3.7

148 49 3
                                    

Kanaya terbangun dari tidurnya,mengusap matanya pelan dan duduk diatas ranjangnya.Kanaya terdiam mengingat pertanyaan Rangga semalam kepadanya,entahlah apa perasaan Kanaya ke Rangga sekarang.

Kanaya berjalan menatap Aheng yang duduk dimeja makan dan tersenyum, Kanaya duduk untuk menyantap sarapan nya sebelum berangkat,dalam hatinya ia terus mengurungkan niatnya untuk berbicara mengenai Rangga yang mengajaknya bersama 'lagi'.

"Mau koko anter?"

Kanaya menggeleng, "gak usah ko."ucapnya lalu beranjak cium tangan Aheng dan berangkat.

Kanaya berjalan menatap beberapa pintu dan mahasiswa,rasanya untuk menatap Rangga Kanaya tidak berani.

Kelas pertama selesai,Kanaya dan Hanung berjalan ke arah taman untuk bersantai dan tentunya untuk memakan bekal.Lia, Matem,dan Cleon datang membawa bekalnya masing masing dan duduk melingkar pada meja dan kursi batu yang sudah disediakan.

Canda tawa selalu mengiringi saat mereka berkumpul.

Kanaya dan Lia berselfie untuk menambah foto mereka berdua.Kanaya menatap keempat sahabatnya.

"Guys.."

Cleon menangkat alis, "kenapa?"

"Gue mau cerita."

Mereka mengangguk.

"Kemarin gue jalan sama Rangga."

"Terus Rangga nya ngajak balikan.."ucap Kanaya menunduk.

Semua terdiam dan saling menatap tak percaya.

"Lo terima nay?"

"Belum,gue bingung makanya gue cerita."

"Menurut kalian gue harus jawab apa?"tanya kanaya

Lia mengusap pundak Kanaya, "Nay,lihat kita siapa.Kita cuma your best friend bukan orang tua mu atau kakak mu.Tentu hak kita bener bener kecil untuk mengaturmu,tapi aku dan mungkin kita berempat mengingatkan mu untuk mengingat apa yang telah terjadi padamu karena dia."

Matem menyahut, "Nay,ingatkah kamu bolak balik rumah sakit karena nya?menangis setiap malam,dan tersakiti setiap hari.Ku harap pilihanmu pilihan yang tepat dan tidak kau sesali lagi."

Cleon menatap Kanaya yang menunduk dan mengusap rambut Kanaya dan membelainya, "Na,berjanjilah setelah kata ya kau tidak boleh menangisi apapun yang berhubungan dengan nya."

Kanaya menatap Cleon, "sorry le."

Kanaya duduk di tempat yang sama menunggu jam pulang datang,Cleon menghampiri Kanaya dan duduk didepan nya.

"Hai,bengong aja na."

Kanaya tersenyum,"Le,aku minta maaf,bukan maksud untuk menyakitimu tadi,aku tidak tahu bahwa dia akan mengajakku lagi."

Cleon mengusap rambut Kanaya, "Na,coba kau ingat ingat,pernahkah aku menanyakan jawaban iya dan tidak untuk hubungan kita?"

Kanaya menggeleng.

Cleon tersenyum, "aku tak mengharapkan nya,aku hanya memberitahu perasaanku dan tidak mengharapkan apapun yang lebih."

"Silahkan,aku tidak melarangmu untuk bersamanya,tapi berjanjilah."sambung nya dan mengatungkan kelingkingnya kearah Kanaya.

Kanaya menautkan kelingkingnya ke kelingking Cleon,dan terjadilah janji yang akan ditepati.

"Karena bahagiamu,bahagiaku,na."

--

Kanaya duduk disofa menatap rumahnya yang begitu sepi,Kanaya mengambil remot tv dan menyalakan nya.

Seseorang membuka pintu dan masuk tanpa mengetuk,"Kanaya..."

Kanaya menatap pintu rumahnya, "ngapain tem?"

Matem berjalan dan duduk disebelah Kanaya, "gapapa, pengen mampir aja."

"Mau minum?"

Matem menggeleng, "nanti gue ambil sendiri aja."

Kanaya mengangguk.

"Lo beneran diajak balikan nay?"tanya Matem tiba tiba.

Kanaya mengangguk.

"Terus jawabnya?"

Kanaya menggeleng tidak tau.

"Sesuai yang aku sudah ucapkan padamu tadi,itu terserah kepadamu,semua jawaban kamu yang menjalani." Kanaya menatap Matem dan menunduk. "Nay,ku harap dirimu tidak pernah menyesali jawaban iya atau tidak."

Kanaya mengangguk.

"Jujur,aku takut kau kembali menangis,tapi setelah melihat kau bahagia dengannya akhir akhir ini,aku cukup percaya kapadanya."

"Ku harap ia tidak berubah seperti dulu lagi."ucap Matem lalu menuju dapur untuk mengambil air minum.

Kanaya menunduk dan terdiam.

Matem kembali duduk dan menatap Kanaya, "satu lagi dan yang terpenting."

"Jangan lupakan ko Aheng, biarlah dia yang membantumu menentukan iya atau tidaknya,bila ia berkata tidak,ku mohon untuk kau tidak menjalaninya."

Kanaya mengangguk.

Matem merangkul Kanaya dan mengelus rambutnya lalu mencium pucuk rambut Kanaya, "berhati hatilah,aku percaya."

--

Kanaya duduk di sofa ruang keluarga tepat di sebelah Aheng yang sedang menatap layar leptopnya, "ko,Naya boleh cerita?"

Aheng mengangguk.

"Rangga kemarin ngajak balikan,Kanaya belum jawab,Kanaya bingung.Menurut Koko gimana?"

Aheng menatap Kanaya tak percaya, "beneran Rangga ngajak kamu...??"

Kanaya mengangguk.

Aheng mengelus rambut Kanaya, "hey,itu semua hak mu bukan?apa pantas koko melarangnya?"

Kanaya menggeleng tidak tau.

"Itu semua hak mu Nay,koko hanya berpesan satu saja."

"Jangan kau sesali jawaban iya atau tidaknya.Berkatalah iya bila kau merasakan rasa cinta yang sama,jawablah tidak bila kau tidak ingin mengulang kejadian kelam,tapi ingatlah jangan pernah kau menyesalinya.

——

Chapter pendek yang menentukan semua chap selanjutnya.
14 bintang!

Ucapan terima kasih Kanaya untuk seseorang yang bijak dan selalu ada untuknya,Matem.

Ucapan terima kasih Kanaya untuk seseorang yang bijak dan selalu ada untuknya,Matem

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anggaplah tangan itu tangan Kanaya.
Persaudaraan antara Kanaya dan Matem yang romantis.

• 2 Mei 2021
07.37 WIB
~lila

Lost Fighter | Dita  [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang