The Rescue Mission

844 190 25
                                    

Yak, akhirnya setelah berminggu-minggu Herjuna nyari Nadin kemana-mana kan. Ada bawangnya sedikit ya. Enjoy Loveee.

***

Keesokan paginya.

Pras melangkah tergesa menuju lift lobi utama. Dia baru tiba satu hari setelah pertemuan keluarga berlangsung kemarin malam. Raya menghubunginya melalui pesan singkat pagi ini dan bilang Nadin sakit. Muntah-muntah dan demam. Sahabat kakaknya itu memang sudah tiba sejak kemarin malam dan rupanya menginap di hotel yang sama dengan Nadin.

Pintu kamar hotel dibuka setelah dia mengetuk dengan tidak sabar. Raya keluar sejenak untuk bicara dengannya.

"Gimana Nadin?"

"Stres berat. Lagi tidur sekarang. Karena dua keluarga yang tidak tergoyahkan semalam. Mama kamu baru aja balik dari sini." Raya diam dan berpikir sejenak. "Jangan bilang saya yang kasih tahu kamu tentang ini semua. Dia nggak mau kamu tahu."

Sumpah serapah otomatis keluar dari mulutnya. "Lo jagain Nadin dulu. Gue mau ketemu papa."

"Pras, Pras..." lengannya ditahan Raya. "Nadin nggak mau kalian ribut. Mama kamu bisa sedih," bisik Raya karena mereka masih berada di koridor hotel.

"Pertama, mama saya sehat wal afiat. Kedua, ribut itu bagus berarti gue masih komunikasi. Lagian mendingan stress dan ribut sekarang daripada heboh cerai nanti."

"Ya iya juga sih. Tapi tetep aja jangan ribut beneran, Pras."

"Cowok itu mana?" maksudnya adalah Herjuna.

"Itu urusan saya. Kamu urus papa kamu, saya urus si cowoknya yang lagi lari ke sini."

"Bagus. Gue tinggal dulu."

"Pras, Pras..."

"Duuuh...apaan lagi sih?"

"Nadin nggak mau kamu putus sama Gista."

"Ya ampun. Dasar tukang nonton sineron. Udah ah." Kakinya berjalan cepat menuju lantai bawah.

Ponsel dia angkat untuk menghubungi mama.

"Sayang," mamanya langsung menjawab.

"Papa mana, Ma?"

Ada jeda di sana.

"Mama dukung perjodohan sialan ini? Serius, Ma?"

"Papa kamu bingung tentang penerus usaha keluarga, Pras. Kamu harus paham."

"Wow, aku kecewa sama Mama."

"Pras, jangan begitu." Mamanya mendesah lemah di sana. "Bicara pada papamu. Jangan pikir Mama nggak coba sebelumnya. Mama sudah coba dan gagal. Hanya satu yang bisa Mama selamatkan. Kamu dan Gista. Papa benar-benar tidak punya pilihan soal Nadin."

Kemudian mama menyebutkan alamat kantor perwakilan perusahaan mereka di sini, tempat papa sedang meeting urusan pekerjaan. Dia menitipkan tasnya di resepsionis untuk diantarkan ke kamar mama, mencegat taksi di depan hotel, dan melaju untuk bertemu seseorang yang dia tidak suka. Ayahnya sendiri.

***

Herjuna tidak mengerti kenapa kali ini Irna bisa tidak mendapatkan tiket. Ya Tuhan, itu harusnya tugas mudah kan? Hanya tiket ke Singapore saja. Banyak pesawat yang transit ke sana. Akhirnya keberangkatannya harus tertunda satu hari. Ya, satu hari yang menyiksa karena tahu waktunya hampir habis. Besok Nadin akan menikah.

Dia tidak mau mengulangi kesalahan yang sama. Kehilangan wanita yang dia cinta dan malahan berusaha merebut wanita itu dari suaminya. Dua hal bodoh yang dia lakukan dulu tidak boleh terjadi lagi. Tapi kemudian ketika dia duduk di atas pesawat kelas bisnis pagi itu, dia bertanya-tanya sendiri.

This CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang