Chapter 13 : Infiltrate

81 6 6
                                    

Esok harinya, seluruh hero yang ada di kota dikumpulkan. Emma membagi pasukan menjadi 3, pasukan 1 akan berjaga di sekitar kota, pasukan 2 di daerah perbatasan, dan yang terakhir adalah pasukan utama yang akan pergi ke hutan Lakeside.

Para hero akan mulai pada jam 10 pagi, maka beberapa dari mereka akan membuat persiapan sebelum berangkat. Naib menyiapkan diri dengan radar ally dan senapan yang diisi dengan amunisi obat degenerasi tingkat 5. Tak lama Norton memanggilnya untuk segera keluar dan bergabung dengan pasukan utama.

Pasukan utama sendiri hanya berisi hero kelas S dan A dengan pengecualian Emily yang ditugaskan untuk menjaga wilayah rumah sakit dan sekitarnya.



Naib's POV

Tak kusangka hari ini datang juga.

Hari dimana kami akan berhadapan dengan banyak musuh berbahaya.

Pasukan di kota dan perbatasan masih anteng-anteng saja. Aku mengerti kenapa Emma memasukkan diriku di pasukan utama, bahkan Martha yang masih menjadi kelas C.

Ngomong-ngomong, gelang hero milikku hilang... toh, ngga penting juga sih, aku tak membutuhkan itu lagi.

Akhirnya kami sampai di hutan Lakeside, cukup dalam, namun ada sebuah desa mati yang penduduknya hilang semua. Martha langsung memegang lenganku, dia ketakutan sekali, yah disini memang menyeramkan sih... tapi hanya ini satu-satunya jalan menuju batu prasasti untuk membuka portal menuju tempat Dungeon Force.

Aku mengusap kepalanya pelan, lalu menggandeng erat tangannya. Ia tidak seperti gadis-gadis lain yang bertangan lembut, tangan Martha sangat kasar dan penuh bekas luka, sekarang aku paham kalau dia ingin sekali menjadi kuat demi mencari ayahnya yang hilang.

Terkadang aku melihatnya latihan setiap tengah malam memukul samsak hingga pagi, tanpa istirahat. Terlihat jelas, ia tidak puas dengan kekuatannya yang hanya menjadi deffender dan selalu dibantu orang lain untuk menghabisi lawan.

Well... okey, kami sampai di batu prasasti itu, wanita yang bernama Michiko itu menggores jarinya dan meneteskan darahnya, tak lama kemudian sebuah portal merah muncul. Kami memasukinya dan sampai di dalam sebuah aula kastil yang lumayan gelap dan penuh lorong, kami berpencar dan berusaha mencari pak Leo dan Robbie.

Naib's POV end



Semuanya telah berpencar dengan mengunakan radar ally yang sudah dipasangi GPS otomatis, sejauh ini tidak ada lawan maupun monster yang menyergap.

Eli membagi penglihatan dengan burung hantunya untuk memeriksa keadaan mulai dari aula kastil hingga seluk beluk lorong, kemudian ia menghubungi seluruh pasukan utama dengan mikrofon.

"Aman" -Eli

"Kau melihat sesuatu seperti penjara?" -Emma

"Sayangnya, tidak... kurasa ada dibawah tanah" -Eli

"Heem... baiklah..." -Emma

Beralih ke Luca dan Edgar, mereka melakukan pencarian hingga ke lantai atas kastil.

"Dapat sesuatu?" -Luca

"Entahlah, aku hanya melihat ruangan ini tidak estetik, siapa yang telah mendesain ini? Seleranya murahan" -Edgar

"Bisa tidak sekali saja kau tak meremehkan sesuatu, ini tempat lawan loh, bisa saja kita mati... :'] " -Luca

Seketika, ada yang mementalkan Luca dan Edgar disana, terlihat kekuatan listrik yang sangat besar menyambar bagaikan menebas mereka.

Survive in Capital | Identity V Modern AU |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang