'BTS - Film Out'
Happy Reading 🍬
_________
"Benturan pada area kepala dapat menyebabkan cedera ringan pada kepala, adapun dampak dari cedera itu sendiri bisa menimbulkan beberapa gejala, baik pada fisik, sistem sensorik atau bahkan mental anak anda. Beberapa gejala dapat muncul seketika setelah kejadian, sedangkan gejala lain bisa muncul beberapa hari atau beberapa minggu kemudian."
"Kemungkinan yang putri anda alami sekarang ini adalah bentuk gejala pada area sensoriknya. Penglihatan kabur, sensitif terhadap cahaya dan suara, perubahan pada kemampuan penciuman dan telinga berdenging. Dan putri anda sedang ada di tahap kehilangan penglihatan serta pendengaran yang sedikit terganggu."
Semua terdiam dengan pikiran yang semakin kusut. Bila sudah tidak lagi bisa membendung air matanya, Roy yang di paksa untuk tegar demi sang putri pada akhirnya ikut menitikkan air matanya.
"Apa Kirana bisa sembuh, Dok?"
Semua menunggu jawaban dari pertanyaan Eltan—sepupu Kirana dan Lima Abang.
"Berdo saja pada Tuhan agar hasil tes selanjutnya tidak mengecewakan kalian."
"Dan satu yang saya minta, jangan membahas hal apapun yang membuat pikiran pasien terganggu. Usahakan jangan biarkan dia sendirian, jangan tunjukkan kesedihan kalian. Dia butuh penyemangat dari orang-orang terdekat."
Mereka kembali mengangguk. Tanpa di beri tahu pun mereka akan tetap menjaga Kirana dengan ketat, cukup kemarin mereka terkecoh hingga kejadian fatal seperti ini bisa terjadi. Tanpa sadar, di dalam diri mereka sudah membentuk pikiran-pikiran menyalahkan diri sendiri karena tidak becus menjaga sang adik tersayang.
"Kalau begitu saya permisi."
Sepeninggalan dokter, mereka menghela nafas panjang dan berat. Menatap kembali pada ruang rawat gadis yang tadi mengamuk sambil menangis tersedu-sedu. Ketakutan saat dia tidak bisa melihat apapun dan merasakan kesakitan pada area telinganya. Mereka ikut merasakan kesakitannya saat sang adik terluka justru mereka tidak bisa berbuat apapun selain mengusahakan yang terbaik.
Adnan yang sejak tadi diam bersandar pada dinding depan ruangan sang adik, memilih beranjak untuk masuk kedalam. Menatap wajah pucat Kirana lalu duduk pada kursi samping ranjang.
Tangannya terangkat mengelus halus pipi serta rambut sang adik, sedangkan tangan satunya menggenggam tangan gadis itu sesekali mengecup punggung tangannya lembut.
"Apapun yang Nana butuhkan nanti, Abang siap kasih semuanya buat Nana."lirihnya.
🍫
Gelap.
Padahal kedua matanya sudah dirinya usahakan terbuka dengan selebar-lebarnya. Telinganya hanya samar-samar mendengar suara-suara disekitarnya, ucapan yang Abangnya bicarakan saja masih mencoba Kirana dengar dan cerna.
Rasanya Kirana ingin menangis sekeras-kerasnya, menumpahkan rasa sakit yang sekujur tubuhnya rasakan, menumpahkan rasa sesak yang menggelayuti hatinya. Berbagai pertanyaan terlintas di benaknya. Kenapa? Kenapa hidupnya harus kembali seperti ini? Apa tidak bisa dia bahagia? Apa tidak cukup dirinya yang selalu menyusahkan orang-orang terdekatnya, di tambah dengan keadaannya yang seperti ini apa lebih baik dirinya mati saja? Agar mereka semua tidak selalu dirinya susahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FA#2] Five Abang (2) [END]
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) SQUEL (FIVE ABANG) Di anjurkan baca Five Abang 1 agar tau alur ceritanya :) _______ Ini bukan lagi tentang Five Abang. Tapi ini tentang bagaimana Kirana menjalani kehidupannya dengan penuh larangan dan rasa sabar. Setelah ke...