'FA2' - Sembilan

7.5K 907 279
                                    

Aku kembali, membawa sejuta kerinduan yang kian meninggi. Bagi kalian yang sudah merindu, semoga dengan ini rindu kalian segera terobati.

- Author bar-bar -



Maaf jika ada typo 🍭


Happy Reading readers FA 🍬






"Enggak akan pernah ada kata ampun buat orang yang udah bikin adek gue nangis dan ketakutan."laki-laki itu berucap tajam dan penuh ancaman. Kakinya sudah menginjak dada seseorang yang tergeletak mengenaskan di lantai gerbong kereta.

"Satu tetes air mata, sama dengan tiga kali pukulan. Dua tetes air mata, sama dengan sepuluh kali pukulan. Dan tiga kali tetes air mata bonus bikin dia ketakutan, gue kirim lo keneraka."

Orlan kembali merenggut kerah baju laki-laki yang sepertinya seumuran dengannya, membawa tubuh itu berdiri dan memojokkan pada kaca pintu kereta yang posisinya masih terus berjalan hingga nanti berhenti sampai pada setasiun berikutnya.

Kirana sudah berhenti menangis, dia hanya terdiam menatap orang-orang tersayangnya yang sudah mengelilingi laki-laki yang melecehkannya tadi. Sungguh, aura kelima Abang-abangnya sangat gelap dan menakutkan. Aura mengintimidasi sangat pekat mengelilingi mereka hingga bulu kuduk merinding.

Bug!

"Itu buat lo yang udah bikin dia takut."ucap Adnan.

Bug!

"Itu buat lo udah bikin dia nangis."lalu Elvan.

Bug!

"Itu buat lo bikin dia gemetaran."Evan berucap.

Bug!

"Buat lo karena adek gue ketakutan."Afkar berucap santai.

Bug! Prak! Tak!

"Dan itu hadiah karena lo udah buat gue repot-repot ngotorin tangan untuk mukul lo."

Orlan berjalan mundur sambil melepaskan lawannya yang sudah tidak berdaya. Kemungkinan laki-laki itu sudah patah tangan, wajah babak belur, tulang rusuk patah dan jangan lupakan kepala yang berdarah.

Mereka yang ada di gerbong sudah saling menyingkir ketakutan, para petugas kereta awalnya menghentikan tindakan mereka, tapi saat Afkar hanya menunjukkan kartu nama berserta embel-embel nama Mahardinata. Maka selesai urusan.

Kelimanya kembali lagi pada sang adik yang sudah berdiri bersedekap menatap mereka dengan mata memicing penuh tuduhan.

"Ngapain mata-matain Nana?!"tanyanya kesal."tadi udah ngijinin Nana pergi, tapi malah di ikutin! Nyebelin!"omel gadis itu.

Kelima pria di sana diam menunduk, berdiri berjejer di depan gadis manis itu dengan memelas. Keberutalan saat menghajar lawannya tadi seketika berubah menjadi seorang anak yang sedang di marahi ibunya. Sorot menakutkan dan aura dingin tadi seketika menguap begitu saja saat berhadapan pada sang permata Mahardinata.

"Nana gak suka ih di ikutin!"cemberut gadis itu.

"Kalau Abang gak ikut, kejadian kayak tadi pasti gak akan kamu ceritain!"sangkal Adnan.

Kirana menghentakkan kakinya kesal,"Itu bukan masalah besar, tau"

"BUKAN MASALAH BESAR?!"ucap kelimanya.

Kekompakan yang sempurna, cocok jika jadi paduan suara.

Beberapa orang berjangkit kaget dan tanpa sadar mengambil langkah mundur menjauhi kerumunan itu. Baling hanya menonton, amarahnya sudah reda saat melihat laki-laki kurang ajar tadi berada di dalam genggaman kelima kakak Kirana. Sekarang siap-siap saja dia yang akan di amuk kelimanya.

[FA#2] Five Abang (2) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang