[5]

2K 147 1
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________


🌻🌻🌻


Memasuki kawasan bandara, Rara menjadi sangat gelisah. Hatinya sangat tidak tenang saat ini.

"Ra, kenapa deh kamu? Grasak grusuk aja daritadi" tanya Leo yang menyadari perubahan sikap Rara sejak memasuki kawasan bandara.

"hah? Enggak kok, enggak kenapa-kenapa aku" kilah Rara dan berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri.

Leo hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Rara.

Setelah Leo memarkirkan mobilnya, keduanya turun dari mobil. Sebelum benar-benar keluar dari mobil, Rara menarik napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Berusaha menenangkan dirinya.

Ra, bisa kok. Bisa. Anggap aja dia orang asing

Rara dan Leo berhenti di depan pintu kedatangan domestik. "Ra, aku mau ke toilet dulu ya. Kamu tunggu di sini aja, jangan kemana-mana"

Rara mengangguk setuju setelah mengatai Leo dengan julukan 'dasar beser'. Rara berdiri di tengah-tengah koridor bandara yang tidak terlalu ramai sore ini. Mungkin dikarenakan kenaikan drastis harga tiket pesawat yang mengakibatkan menurunnya peminat transportasi penerbangan ini. Rara meraih ponsel di dalam shoulder bag nya. Ia mengambil beberapa foto pemandangan bandara sore hari ini. Salah satu foto itu ia upload di instagram storynya.

Masih sambil memainkan ponsel, Rara mendengar langkah kaki yang berhenti tepat di depannya.

"lama amat sih, Yo"

Hening. Rara tidak mendapat respon apa-apa. Jika itu Leo, tidak mungkin lelaki itu tidak merespon ucapan Rara. Rara mengalihkan pandangannya dari ponsel menjadi melihat sosok yang ada di depannya ini. Kedua bola matanya perlahan membesar. Tubuhnya pun refleks bergerak mundur, mencoba menjauh dari sosok tersebut.

Raka Devano.

Dialah sosok yang ada di hadapan Rara. Laki-laki itu tersenyum tipis pada Rara. Senyum yang dulu selalu meluluhkan hati Rara. Senyum yang selalu dilihatnya setiap hari. Senyum yang selalu memiliki kenangan disetiap ingatan Rara. Dan, senyum yang menjadi salam perpisahan dari Raka untuknya saat itu.

"Hai, Ra" Raka menyapa Rara pelan.

Rara gelagapan mendengar sapaan itu dari Raka. Ia memejamkan matanya sebentar. Mencoba menggali memori yang sengaja ia kubur jauh-jauh di dalam otaknya. Mencoba mengingat lagi suara ini. Suara laki-laki ini. Suara yang selalu berkata dingin dan hangat sekaligus padanya.

Rara merasa tidak kuat. Ia tidak siap jika bertemu lagi dengan Raka. Pertahanannya seolah akan runtuh saat itu juga. Semua usahanya selama dua tahun ini pun sepertinya akan sia-sia. Rindu. Terlalu rindu Rara pada sosok ini. Sosok Raka yang menemani masa putih abu-abunya.

Rara membuka mata yang tadi terpejam. Mencoba untuk terlihat baik-baik saja. Dia tersenyum canggung pada Raka.

"Hai, Ka" balas Rara pelan. Sangat pelan. Bahkan hampir tidak terdengar.

"kamu baik?" Tanya Raka lagi. Dia memperhatikan sosok mungil di hadapannya ini. Tidak banyak berubah, hanya saja rambutnya kini menjadi lebih pendek.

Rara menanggapi pertanyaan Raka dengan anggukan. Dia melihat ke sembarang arah, mencoba untuk tidak bertatapan langsung dengan Raka. Di kejauhan dilihatnya Leo keluar dari toilet bandara. Perasaan lega seketika menghampiri dirinya. Rara langsung mengubah posisinya menjadi berdiri sedikit di belakang Leo. Menunjukkan ketidakinginannya untuk melihat Raka secara langsung.

"Mas dari Tim Isomi?" Leo bertanya pada Raka.

Raka mengangguk. "Iya benar"

Leo mengulurkan tangan kanannya ke hadapan Raka. "Saya Leo. Leonardo Huran. Ketua acara BPC G-Young Fair"

"Raka Devano, leader tim Isomi" Raka membalas uluran tangan Leo. "kami udah saling kenal" sela Raka saat Leo ingin memperkenalkan Rara.

Leo menoleh pada Rara meminta konfirmasi atas hubungannya dengan Raka.

"Teman SMA" sela Rara.

Rara buru-buru mengkonfirmasi sebelum Raka mengatakan hal yang tidak-tidak. Leo hanya manggut-manggut mengerti mendengar hal tersebut.

Selesai berkenalan dengan tim Isomi yang lain - Dimas dan Bayu, kelima orang tersebut beranjak menuju parkiran mobil. Leo membantu Dimas dan Bayu memasukkan barang mereka ke bagasi mobil, sementara Rara menunggu di sebelah mobil. Dia hanya bisa tertunduk karena ada Raka di sebelahnya berdiri.

Selama perjalanan hanya suara musik dari radio mobil Leo yang terdengar sebelum akhirnya Leo membuka obrolan. Dia bertanya apakah tim Isomi baru pertama kali datang ke kota ini. Selain Raka, Dimas dan Bayu mengatakan mereka baru pertama kali ke kota ini. Leo pun bertanya beberapa pertanyan kepada mereka, berusaha untuk mencairkan suasana.

Sementara itu, Rara hanya bisa menatap kosong layar ponselnya sambil sesekali mendengarkan obrolan Leo dengan Tim Isomi.

"oh ya, Mbaknya sama Raka katanya temen SMA ya tadi? Kok Raka enggak pernah ngasih tau kami ya" heran Dimas.

Rara yang tidak tahu harus mengatakan apa, hanya membalas dengan tertawa kecil. Sedangkan Raka, dia hanya memperhatikan gelagat Rara dari pantulan kaca mobil. Obrolan pun kembali dilanjutkan oleh ke empat lelaki yang ada di dalam mobil itu.

***

Waduh, Rara dan Raka ketemu juga akhirnya. Apakah ini memang takdir? Ada apa dengan mereka? Ada cerita apa hingga Rara tidak ingin melihat Raka lagi?

Jangan lupa vote ya, Terima Kasih 💜

Next, Bagian Empat

Ruang RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang