Marriage

1.4K 220 21
                                    

-Raya-

"Congratulation!!!!" Ketiga sahabat dekatnya mengucapkan selamat. Mereka berada di salah satu kamar hotel yang dengan sengaja disewa oleh Nadin untuk bridal showernya.

Sungguh, ini berlebihan dalam konteks yang dia suka. Bagaimana tidak, tiga sahabatnya hadir. Ersa, Nadin, dan Jelita. Ide ini, ide Nadin si gila itu. Ya, dari ke tiga kawannya, selain paling berada, Nadin juga paling bisa menghidupkan suasana. Tipe extrovert yang menyenangkan. Cantik? Jangan ditanya. Sementara Ersa selalu menjadi si galak, dan Jelita si bijaksana. Dan dia? Peramai suasana. Jadi bisa dibayangkan riuhnya malam itu.

Mulai dari kado lingerie super sexy yang harus dia kenakan, sampai permainan konyol yang sahabatnya siapkan, dan banyak jenis kudapan yang dipesan dari hotel. Bukan sembarang hotel. Mereka menginap di The Emperor. Hotel terbaik di kota yang tergabung dalam jaringan Darusman Group. Kamar mereka pun luar biasa. Dua bed besar, balkon luar dengan meja makan kecil dan jacuzzi. Juga pemandangan malam kota yang luar biasa. Manager hotelnya juga mempersiapkan dekorasi kamar yang cantik dengan balon dan penataan meja dengan bunga. Ini sempurna.

"Gue nggak mau keluar. Gila kaliaaan, ini mini banget," teriaknya dari kamar mandi besar sambil menatap lingerie yang teman-temannya belikan. Warna merah maroon cantik dengan bahan satin lembut dan tali spaghetti. Potongan dadanya benar-benar rendah, jika dia salah bergerak segalanya bisa terlihat. Gila.

"Keluar nggak. Cepetan," ujar Ersa.

"Nggak mau." Oke, dia memang bukan tipe yang bisa atau suka memakai pakaian sembarangan. Rok terpendek yang dia punya hanya sebatas lutut. Keluarganya bisa murka jika dia berpakaian terlalu seksi dan tidak mengindahkan tata krama.

"Cepetan keluar, atau tagihan hotel ini lo harus bayar," ancam Nadin.

"Naaad...gaji gue bisa abis kalau lo kasih bill itu ke gue. Sial."

Tiga sahabatnya tertawa. Menyebalkan. Akhirnya dengan malu-malu dia keluar dari kamar mandi. Nadin yang usil sekali sudah siap merekamnya.

"Hellooo, calon pengantin wanitaaaa. Say Hi to your future husband." Tiga sahabatnya itu tertawa, bahkan Jelita yang biasanya paling bijaksana.

"What? Lo telpon Adit? Nadin?" matanya membelalak panik. Dia langsung masuk kembali ke dalam kamar mandi untuk mengambil baju handuk dan segera mengenakannya.

"Nad...give me your phone. Matiin nggak?"

Lalu mulailah pertikaian dan perang bantal itu. Memperebutkan video dirinya yang tiga kawannya akan kirim ke Adit. Dia kesal, tapi sungguh menikmati semua ini. Mereka sungguh kekanakkan sekali karena dalam dua puluh menit tempat tidur yang tertata rapih sudah berantakan.

Nafas mereka masih tersengal sambil tertawa lebar. Duduk di balkon luar setelah selesai memporak-porandakan kamar dalam.

"Oke, cheers buat si jomblo menahun yang gagal move on dari Charles. Bye-bye Charles. Hello, Adit." Ersa mengangkat gelasnya.

"Hey-hey, tanpa Adit gue sudah baik-baik aja. Sembarangan."

"Bagus, kamu memang luar biasa, Nak," sahut Jelita dan mereka tertawa.

Mereka mulai menyantap kudapan di meja.

"Sumpah gue keringetan. I don't know about you girls, but I will take off my clothes and jump over there." Nadin tanpa sungkan membuka bajunya dan menyisakan baju dalam saja. Masuk ke dalam jacuzzi hangat yang menggoda.

Dua temannya menyusul dan mengundangnya masuk. Dia tertawa. Ini surga. Jubah sudah dia tanggalkan dan kakinya melangkah masuk ke jacuzzi hangat itu. Duduk berputar bersama sahabatnya dengan lingerie baru.

This CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang