Lagi-lagi bunyi petikan stick ps menjemukan Doyoung yang menemani kekasihnya bermain survival online. Ya, hampir setiap malam Taeyong merasa menjadi orang paling bahagia karena game yang dimainkannya, juga paling antusias bercerita hanya sekedar memamerkan kemenangan.
Doyoung memicingkan mata lalu menghamburkan tubuhnya sambil mendekap boneka milik Taeyong, mata itu tertutup namun telinganya mendengar jelas riuh komando kekasihnya bahkan sesekali ia meniru suara hentakan tembakan.
"hhhhhhhh"
Taeyong menangkap hembusan nafas Doyoung melalui telinganya. Ia dengan cepat menoleh, mendekati kekasihnya untuk memastikan.
"Kenapa? Kau baik-baik saja?"
Doyoung setengah terkejut dengan Taeyong yang tengah menatapnya dekat bahkan pergelangannya digenggam erat. Doyoung menyunggingkan senyumnya 'trap' gumamnya
"Ya, aku baik-baik saja. Hanya bosan"
"Benarkah? Tidak ada yang sakit?"
Doyoung menggeleng pelan
"Kau harus banyak istirahat"
Taeyong melenggangkan langkahnya kembali kehadapan game sialan itu sebelum Doyoung melayangkan ciuman. Doyoung mengepal kembali jemarinya yang tak sempat menyentuh bibir manis Taeyong walau matanya masih mengekori yang semakin menjauh. "Apa aku bakar saja komputernya?" Batin Doyoung mencela.
Doyoung menyadari dirinya yang clingy, diapun setengah sabar menghadapi kecanduan kekasihnya pada game survival itu. Namun baginya, Taeyong terlalu jauh untuk ini. Bukankah harusnya kesempatan seperti ini dijadikan momen yang indah?
Doyoung bangkit melemparkan bonekanya ke lantai, menurunkan jeans nya sampai bawah hingga menyisakan kaos putih dan celana dalamnya yang berwarna hitam. Kaki telanjangnya berlari kecil lalu dengan cepat ia mendudukan bokongnya tepat di pangkuan kekasihnya dengan lugu. Taeyong mengedipkan matanya berkali-kali tidak melepaskan pandangannya dari Doyoung. Doyoung meraih tubuh Taeyong ke dalam dekapan, meluapkan segala kepenatan yang dirasakannya.
Taeyong mengelus kepala Doyoung dan sesekali menciumi tubuh kekasihnya yang wangi,
"Aigooo, kekasihku sangat manja sekali" Ucap Taeyong walau jemarinya masih merayap pada stick dihadapannya.
Doyoung menyunggingkan senyumnya dan dengan sekejap bibir mereka bertemu. Hanya kecupan. Tidak lebih. 'itu saja?' tanya Doyoung dalam hati. Ia mempertanyakan kejantanan milik kekasihnya, juga bagaimana mungkin pesonanya berkurang dengan mudah? Ini kali pertama Doyoung dikalahkan oleh sebuah permainan. Ia tak ingin terbelakang.
"Ayo kita main" goda Doyoung
"Kau mau coba? Sebentar lagi aku menang, lihatlah!"
"Bukan itu!"
"Sayang, lihat Haechan sudah mau mati! Ahhh, kali ini aku akan menang hahaha"
"Terserah, aku mau tidur!"
Taeyong menahan tubuh Doyoung dipangkuannya, tangannya melingkar tak melepaskan. Ia banting stick ps nya yang masih di pertengahan permainan hingga Doyoung sedikit terkejut. Netranya bertemu saling berbicara. Doyoung menahan kakinya yang masih terpaut di pinggang ramping Taeyong ketika bangkit.
"Aku senang kau yang pencemburu"
"Kau aneh, aku bahkan begini untukmu" Ucap Doyoung menurunkan pandangan pada paha telanjang miliknya.
"Kau tak perlu melakukan apa-apa. Kau sudah menggoda"
Doyoung terbanting ke kasur yang masih berpangku di dekapan Taeyong. 5 detik netranya saling tatap, bibirnya sama tak berucap hanya mengakui keindahan satu sama lain.
Doyoung menelan salivanya ketika Taeyong harus menyingkirkan sehelai surai yang mengahalangi pandangannya.Tanpa aba-aba permainan yang diminta Doyoung berhasil di kabulkan. Taeyong menanggalkan hoodienya dan menampakkan otot perutnya. Sebuah ciuman tercipta dengan cepat. Kali ini Doyoung tidak menggerutu karena Taeyong melakukan tugasnya dengan baik. Lidahnya berpaut dan mengabsen seluruh gigi kelinci milik Doyoung.
Tangan Taeyong menjamah kebalik kaos putih kekasihnya sebelum ia memberi kecupan di leher putihnya. Tidak cepat namun sangat mulus. Tangan yang kuat menyentuh paha Doyoung. Jari Doyoung meremas rambut Taeyong dan mengejang. Merasa seperti dibawanya ketempat yang lebih tinggi.
Kamar itu seakan dipenuhi api, sungguh membara. Dunia berputar pada satu titik di mana mereka bersatu, tubuh Doyoung berdenyut menginginkannya. Taeyong terengah-engah, kulitnya lengket karena keringat saat ia merengkuh Doyoung yang mengerang di tangannya.
"Kau sangat nakal, bagaimana jika kita bermain satu ronde lagi? Bisik Taeyong saat pelepasan tadi.
"Haruskah kita lebih berimprovisasi lagi?"
Keduanya tertawa. Malam terasa tebal dan hangat saat napas mereka mereda.
Dering handphone membuyarkan Taeyong yang sudah siap bermain, lagi.
📲
"Kak, kau kalah?! Assssa kau harus mentrakrtirku jajan"
"Baiklah haechan, nanti kubelikan"
"Oke, tapi apa kakak sedang bermain lagi? Kenapa suaramu terengah-engah begitu"
"nggggg iya. Aku akan bermain satu ronde lagi"
"................." End call.
.
.
.
Inspired by :
"High tension, Bold gestures
Makes you and me into one" - (High Tension - Mamamoo)