Up lagi nih, lagi lancar idenya
Ya maap telat update dari rencana awal pemirsa 😌
HAPPY READING ❤️
Dua hari terlewatkan setelah kejadian di atap gedung. Perasaan Kirana jauh lebih baik setelah mendengar cerita Papinya, saat ini gadis itu sudah bisa menerima keadaannya. Meskipun sulit, tapi terasa sangat mudah saat orang-orang di sekitarnya selalu mendukung dirinya. Tapi tidak jarang gadis itu merasakan ketakutan karena yang dia lihat hanya gelap dan disaat seperti itulah semua ada untuknya, menceritakan hal-hal lucu, menyanyikan lagu, dan memeluk dirinya hingga tertidur.
"Mau keluar? Nyari udara segar?"tawaran Baling membuat Kirana mengangguk senang.
Baling mengambil kursi roda pada sudut ruangan, mengangkat sang pacar dengan mudah dan mendudukkannya pada kursi roda dengan hati-hati. Laki-laki itu mengambil infus Kirana dan mematikan laju alirannya lalu meletakkan cairan itu pada pangkuan sang kekasih.
Keduanya keluar, suster yang berpas-pasan dengan mereka tersenyum menyapa dan hanya Baling balas dengan senyum simpul. Kirana tersenyum, walaupun tidak bisa melihat apapun gadis itu sudah cukup puas mendengar ucapan-ucapan Baling yang memberitahukan keadaan sekitarnya. Sampai di taman rumah sakit Baling menghentikan dorongannya, duduk berjongkok di hadapan sang kekasih dan menatap wajah gadis itu. Gadis di depannya ini sudah tidak sepucat kemarin-kemarin, sudah ada binar seperti biasanya di wajah manis itu. Wajah yang selalu membuat Baling jatuh cinta berkali-kali.
"Ada sunset engga kak?"tanya Kirana.
"Ada, warnanya oranye, langit lagi cerah, banyak burung-burung yang lagi berterbangan di langit. Suasananya sama kayak yang kita lihat tahun lalu di atap gedung rumah sakit."
Kirana ingat, waktu itu langitnya sungguh indah.
"Ada yang sakit?"tanya laki-laki dengan baju kemeja kotak-kotak yang tidak di biarkan terkancing hingga memperingatkan baju dalaman berwarna hitam.
Kirana menggeleng dengan senyum simpul."Cuma telinga aku sedikit berdengung. Tapi masih bisa dengerin kak Baling ngomong kok."
Sorot mata Baling meredup, mendengar kata-kata menyakitkan itu keluar dari bibir kekasihnya membuat sebagian hatinya merasa tercubit.
Tangannya terulur guna mengelus daun telinga Kirana pelan, meskipun tidak berefek apa-apa setidaknya hal itu membuat gadisnya tidak merasa sendirian.
Lagi-lagi Kirana tersenyum. Beruntung sekali dia di cintai oleh laki-laki seperti Baling.
Hening menyelimuti keduanya, tanpa kata mereka tau apa yang mereka rasakan. Rasanya nyaman. Meskipun hanya saling berdiam diri seperti ini, dengan adanya kebersamaan mereka mampu melewati semuanya.
"Aku ambilin buah-buahan buat kamu ya?"
"Banyakin strawberry, ya."pintanya lucu.
"Jangan kemana-mana hm?"Baling beranjak dan mengelus rambutnya sekilas.
Selepas peninggalan Baling, Kirana diam sambil menghirup udara sore yang sangat menyejukkan. Suara samar orang-orang berbincang masih dapat dirinya dengar. Melamun entah berapa lamanya, gadis itu sedikit terusik dengan adanya suara isak tangis. Kirana tidak tau suara itu berasal dari mana, dia tidak bisa melihatnya.
"Hiks....kakak...aku boleh duduk sini ya."Sebuah suara disebelahnya mampu mengejutkan Kirana.
Belum menjawab apapun, Kirana hanya diam, kemungkinan juga gadis itu sudah duduk pada bangku taman di dekatnya, gadis itu masih menangis, ingin menghibur tapi dia tidak tau bagaimana caranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FA#2] Five Abang (2) [END]
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) SQUEL (FIVE ABANG) Di anjurkan baca Five Abang 1 agar tau alur ceritanya :) _______ Ini bukan lagi tentang Five Abang. Tapi ini tentang bagaimana Kirana menjalani kehidupannya dengan penuh larangan dan rasa sabar. Setelah ke...