Iiihhh...aku suka nulis romance begini. Senyum-senyum sendiri.
***
Denting-denting peralatan makan terdengar dari salah satu restoran yang berada di lantai tertinggi salah satu bangunan di Singapura. Suasana restoran pilihan Majeed malam ini tidak terlalu ramai. Hanya syahdu dengan temaram lampu dan lima pasangan yang sedang menikmati hidangan mereka. Mereka asyik mengobrol sejak awal Majeed menjemputnya di hotel. Topik-topik sosial yang ringan, juga kabar dari kedua negeri, Indonesia dan Malaysia. Majeed benar-benar teman bicara yang sangat baik karena segalanya terasa nyaman saja. Pembicaraan yang mengalir tanpa canggung, dan yang paling penting dia merasa didengarkan.
Raya sudah menyelesaikan menu utama dengan Majeed yang menatapnya.
"Maaf, saya nggak bawa gaun atau apapun karena terburu-buru dan karena saya nggak sangka akan makan malam formal begini," dia berpikir Majeed pasti merasa penampilannya aneh dengan celana jeans gelap dan blouse warna hitam saja. Sementara Majeed mengenakan setelan jas tanpa dasi, terlihat gagah sekali.
"Tidak masalah," Majeed tersenyum lalu meneguk minumannya.
"Kamu memperhatikan saya terus, jadi saya pikir pakaian saya salah."
"Nothing wrong with you. You are a very attractive Lady, smart, dan mudah diajak bicara. Biasanya saya tidak senyaman ini dengan orang lain."
"Apa boleh buat, sudah dari sananya begitu," candanya hingga Majeed tertawa.
Mata gelap Majeed terus menatapnya. Wajah dia tolehkan karena entah kenapa rasa gugup datang.
"Kapan kamu kembali ke Jakarta?" tanya Majeed.
"Besok," dia menatap Majeed lagi.
"Besok hari Sabtu, apa kamu bisa tunda? Senin mungkin?"
Dia tersenyum. "Urusan saya sudah selesai di sini."
Kepala Majeed mengangguk. "Nadin terlihat sangat bahagia," senyum Majeed mengembang lagi. "Dan saya ikut bahagia untuk Nadin dan pasangannya."
"Kamu nggak marah?"
"Sama sekali tidak. Saya belum punya rasa apa-apa bahkan untuk marah," Majeed diam sejenak. "Tapi saya sedikit kecewa karena kamu pulang terburu-buru. Apa yang saya bisa tawarkan jadi kamu mau tinggal, let say dua hari lagi?"
Punggungnya bersender sedikit kemudian dia tersenyum sopan namun masih diam.
"Ada yang tunggu kamu di Jakarta?"
"Ada..."
Air wajah Majeed berubah.
"...security apartemen saya," lanjutnya. Lalu dia melihat Majeed tersenyum lagi.
"Saya ingin ajak kamu ke tempat-tempat selain restoran begini. Kamu sudah coba street food Singapore? It's delicious."
"Dengan resiko gendut," wajah dia pasang datar seolah tidak tertarik.
"Atau bersepeda lintas dua negara?"
"Itu menarik."
Majeed terlihat makin tertantang. "Atau..." tatapan Majeed kembali dalam. "...hanya menghabiskan waktu dengan saya."
"Maksudnya?"
Bahu Majeed sedikit terangkat. "Watch movie, membaca buku, memasak, makan siang, lalu makan malam. Hal-hal yang biasa dilakukan dua orang yang menghabiskan waktu."
"Kamu mengajak saya...berkencan sepertinya."
"Saya mengajak kamu lebih tahu satu sama lain. Jika dating terasa memberatkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
This City
RomanceIni kisah tiga yang berbeda. Tentang cinta, tentang hidup, tentang persahabatan, dan tentang mereka. Benang cerita terulur panjang, namun terjalin pada kota yang sama. Nikmati dengan secangkir kopi, sambil mendengar lagu favorit mereka. Herjuna. Set...