Happy Reading ✨
Baling sedang sibuk mengemasi barang-barang di kamar lamanya. Kamar yang terletak di rumah Papa-nya.Kedua orang tuanya benar-benar akan bercerai. Hanya tinggal menunggu persidangan saja, jadi dirinya dan Mamanya sudah harus meninggalkan rumah ini. Mereka berdua tidak akan lagi ingin berurusan dengan orang-orang itu. Baling sudah membeli sebuah apartemen dengan uang yang selama ini ayahnya berikan kepada ibunya ataupun dirinya. Laki-laki itu cukup bertanggung jawab karena tidak lepas tangan akan tanggung jawabnya sebagai suami dan sosok ayah.
Saat dirinya sedang meletakkan buku-buku pada sebuah kotak, ketukan pintu disusul tubuh seseorang masuk membuat dirinya menoleh, tapi kemudian kembali sibuk dengan urusannya. Tidak menghiraukan.
"Nyokap lo nungguin dibawah,"
"Hm."balasnya sambil berlalu meraih koper dan juga tas ranselnya. Kotak yang tadi dirinya kemas sudah akan dirinya ambil sebelum tangan lain ikut mengambilnya.
"Biar gue aja,"lalu kemudian berlalu keluar kamar.
Baling membiarkan, kemudian ikut menyusul keluar. Dibawah sudah ada Mamanya yang sudah siap pergi, dia meletakkan barang-barangnya pada bagasi taksi.
"Udah semua kan? Jangan sampai ada yang ketinggalan."ucap wanita itu masih dengan senyum kasih sayangnya.
"Udah, Ma. Ayo pergi,"
"Pamit dulu sama Ayah kamu, biar bagaimanapun dia masih ayah kamu kan?"perintah sang Mama.
Kadang Baling tidak mengerti kenapa Mamanya bisa setenang itu menghadapi semua kekacauan ini, menghadapi suaminya yang berselingkuh bahkan memiliki anak selain dirinya, mengetahui bahwa sang suami lebih memilih Isti keduanya dan memutuskan bercerai, Mamanya hanya diam menerima semuanya.
Tanpa membuang waktu dan segera ingin pergi dari sana Baling buru-buru menyalimi tangan ayahnya, minus Claudia dan Leon.
"Saya pamit, Mas. Terimakasih sudah pernah jadi imam di keluarga kita. Hari ini saya benar-benar menyerah atas rumah tangga kita."ucap pelan Hera dengan senyum tegar.
Anton hanya mampu membuang wajah, dan Claudia hanya tersenyum sinis. Leon sendiri diam menunduk.
"Assalamualaikum,"pamitnya untuk terakhir kalinya.
Dalam rangkulan Baling keduanya benar-benar masuk kedalam taksi dan pergi dari rumah yang memiliki banyak kenangan sekaligus luka itu.
Leon mengangkat kepalanya dan cukup lama menatap taksi yang sudah mulai menjauh itu.
"Sorry, bang."
🍫
Malam hari tepat pukul sebelas Kirana keluar dari kamarnya dengan membawa boneka beruang kesayangannya, berniat ingin mengungsi pada kamar salah satu kakaknya.
Gadis yang sudah dua hari keluar dari rumah sakit itu berjalan menuju pintu abangnya Orlan, dan membuka pintu dengan pelan-pelan untuk mengintip terlebih dahulu.
Tapi saat melihat kedalam dia hanya mampu diam cukup lama, kemudian kembali menutup pintu dengan perlahan agar kedua orang didalam sana yang sedang tertidur tidak terganggu.
Kirana merasakan perasaan tidak nyaman dihatinya, tapi kemudian menggeleng menolak pemikiran buruk itu. Akhirnya dengan lesu gadis itu ingin kembali berjalan menuju kamarnya, tapi tiba-tiba sebuah pelukan mendadak datang dari arah belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FA#2] Five Abang (2) [END]
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) SQUEL (FIVE ABANG) Di anjurkan baca Five Abang 1 agar tau alur ceritanya :) _______ Ini bukan lagi tentang Five Abang. Tapi ini tentang bagaimana Kirana menjalani kehidupannya dengan penuh larangan dan rasa sabar. Setelah ke...