2.3

221 58 9
                                    


Rangga meletakkan kepala Kanaya di pangkuannya. Masih dalam keadaan panik, Rangga terus berusaha untuk memanggil nama Kanaya perlahan, walau ia tahu Kanaya tak akan sadar dalam waktu cepat. Rangga mengusap tetesan darah yang mengalir di ujung mata Kanaya dengan beberapa lembar tisu.

"Mas, kalau boleh tau nama mbak nya siapa ya? Biar nanti saya langsung daftar, mas nya bisa langsung bawa mbak nya masuk." Tanya orang yang menjadi supir di mobil yang membawa Kanaya dan Rangga bersamaan.

"Elisabeth Kanaya Putri, mas." Jawab Rangga menyebutkan nama lengkap milik Kanaya.

Rangga mengendong Kanaya ala bridel style menuju ruang IGD, meletakkan Kanaya di brankar lalu mendorong bersama dua suster yang mendampinginya. Rangga melangkahkan kaki keluar dari ruang IGD untuk menghubungi Lia. Ia terlalu takut untuk menghubungi Matem, apalagi Aheng. Sebelum menjelaskan ia bisa babak belur dibuatnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


(Rangga's phone)

R

angga menyimpan ponselnya dalam saku, lalu kembali masuk kedalam area IGD untuk memeriksa keadaan Kanaya.

"Mas, bisa lengkapi data yang ada di resepsionis?" Pinta suster kepada Rangga.

Rangga mengangguk lalu berjalan menuju resepsionis untuk melengkapi data Kanaya sebagai pasien. Setelah melengkapi data yang diminta oleh pihak rumah sakit, Rangga menempatkan tubuhnya di kursi yang berada di depan ruang Kanaya dirawat. Ia ingin menunggu Lia di tempat itu, terlalu canggung untuk menemani Kanaya di dalam.

Langkah kaki yang beradu dengan cepat mengalihkan pandangan Rangga, kini Lia berada di hadapannya sembari tolak pinggang. Rangga bangkit dari duduknya, menelan ludah lalu mempersilahkan Lia untuk duduk.

"Kanaya lagi di cek sama susternya, tunggu disini aja." Ucapnya sembari mempersilahkan Lia untuk duduk.

Lia menempatkan tubuh di kursi yang ada di hadapannya, ia berusaha untuk menetralkan napasnya yang cepat. "Kenapa Kanaya bisa kayak gini?" Tanya Lia dengan penasaran.

Lost Fighter | Dita  [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang