Karena revisi chapter ini jadi panjang, so enjoy it!
-
-
Kanaya terbangun dari tidurnya dan bergegas memeriksa jendela kamarnya. Beberapa saat lalu ia mendengar suara ketukan yang cukup keras dari jendela itu. Ternyata benar dugaan Kanaya, seekor burung menubruk kaca itu hingga membekas.
Kanaya mengusap dada merasa lega, takut bila tadi ada yang melempari kaca itu dengan sebuah batu. Setelah berurusan dengan kaca jendela Kanaya bergegas menyiapkan diri untuk berangkat sekolah.
"Halo Kanaya!" sapa seorang siswi saat Kanaya turun dari mobil kakaknya. Siswi itu adalah Gisela yang kini menjadi pacar Matem.
"Oh? Halo!" balas Kanaya dengan sedikit terkejut, sebelumnya ia tak pernah saling menyapa dengan gadis itu. Bahkan ia baru tau Gisela mengenalnya.
Selang beberapa detik, Matem menepuk pundaknya dan langsung mengejar kekasihnya. Memang semua kisah cinta indah di awal.
Kanaya berjalan melewati gerombolan siswa siswi yang sedanh bertukar cerita, di hadapannya saat ini ada Matem dan Gisela yang berjalan beriringan. Rasa iri mulai muncul saat Matem mengusap-usap rambut Gisela dengan sedikit tertawa. Kanaya teringat masa-masa indahnya bersama Rangga, dan kejadian dihadapannya membuat Kanaya merindukan masa itu lagi.
Kanaya memasuki ruang ujian, hari ini adalah susulan terakhir untuknya. Good luck.
Selama dua jam Kanaya berada di dalam ruangan mencekam itu, akhirnya ia berhasil keluar dan menyelesaikan ujian dengan segenap hati. Ia berdoa berkali-kali sebelum meninggalkan ruangan, semoga hasilnya memuaskan.
"SELAMAT SAYANGKU!" ucap Lia memeluk Kanaya saat melihat Kanaya keluar dari ruang ujian.
Kanaya membalas pelukan Lia, pelukan dari sahabatnya memang tak ada yang bisa menggantikan. Hanung menepuk-nepuk pundak Kanaya sembari mengucapkan selamat.
"Info jalan jalan ayo, udah selesai ujian nih." ucap Hanung kepada dua temannya.
"Ayo, kapan? Kemana gitu," sahut Kanaya tertarik dengan ajakan Hanung. Kanaya melihat sekeliling, mencari seseorang.
"Matem lagi pacaran, nay," ucap Lia seolah-olah tau siapa yang Kanaya cari.
Kanaya mengangguk paham. Kanaya menahan dirinya untuk tidak egois, walau ia merasakan seperti ada yang berubah dalam dirinya.
"Lo gak terbiasa jauh dari matem, ya?" tanya Hanung diperjalanan menuju kantin.
"Eum, gimana ya," Kanaya bingung. Mungkin iya, tapi juga tidak. "Iya, mungkin?" jawab Kanaya dengan tak yakin.
"Tenang aja, dia gak akan jauh dari lo." sahut Lia lalu merangkul Kanaya.
Mereka bertiga sampai dikantin, Kanaya dan Lia menuju bangku yang kosong, sedangkan Hanung mendekati soto Bu Ijah dan memesan tiga porsi.
"Li, kalau Gisel ngelarang gue deket sama Matem gimana ya?" tanya Kanaya setelah lelah bercekcok dengan isi pikirannya.
"Hah? Buat apa dia ngelarang lo deket-deket Matem? Gak masuk akal kali," balas Lia, ia pasti tau perasaan lawan bicaranya.
"Ya walau gue saudaranya, kan kita deket banget. Ya mungkin dia cemburu kalau Matem deket-deket sam gue?" ucap Kanaya mengungkapkan isi pikiran yang dari tadi menganggunya.
"Gak masuk akal anjir," sahut Hanung tiba-tiba sembari meletakkan tiga gelas es jeruk di atas meja. "Saudara kan emang dasarnya deket." lanjutnya lalu duduk di sebelah Kanaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Fighter | Dita [REVISI]
Fiksi PenggemarKetika takdir bertindak, semua akan terlaksana tanpa terkecuali, termasuk kepulangan sang benang raja yang menghiasi kalbu. "Kau bagaikan benang raja yang datang hanya untuk sementara namun menghias semua dan pergi meninggalkan renjana yang membekas...