Monroe

1.2K 112 12
                                    


⬆ listen to Monroe while you reading ⬆


Doyoung merogoh ponsel di sakunya yang sedari tadi berdering. 3x panggilan tak terjawab dan 5 pesan menghiasi layar ponselnya. Ujung bibirnya tertarik hingga gigi putihnya nampak. Renjun yang didepannya tak heran melihat tingkah Doyoung, sudah dipastikan itu adalah pesan dari kekasihnya, Lee Taeyong.

“Abang disuruh pulang?”

Doyoung mengangguk dan melemparkan senyuman tipis. Bagaimana Taeyong tidak merajuk, Doyoung menghabiskan waktunya di studio seharian.

Ia meneguk kopinya sementara tangan kanannya masih bergelut tuk membalas pesan namun tiba-tiba saja ia terbatuk dan menyemburkan kopi yang nyaris menyentuh tenggorokannya itu.

“Arrgghhhh bang, kena nih!”

“Sorry, tapi gue bener-bener harus pulang sekarang”

Doyoung tergesa-gesa sambil membereskan beberapa barang miliknya “Nanti lo kabarin ya progresnya atau kalo ada apa-apa telpon gue aja”

Renjun tetap tertegun ditempat melihat tingkah Doyoung sambil menggelengkan kepalanya.

💌 :

“Free gak? Pingin ciuman”








Doyoung meraih gagang pintu apartment dan membukanya. Ia mencari kekasihnya ke beberapa ruangan. Dari kejauhan terlihat pria dengan baju hitam sedang berperang dengan spatula di tangannya.

Doyoung menjatuhkan tas nya dilantai, menghampiri Taeyong. Ia merengkuh pinggang dari belakang tubuh kekasihnya. 

“Kenapa lo gak kaget?”

“Gue tau bahkan dari langkah lo pun gue tau itu lo”

“Lo marah?”

Doyoung melepaskan pelukannya dan mencari celah dari tatapan kekasihnya. Doyoung semakin melekat dan tak berpindah dari mata Taeyong. Namun justru Taeyonglah yang merasa malu, ia tak membalas tatapan Doyoung namun ia merasakan panas di pipinya.

Muaach….

Tanpa aba-aba Doyoung mengecup bibir kekasihnya. Taeyong terkejut lalu menoleh pada kekasihnya yang tengah tersenyum padanya.

“Lo harus gue cium dulu biar liat gue”

“Gak gitu…”

“Itu buktinya”

Plaaaak….

Satu pukulan spatula melayang di kepala Doyoung. Dan sang pelaku hanya membalik badan lalu menyiapkan piring untuk makan.

“Lo kenapa sih, kan gue udah disini. Bukannya tadi lo yang minta cium? Lo gak mau cium gue?”

“Buat apa?”

Doyoung memutar bola matanya, melenggangkan kakinya menghampiri Taeyong. Namun Taeyong tak menggubris ia malah sibuk dengan churros homemade nya.

“Waaah, tumben buat churros”

“Tumben?”

Taeyong memperjelas dengan penekanan yang ambigu. Sepertinya ada sesuatu yang salah entah pada Doyoung atau Taeyong. Churros hanya akan dibuat Taeyong jika ia sedang merasa istimewa atau ketika Doyoung yang memintanya. Benar, kehadiran Doyoung itu istimewa, bukan?

“Please, jangan gini dong. Okeee sorry gue kelewatan gak pulang seharian tapi gue sama renjun lagi bikin project. Lo juga tau kan.....jangan bilang lo cemburu?”

Taeyong menghentikan tangannya yang masih memegang bahan churros

"Mana ada gue cemburu sama pacar adik gue sendiri”

“Ya udah kalo gitu cium gue”

📳Dringgg……

Taeyong mengangkat telpon dengan speaker up karena kedua tangannya penuh dengan olahan churros.

Haechan : "Bang…?”

Taeyong : "Hmm, kenapa?"

Haechan : "Maap ya bang ya, tapi permintaan lu bikin gue malu. Serius lu ngasih tulisan itu di kue nya?"

Mata Taeyong membulat begitupun Doyoung yang terheran dan semakin mencerna situasi.

Taeyong : "Iya, udah cepetan jangan banyak tanya"

Haechan : "Haduh abang gue bucin amat. Mbak, tulisan nya SARANGHAE MY BUNNY pake emot cium jangan lupa sama jempol okenya"

Taeyong yang menyadari telponnya masih menyala segera mematikannya, namun tak kunjung mati karena kedua tangannya lengket dengan olahan churros. Doyoung menatapnya dengan senyuman tipis lalu mematikan ponselnya.

“Jadi ini hari anniversary kita, kan?”

“Itu lo inget” Ucapnya gelagapan

“Ini lo sengaja bikin kejutan? Serius?”

“Lo tuh gak ada apresiasinya atau simpati gitu sama pacar. Gue ngerjain ini buat lu, gue…”

Doyoung mengecupnya sebelum Taeyong menyelesaikan pembelaannya.

“Jangan bikin gue kesel, gue lagi bikin churros liat tangan gue yang …."

Doyoung mengecupnya lagi, tidak, ia menciumnya lebih dalam dari sebelumnya. Ia membungkam dari semua pembelaan yang Taeyong miliki. Ia tahu Taeyong takan menolak.

Tangan Doyoung meraih punggung kecil Taeyong ke dalam dekapannya. Mengabsen seluruh gigi dan mempersatukan saliva keduanya. Taeyong mengalungkan lengan pada tengkuk kekasihnya, membuat Doyoung sedikit menunduk untuk menyentuh leher putih Taeyong.

Ting…tong…..

Doyoung kaget lalu melepaskan ciumannya, ia bertanya-tanya melalui matanya.

“Kayanya Haechan” Taeyong celingukan ke arah pintu

Benar, Haechan datang namun yang mengagetkan adalah ia tak sendiri langkahnya diikuti Johnny dan Jaehyun juga beberapa cemilan ditangannya.

“Beb, lo ngundang mereka?”

“Mereka bosen, pingin makan disini katanya, ya sekalian aja kita rame-rame ya kan?”

“Apa gak sebaiknya anniv cuma kita berdua aja”

“Alah ribet lo, kasian Taeyong ditinggal mulu” Ucap Johnny menghampirinya

“Ih apaan churros nya belum selesai? Abang ngapain aja daritadi?”

Muacccch” Jaehyun memperjelas dengan suara yang cringe.

“Hahahaaaa, bang Doyoung udahlah kalian bisa lanjutin ntar malem sekarang biarin bang Taeyong masak aja dulu kasian para rakyat kelaparan”

Doyoung menghela napas pelan,

“Udah makan kalian harus pergi dari sini, termasuk lu Haechan”

“Oke siap, bos. Tadi gue juga udah ke supermarket, mau rasa strawberry atau anggur?"

 Tadi gue juga udah ke supermarket, mau rasa strawberry atau anggur?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

























.
.
.
Make sure to listen to Monroe on SoundCloud 🌹

Dotae Rise [Oneshoot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang