2.5

196 54 4
                                    

Matahari telah bersinar terang, burung berkicauan senang, angin menerbangkan helai rambut Kanaya dalam perjalanan memasuki stasiun kereta, dengan langkah Kanaya yang kecil, ia menyeret koper menuju pembelian tiket kereta. Kanaya mengusap peluh yang bercucuran di dahi, sudah hampir setengah jam dirinya berjalan dari titik jemput sampai ke stasiun.

Kanaya menempatkan tubuhnya di salah satu kursi yang disediakan, menunggu Rangga yang baru saja mengiriminya pesan bahwa dirinya sudah sampai di stasiun ini. Kanaya mengayunkan kaki untuk mengurangi rasa kejenuhan.

"Halo, Nay! Sorry nih, lo jadi nunggu." ucap Rangga lalu duduk di sebelah Kanaya.

"Gapapa. Yaudah yuk kesana," ajak Kanaya sembari bangkit dari kursi.

Kanaya dan Rangga berjalan beriringan, sembari menyeret koper yang Kanaya bawa, ia melihat sekeliling, terlihat sepi, tidak seperti biasanya. Baru ingin berbicara dengan satpam, Rangga memanggil nama Kanaya.

"Nay, inget gak? Dulu kita ada rencana ke luar kota bareng, hahaha." ucap Rangga sembari menatap Rangga.

Kanaya hanya mengangguk lalu menatap satpam yang tak jauh dari hadapannya, ia menyerahkan tiket yang ia pegang dan bertanya apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Setelah mengerti, Kanaya mengucapkan terima kasih dan berjalan mendahului Rangga.

Kanaya dan Rangga menyerahkan tiket yang dibawanya kepada salah satu petugas yang berjaga lalu mempersilahkan mereka untuk menunggu kereta yang sedang dalam perjalanan. Kanaya mengambil ponsel yang ada di sakunya, dengan acuh tak menanggapi Rangga yang berusaha membuka topik dengannya. Dari arah Barat, suara kereta mulai mendekat. Kanaya bersiap menyeret koper untuk masuk kedalam kereta dan menikmati perjalanan yang memakan waktu hampir empat jam.

"Nay, ini kursi kita," ucap Rangga lalu menempatkan kopernya ke dalam tempat yang sudah disediakan.

Kanaya menatap koper yang ia bawa, dengan sedikit memelas Kanaya memberi kode kepada Rangga untuk menaikkan kopernya ke tempat yang berada di atas kursi penumpang.

"Lo mau yang deket jendela?" tanya Rangga saat menyadari bahwa ialah yang seharusnya duduk di dekat jendela.

Kanaya mengangguk dengan excited (MIRING). "Mau! Gue yang deket jendela ya, makasih." jawab Kanaya lalu menempatkan dirinya ke kursi yang berada dekat dengan jendela.

Perlahan, Kanaya mulai meninggalkan kota Surabaya, dengan doa serta restu dari sang kakak, ia yakin bahwa dirinya akan sampai ke tujuan dengan selamat. Kanaya merogoh tas yang ia bawa untuk keperluan pribadi, ia mengambil sebuah earphone dan memakainya.

"Lo mau dengerin apa, Nay?" tanya Rangga tiba-tiba.

Kanaya menggeleng tidak tahu, dirinya hanya asal memasang. "Dengerin podcast aja sih, biar tidur." jawab Kanaya lalu memasang earphone ke masing-masing daun telinga.

"Gue nebeng dong, mau tidur tapi gak ngantuk." ucap Rangga menganggu keseriusan Kanaya yang sedang mendengarkan podcast.

"Halah, belum ada sejam udah ngantuk." celetuk Kanaya dengan sedikit tertawa.

"Lo juga gitu, lihat aja nanti." sahut Rangga menentang ucapan Kanaya. "Lo itu kebo, tidur dimana-mana juga sanggup." Lanjut Rangga dengan gelagat sok tahu nya.

Kanaya tak mau melanjutkan perdebatan kecilnya, ia kembali fokus mendengar podcast sembari menikmati pemandangan kota Surabaya yang perlahan mulai diganti oleh kota lainnya.

Setu jam sudah berlalu, dan Kanaya sama sekali tak merasakan kantuk. Biasanya, Kanaya akan tertidur saat berada di kendaraan umum dengan waktu yang tergolong singkat.

DEG! Sesuatu jatuh diatas pundak Kanaya, dengan pemikiran yang sudah negatif dirinya mengalihkan pandangan ke arah Rangga. Benar saja, dengan tak sengaja kepala Rangga menyentuh pundak Kanaya. Ada niat untuk menyingkirkan kepala Rangga dari pundaknya, tapi daripada menganggu seseorang yang sedang tertidur lebih baik diam dan menerima.

Lost Fighter | Dita  [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang