itu. Kanaya melihat tulisan berpena hitam dengan hiasan gambar balon bewarna biru.

 Kanaya melihat tulisan berpena hitam dengan hiasan gambar balon bewarna biru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Teruntuk pengagum hujan ku.

Mengapa dirimu terlalu kuat?
Apa kau seorang wonder woman?
Atau keturunan iron man?

Tertawalah, jangan buat kubangan air dikasurmu dan jangan buatlah tempat sampah penuh akibat tisu air matamu.

Happy aniv, maaf dan terima kasih.

Kanaya melipat kembali kertas itu, ia tersenyum sekaligus menangis. Rangga mempunyai dua sifat dan semua sifatnya berhasil membuat Kanaya menangis.

"Ngga, lo tu kenapa bisa jadi iblis sekaligus malaikat? Lo bikin gue bimbang." ucapnya ditengah isaknya.

Kanaya menatap bulan lewat kaca kamar itu, "Bulan mana sahabat mu, hujan? Aku ingin menangis dibawahnya agar orang tak mendengar aku terisak. Panggilah sahabatmu bulan.."

Beberapa menit berlalu, Kanaya harus terpaksa menghapus air matanya setelah Aheng mengetuk pintu kamar itu. Kanaya lupa, ia belum makan dari tadi siang.

Aheng melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar Kanaya, "Halo cantik. Makan dulu yuk?" sapa Aheng dengan gembira.

Kanaya mengangguk, ia bingung harus menutupi rasa sedih dengan cara apa. Kanaya harap Aheng tak bertanya kenapa matanya sembab dan memerah.

Aheng mengambil sesendok bubur dan mendekatkan ke bibir Kanaya. Nyam. Kanaya tersenyum, masih berusaha terlihat tidak apa-apa di mata kakak laki-laki nya.

"Itu kertas apa, nay?" tanya Aheng setelah sudut matanya menangkap selembar kertas bewarna putih yang terlipat dengan pita biru yang mengikat.

"Enggak, itu catetan doang." ucap Kanaya dengan santai.

Lost Fighter | Dita  [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang