Doyoung menyajikan wine pada kedua gelas di depannya, dan matanya sesekali melirik pada deretan film yang akan ia tonton malam ini.
Sedangkan sang kekasih dibelakangnya sibuk menggulungkan selimut pada badannya, nampak terlihat seperti ulat yang berbaring.
“Hey, tolong minggir. Kau menghalangiku!”
“Haruskah kau berbicara seperti itu pada kekasihmu?”
“Ah maafkan aku sayang. Cepatlah sini”
Doyoung menyeret bokongnya ke belakang, membenarkan posisi yang nyaman di sebelah kekasihnya,
“Titanic?”
“Sudah hampir 5 kali aku menontonnya”
“Midnight sun?”
“Aku tidak suka berdrama”
“Lalu apa? Kau ingin menonton apa?”
“Bagaimana dengan film hantu?”
“Aku tak mau”
Taeyong mendesah “Selera kita memang berbeda” Gerutunya membuang muka.
“365 days?”
Seketika Taeyong membelalak, ia mencoba membaca pikiran Doyoung yang saat ini sedang menatapnya. Mendadak ia merasakan panas di kedua telinganya. Pukulan kecil melayang tepat di kepala Doyoung,
"Arggghh, sakit. apa yang kau lakukan?”
“Ah maaf…kau...mengapa kau mau menonton itu?”
“Memangnya kenapa? kau tahu tentang film itu?
“Tidak, tapi gambarnya saja begitu…..” Ucap Taeyong gelagapan sambil menunjuk ke layar televisi.
Mungkinkah Doyoung itu bodoh atau pura-pura tak tahu film yang dimaksudnya sangat erotis. Dari sudut manapun gambarnya tetap saja sangat membuat kegerahan, bukan?
“Lalu, kau tak mau menontonnya?”
“Apa yang ada dipikiranmu, Doyoungahh?”
“Aku hanya bertanya. Memilih film saja kita harus berdebat!” Suara Doyoung sedikit naik.
Ia mendiamkan Taeyong sesaat, namun tetap memperhatikannya dari sudut mata. Taeyong pun terdiam namun bukan karena bentakan Doyoung tadi, ia hanya sedikit terkejut dengan film pilihan Doyoung.
Bagaimana malam ini akan berakhir? Akankah keduanya menangis karena film atau menangis karena kenikmatan yang……
Doyoung menekan tombol play, lampu kamar meredam perlahan hanya menampakan cahaya dari layar televisi dan tumblr disekitarnya. Sementara Taeyong berusaha menelan salivanya, ia menyalakan lilin aroma. Diliriknya Doyoung tengah serius menatap layar televisi, dan Taeyong ingin meyakinkan,“Doyoung, kau tahu film apa ini?”
“Tidak tahu”
Taeyong menarik senyuman kecil dari sudut bibirnya, ia bergumam “Ya, Doyoung kekasihku tapi dia lebih muda dariku, polosnya”
“Tonton saja dengan tenang!”
Taeyong mengangguk pada perintah Doyoung. Ia menyadari tangannya kian menggenggam jemari kekasihnya itu lalu menyandarkan kepalanya di pundak.
Taeyong mengedipkan matanya berulang kali, mengatasi adegan yang berlalu saat ini. Situasi semakin kikuk, dan tak ada suara dari keduanya hanya beberapa kali Doyoung berdehem, mungkinkah ia haus? Oh tidak, scene terlarang sedang menari di mata mereka lalu menerobos masuk pada hasrat yang mengalir di genggaman tangan keduanya.
Doyoung bangkit tuk meneguk wine, walaupun terasa segar namun udara di ruangan itu semakin memanas. Bahkan rasanya ia ingin menanggalkan pakaiannya saja. Ia rasa pikiran kotor ini sedang merajalela pada setiap inderanya. Ini gila, mengapa ia harus melihat adegan itu?
Doyoung melirik kekasihnya dari ujung mata dan perlahan Doyoung semakin mencondongkan tubuhnya, tangannya meraba selimut yang berbalut di tubuh Taeyong. 5cm lagi mendekat, bibir keduanya akan saling bertemu dan sementara itu Taeyong semakin mengeratkan genggamannya pada lengan Doyoung sembari menutup mata.
“Youngah, ada apa denganmu?" Ejek Doyoung menyandarkan kembali tubuhnya sembari diliriknya Taeyong perlahan membuka matanya.
“Brengsek!” Gerutu Taeyong melihat Doyoung yang cekikikan.
Ia tak yakin sudah memacari Doyoung yang selalu saja membuatnya kesal. Doyoung terlihat menyukai candaan itu, sementara Taeyong mematung meliriknya dengan tatapan tajam.
Taeyong beranjak dari duduknya mematikan televisi yang membuat ruangan terlihat semakin gelap, hanya menyisakan cahaya tumblr yang sedikit remang.
“Apa yang kamu lakukan, aku masih nonton?!”
Doyoung menatap kekasihnya berjalan ke arahnya tanpa jawaban. Apa yang ada dipikiran Taeyong? Dia mendekati Doyoung, berdiri mematung didepannya. Ia menangkup kedua pipi Doyoung, panas mengakar dari telinga menjalar ke pipinya. Doyoung seketika menengadah, mata keduanya bertemu.
“Benarkah kau menontonnya?"
Taeyong mengecup singkat bibir Doyoung “Fuck me then” Ucapnya kembali sebelum ia duduk di pangkuan kekasihnya itu. Ia meraba kasar punggung Doyoung yang berotot, walau sedikit meringis kesakitan merasakan lehernya dihisap dalam.
“You kept on having sex with me, you know how to play” Bisik Doyoung sembari mengecup daun telinga kekasihnya. Ia menyingkirkan selimut dan berbalik Taeyong yang menyelimuti dan menghangatkannya. Lilin aroma yang semerbak kini tak ada gunanya, sang indera seakan buyar dari 2 menit yang lalu.
Taeyong tak pintar membaca situasi. Kesalahan besar jika Taeyong masih menganggap polos kekasihnya. Bukan tanpa tujuan Doyoung memilih film itu. Kode sederhana seperti itu saja Taeyong masih berisik mempertanyakannya. Namun ini juga mengejutkan Doyoung, karena Taeyong sangat terpancing oleh hasratnya.
“Damn you” Ucap Taeyong setelah lepas dari ciumannya. Nafasnya sedikit terengah namun tangannya sibuk menanggalkan pakaiannya.
Bibir Doyoung menciumi dada Taeyong, dan jemari Taeyong masuk ke rambut Doyoung yang halus, memegangnya lebih dekat. Doyoung mengamati leher kanan Taeyong yang telah memerah sehingga dalam satu gerakan cepat, ia berpindah pada leher bagian satunya.
Dengan mata tertutup keduanya menikmati hal yang terindah, berputar dan berkeringat. Seakan surga dunia hanya milik mereka.
Dengan mata yang lelah Taeyong membuka mata, “Doyoungah, kau berat” Ucapnya menahan kekasihnya yang terbaring dibadannya. Jemari keduanya terlepas dan Doyoung bangkit menampakan keringat dibadannya. Ia mendudukan bokongnya diujung sofa,
“Kurasa tak ada gunanya kita menonton film itu, kita sudah expert” Ucapnya menyunggingkan bibir, lalu kekasihnya melemparkan senyuman.
.
.
.Vote ya jika suka ceritanya ^^