Doyoung meraih gagang pintu, membuka perlahan dengan kaki yang berjinjit. Tak membiarkan siapapun mendengar langkahnya. Pukul 22.00. walau hampir menyentuh dini hari, dorm para pria ini tak pernah sepi. Ketukan keyboard selalu riuh dari tiap kamar.
Taeyong melipat tangannya di dada, matanya mengikuti pergerakan Doyoung yang cepat menghamburkan dirinya ke kasur. Ia memicingkan matanya.
"Doy.... Bisa gak sih tangan lu di sekolahin. Gak ada akhlak banget tau ga?"
"Lu ngomong apa sih? Gue salah apa lagi astaga"
"Masa lu berani berani nya ngeremes pantat gue di tv nasional"
"Ya ampun....itu kan spontan karena game. Lagian lu tau kan gue kompetitif banget anaknya"
"Ya tapi liat ni beribu komen salfok sama kelakukan tangan lu"
Taeyong menyodorkan hp nya ke hadapan Doyoung, membiarkan Doyoung membaca komenan yang menyentuh angka ribuan itu. Alih-alih membaca, Doyoung justru memilih mematikan hp itu lalu menyimpannya di bawah bantal.
Taeyong sedikit terkejut,
Doyoung menegakan tubuhnya, melipatkan kakinya sejajar dengan kekasihnya"Lu bahagia ga sama gue?"
"Maksudnya?Hmm..........iya"
"Ya udah. Gak usah banyak mikirin komentar itu, baik dan buruknya pendapat mereka selama kita gak nglakuin kejahatan dan gak nglukain orang, tenang aja. Dan lu masih punya gua"
Doyoung melihat senyum yang merekah dari kekasihnya itu, matanya sedikit berair. Ia tak ingin kekasihnya memikul banyak kekhawatiran tentang sesuatu yang tak harus ia pikirkan.
Taeyong mungkin nampak kuat di luar, namun pikirannya selalu ribut. Doyoung menggenggam tangan yang terlipat di dada itu, menenangkan.
Doyoung bangkit dari duduknya, meraih handuk yang menggantung di balik pintu.
"Mau mandi sekarang?"
Doyoung mengangguk sebelum langkahnya masuk ke kamar mandi.
Seharian ini Doyoung sangat lelah dengan pekerjaanya, Taeyong segera menyesali perlakuannya, tak seharusnya Taeyong berbicara begitu disaat Doyoung sedang kelelahan.
Taeyong segera bangkit menuju dapur dan berperang dengan spatula. Ia membuktikan kemampuannya, ya walaupun hanya sepiring nasi goreng kimchi ia yakin kekasihnya pasti akan menyukai ini.
"Hyung, sehat kan? Lu buat gua takut" Haechan berhenti pada tegukan ketiga saat melihat Taeyong yang tengah senyum lebar sendirian di dapur. Ia putuskan tuk balik badan dan kembali ke kamarnya.
"Beresss...cantik banget anjir gue hebat juga ternyata. Bentar, Doyoung suka ga ya kalo gue tambahin mentimun?"
Taeyong berlari dan menanyakan tuk meyakinkan. Ia ketuk pintu berulang kali namun tak ada jawaban.
"Doyoung...lu gak ketiduran
di bathub kan?"..
...
....
.......
Klik..
"Doy, lu suka mentim..."Maniknya terpaku pada seseorang yang bertelanjang bulat dihadapannya. Doyoung mengedipkan matanya berkali-kali karena busa di wajahnya. Ia menyadari seseorang masuk. Sulit bagi Taeyong menelan ludah, bahkan ia lupa tujuannya tuk bertanya perihal makanan.
"Taeyong..?"
Bukkkk..
Taeyong membanting pintu namun ia masih mematung di tempat
"Doy, lu..mau sampai kapan lu mandi?"
"Haaaaa? Gue gak denger"
Wajah Taeyong memerah, pipinya panas dan matanya berlari kesana kemari. Gemuruh di dadanya semakin cepat. Pintu terbuka mengeluarkan uap panas dari dalam, Doyoung keluar dengan sehelai handuk yang menutupi kejantanannya, dadanya yang bidang sungguh lebar dan putih.
"Aku tadi ingin tanya, apa kamu mau pake...."
"Aku? Sejak kapan lu manggil aku kamu?"
Taeyong menjilat bibirnya, ia menyadari telah melanggar aturan.
"Jangan dibiasain, nanti keterusan. Gak baik kalo hubungan kita ketauan.....cukup Haechan sama Johnny hyung yang tau. Itu juga kepaksa karena kita serumah"
Tangan Doyoung berhenti mengibas rambutnya yang basah, maniknya melihat Taeyong yang tengah tertunduk diam. Ia membuang muka dan segera mendekati kekasihnya. Ia mendekap dan mengelus rambut Taeyong berulang kali.
"Lu pake lotion apa? Wangi banget"
Doyoung melonggarkan pelukannya, melepasnya, menangkup kedua pipi Taeyong yang masih merona.
"Lu cantik" kata Doyoung, suaranya berbisik saat senyum perlahan tersungging di wajahnya dan Taeyong sadar betapa dekat mereka sampai-sampai hidung mereka hampir bersentuhan, aroma Doyoung semakin tercium. Taeyong tidak bergerak. Tidak bisa.
Walaupun Doyoung tidak membuka mulut, Taeyong bersumpah mendengar Doyoung mengerang.
"I love you" Sebelum ia melihat sekilas ke bibir Taeyong dan menciumnya. Keras. Tanpa ragu-ragu.
Bukankah tadi Taeyong hanya ingin menanyakan soal mentimun? Pada akhirnya, ia justru mendapatkan mentimun..
Kenalakan ini sungguh liar, Taeyong menciumnya balik. Di antara aroma lotion, uap dari air hangat dan ruangan satu petak serta rasa membutuhkan satu sama lain, Taeyong menghilangkan kebimbangannya soal masakan.
Jantung keduanya berdebar, kulitnya bersentuhan dan mulai memanas. Ciuman yang tiada henti tercipta dan Taeyong mencoba berpegang pada westafel di pinggirnya.
Dengan bersemangat Doyoung membantu melepas hoodie Taeyong dan menciumi pipi, leher dan bibir yang mungil. Mulut Doyoung menyentuh dan meraba, lidahnya kasar dan basah. pikiran Taeyong menggila dengan gambaran erotis yang tidak dapat ia kendalikan.
Bibir Doyoung mencium dada Taeyong, dan jemari Taeyong masuk ke rambut Doyoung yang halus, memegangnya lebih dekat. Mereka berputar dan mengudara bersama.
"Doyoung...I love you too" Bisik Taeyong saat ia melempar celananya ke lantai.
Mereka naked dalam keremangan cahaya. Bibir Doyoung dibenamakan di bibir Taeyong. Otot punggung Doyoung kuat dan Taeyong merasakan bagian tubuh kekasinya yang mengeras. Pikiran Taeyong terselimuti dan berputar, dalam sekejap ia teringat masakannya yang pasti kini telah dingin di dapur.
"Doy, masakan gue..."
"Gue udah kenyang, lagian pasti Haechan atau Johnny hyung yang makan"
"Lo tau darimana?"
Doyoung memutar bola matanya,
"Haechaaaaaan!"
"Ya hyung!"
Taeyong terkejut lalu menatap pintu yang masih tertutup rapat namun terdengar dekat.
.
.
."Doyoung and Taeyong share the same bathroom and have a matching toothbrush" -5th Floor Interview From NCT 127 Japan Official Book Volume 4.