Old Heartbreak

1.8K 259 11
                                    

-HERJUNA-

Dulu

"Jun, tahu nggak? Kalau aku lebih suka di apartemen kamu." Mereka sedang memasak di dapur untuk makan siang mereka.

"Al, apartemen kamu lebih besar dan bagus. Aku nggak ngerti kenapa malahan kamu suka di sini. Eh, itu garamnya jangan banyak-banyak." Dengan cepat tangannya menggenggam tangan Alea yang ingin menaburkan garam pada masakan mereka di wajan.

Alea tertawa. "Aku tahu kok, garemnya nggak boleh banyak-banyak." Tubuh Alea bergeser lalu dia mengambil alih mengaduk oseng buncis dan fillet daging mereka.

"Terus kalau tahu kenapa dikasih banyak-banyak?"

"Biar tanganku dipegang sama kamu."

Karena terkejut, dia diam sejenak. Reaksinya membuat Alea tambah tertawa. Setengahnya dia benar-benar menikmati tawa lepas Alea, tapi sebagian lagi jantungnya langsung melorot pergi. Pengalamannya dengan wanita tidak ada. Bagaimana bisa ada jika sejak dulu dia hanya tahu belajar dan bekerja.

"Junaaa, muka kamu merah." Sekarang Alea sudah menggelengkan kepala dan terkikik geli.

"Usil dasar. Permisi, aku mau ambil piring."

Kompor sudah dia matikan kemudian tubuhnya ingin beranjak mengambil piring di rak saat Alea berdiri dihadapannya dekat sekali. Wanita cantik ini, selalu tahu bagaimana membuat dia salah tingkah sendiri.

"Al, permisi." Kakinya melangkah ke kiri dan Alea malah tersenyum usil ikut melangkah dan menghalangi.

"Kita udah enam bulan pacaran. Aku serius sama kamu, tapi aku belum pernah digandeng atau dici..."

"Al..." Ini salah satu jurusnya ketika Alea mulai menggoda. Menatap Alea tegas sambil menghindar. Sekalipun yang dia inginkan sekarang adalah meraih pinggang ramping Alea dan menyentuh wanita itu.

Laki-laki mana yang tidak menginginkan kontak fisik dengan perempuan secantik Alea. Mungkin dia gila, tapi dia benar-benar takut dirinya tidak bisa berhenti ketika memulai sesuatu yang dia tidak tahu. Dia melangkah lagi ke samping, masih bersikukuh ingin beranjak dan mengambil piring. Dan Alea? Sama-sama keras kepala. Malah terus menghalangi langkahnya.

"Aku pacar pertama kamu ya?"

"Bukan, kamu pacarku ke sebelas." Akhirnya dia bisa meloloskan diri dan segera mengambil piring-piring dan menyiapkan meja makan kecil di dekat counter dapur.

"Kayak tim sepakbola. Siapa aja namanya?" Alea terus mengikuti tubuhnya yang berjalan mondar-mandir.

"Daripada nanya aneh-aneh, mendingan bantuin aku, Al. Kamu emang nggak laper."

"Laper lah, masakan kamu kan enak banget. Tapi abis makan nanti aku dici..."

"Alea, jangan ngomong yang nggak-nggak." Tangannya mengacak rambut Alea sayang.

"Oke, tapi kasih tahu nama kesebelasan pacar kamu itu." Akhirnya Alea duduk pada salah satu kursi. Sementara makanan sudah tertata rapih di meja.

Air dalam gelas dia teguk dua kali sebelum mulai makan. Alea sendiri juga mulai makan tapi masih menatapnya sambil tersenyum penuh arti. Mungkin menunggu cerita asal tentang kesebelasan mantan pacarnya yang terbentuk hanya beberapa menit tadi.

"Oke...hmm, let see. Ada yang namanya Al juga. Nama panjangnya Alisson."

Dahi Alea mengernyit berpikir.

"Terus, ada juga yang namanya Jota. Diogo Jota. Tapi favoritku sih tetep Mo Salah."

Alea berdiri lalu mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu. Kemudian dia tertawa. "Aku tebak, setelah itu nama mantan kamu Virgil van Dijk. Oh, yang ini bagus Ozan Muhammed, atau Benjamin Davies. Betul nggak?"

This CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang