What a Surprise

828 181 14
                                    

Ada featuringnya yaa. Cekidot ajah.

***

-Gista -

Pagi itu dia bangun lalu mengerjapkan mata untuk mengumpulkan nyawa. Ya, sudah satu bulan lebih dua minggu dan hari pembukaan kedai makin dekat. Jadi setiap bangun pagi yang dia pikirkan adalah pekerjaan apalagi yang masih belum selesai untuk kedai. Hal itu mujarab untuk mengusir bayang-bayang Pras yang masih saja datang. Apalagi setelah kejadian di malam hari hujan. Sungguh dia berusaha keras untuk bersikap professional saja, dan Pras pun seperti setuju, sehingga mereka bisa bekerja dengan lebih fokus.

Dekorasi kedai sudah selesai, perekrutan karyawan juga sudah dikerjakan dan saat ini beberapa barista sedang di test oleh Pras. Hari ini ada seorang konsultan yang Pras sewa untuk memberikan training pada dirinya sendiri. Ya, Pras bilang dia harus menguasai manajemen kedai secara keseluruhan. Jadi orang itu akan mengajarkan segala hal yang dia butuhkan. Pras bahkan meminta dia untuk cuti kuliah dua minggu perihal ini. Dia sendiri masih berpikir dia bisa menjalankan keduanya.

Tubuhnya sudah bangkit berdiri saat ponselnya berdering. Pras. Ya, siapa lagi? Karena Pras sudah mengusir Basma pergi, entah dengan apa. Tiba-tiba Basma tidak pernah menghampirinya di kampus lagi. Dia sendiri tidak mencari tahu karena kesibukan yang Pras berikan membuatnya gila. Dering ponsel yang tidak berhenti membuat pikirannya teralih.

"Ya?"

"Udah mandi?"

"Belum. Baru bangun."

"Udah cuti kuliah kan?"

"Belum. Jadwal cuma ada tiga kok minggu ini. Mid semester juga udah selesai."

"Saya di bawah."

Cepat-cepat dia memeriksa dari jendela kamar kos di lantai atas dan Pras memang sudah ada di depan pagar kos dengan motornya.

"Mandi di kedai aja. Saya tunggu cepetan."

"Tapi..."

Sambungan sudah diputus. Dahinya mengernyit kesal karena Pras kumat lagi dengan sikap anehnya. Padahal sudah dua minggu sikap Pras normal saja. Dia bergegas bersiap-siap dan mandi pastinya. Tidak mau mengikuti saran Pras untuk mandi di kedai yang berarti mandi di kamar pribadi Pras. Hal itu bisa mengganggu tidur dan membuat imajinasinya keliling dunia di malam hari.

Dua puluh menit kemudian dia berlari ke lantai bawah dan karena tidak hati-hati dia tersandung tali sepatu kets nya sendiri ketika sudah berada di luar pagar. Pras yang melihat langsung menahan tubuhnya agar tidak jatuh ke selokan.

"Selamat pagi, Tuan Putri Ceroboh," ujar Pras.

Cengiran dia kembangkan lebar sambil berdiri tegak melepaskan tangan Pras dari lengannya. "Sorry, kesandung."

Kepala Pras menggeleng menatapnya. Tanpa dia duga Pras membungkuk untuk memasang tali sepatu ketsnya. "Pras, Pras, saya bisa kok."

Percuma, karena Pras sudah selesai. Tanpa bicara Pras memasangkan helm, menalikan benda itu, lalu menepuk puncak kepalanya.

"Kita mau ke kedai kan?" dia bertanya bodoh untuk menutupi rasa gugup.

"Kita mau jalan-jalan dan makan enak."

"Bukannya mau ketemu konsultan?"

"Ibu guru kamu baru bisa datang lusa depan. Jadi kita punya waktu dua hari buat jalan-jalan. Cari referensi pastry yang enak, cari resepnya, dan belanja kebutuhan buat kamu bikin di kedai."

"Pras, kan saya nggak setuju. Pastry buatan saya nggak seenak itu."

"Ya kita coba aja dulu. Kalau enak dijual, kalau nggak enak kamu saya bully habis-habisan," Pras sudah naik ke atas motor.

This CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang