1.1

215 61 10
                                    

Pergantian bulan dan matahari membuat Aheng semakin kalang kabut. Perasaannya semakin kacau, pikirannya kemana-mana. Bi Dewi yang baru saja sampai juga ikut kalang kabut, ia telah mengetahui perihal Kanaya.

Bi Dewi mengusap pundak Aheng agar tidak merasa panik. Dari kemarin malam Aheng tidak bisa tidur, dan hari ini ia memutuskan untuk meliburkan diri demi mencari Kanaya.

"Mas Aheng makan dulu, yuk?" tawar Bi Dewi dengan lembut.  "Nanti kalau gak sarapan, nyari Mbak Kanaya kuras puas," ucap Bi Dewi agar Aheng terbujuk.

Aheng mengangguk dan berjalan kearah ruang makan.

Panggilan masuk↓
Matem.

Aheng mengakhiri panggilan itu dengan memaksa Matem untuk mempedulikan sekolah terlebih dahulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aheng mengakhiri panggilan itu dengan memaksa Matem untuk mempedulikan sekolah terlebih dahulu. Ia duduk di meja makan dan menyantap nasi goreng dengan ayam dan udah goreng krispy.

Beberapa kali Aheng juga mengecek tanda terakhir dilihat dari kontak Kanaya. Disitu menunjukkan pukul setengah delapan malam, ia juga berusaha untuk mengirim pesan tapi naas, tak ada tanda-tanda membalas dari Kanaya. Tak lupa, ia juga menghubungi Kanaya lewat panggilan seluler, namun hanya operator yang mengatakan "Panggilan dialihkan".

"Mas Aheng udah ngomong sama nyonya?" tanya Bi Dewi. Nyonya yang dimaksud adalah ibu dari Aheng dan Kanaya yang berada di luar kota.

Aheng menggeleng, "Takut mereka panik, bi." jawab Aheng.

"Loh? Informasi buat orang tua itu penting, mas." balas Bi Dewi menentang.

"Tapi, bi-"

"Udah, dicoba dulu hubungi mereka." pinta Bi Dewi.

--

Matem memasuki ruangan kelas dengan keadaan panik. Matem panik mendengar kabar dari kakak sepupunya, ditambah Gisel yang sedang jengkel karena Matem acuh padanya. Pagi tadi sebelum berangkat, Matem memberi kabar kepada teman-temannya perihal Kanaya yang hilang.

"Matem!" panggil Jeno menghentikan Matem sebelum memasuki kelasnya. "Kanaya beneran ilang?" tanya Jeno to the point.

Matem mengangguk, "Gue gak habis pikir," ucap Matem.

"Habis absen kita cari ya? Gue punya bad feeling." ucap Jeno menyarankan.

Matem semakin panik ketika Jeno mengatakan ia mempunyai bad feeling, berarti bukan hanya dia yang berfikir sesuatu terjadi kepada Kanaya.

Keadaan kelas menjadi ramai setelah menyanyikan lagu Indonesia Raya, khususnya kelas dua belas. Hari ini tidak ada pelajaran karena mereka telah menyelesaikan ujian akhir.

Matem mendekati kedua temannya, "Kita ijin sekarang gimana? Udah absen kan?" ucap Matem kepada dua temannya.

Lia mengangguk dan berdiri bersiap untuk keluar dari kelas.

Lost Fighter | Dita  [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang