[40]

2.3K 94 1
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻

Raka menunggu kedatangan Rara dan Leo di depan kamar tim lain yang sudah kosong. Akan memakan waktu jika menunggu di kamar mereka yang ada di lantai dua. Mata Raka memandang lurus ke arah sebuah motor matic di ujung sana.

Motor Rara

Raka tahu betul itu adalah motor milik Rara. Motor matic berbentuk skuter yang sudah dipakai Rara sejak SMA. Dia juga pernah memakainya beberapa kali, saat dia dan Rara bosan memakai motor Raka ketika mereka pergi berdua.

Pernah Raka terfikirkan, bagaimana sulitnya Rara mengatasi ini semua. Terlalu banyak kenangan mereka di sini.

Itu semua karena lo, dasar brengsek

Tidak berapa lama kemudian, sebuah mobil memasuki pekarangan homestay. Terlihat Leo dan Rara turun dari mobil itu. Leo segera menghampiri Raka, Dimas dan Bayu yang sudah menunggu kedatangan mereka sedari tadi. Leo membantu ketiganya untuk memasukkan barang mereka ke bagasi mobil.

Pandangan Raka bertemu dengan Rara yang tengah berdiri di samping pintu mobil sambil memainkan ponsel. Melihat itu membuat Raka mengurungkan niatnya yang hendak menyapa Rara.

Beberapa saat kemudian, mobil pun melaju menuju bandara. Selama perjalanan hanya ada obrolan antara ke empat lelaki ini. Sementara Rara, dia hanya memandang jalanan di depannya.

Raka mengambil kopernya dari bagasi mobil saat mereka sampai di bandara. Keempat lelaki itu berbincang ringan sembari berpamitan.

"Ka"

Panggilan itu sontak membuat Raka menoleh pada Rara. Sudah lima hari dia bersama Rara, namun baru kali ini Rara memanggil namanya duluan.

"Bisa kita bicara sebentar?"

Raka mengangguk mengiyakan. Dia mendekat ke arah Rara yang masih cukup jauh darinya. Bergerak menjauhi ketiga lelaki yang masih asyik berbincang itu.

Raka memperhatikan wajah Rara yang sedikit tertunduk. Ada raut kegelisahan di sana. Apa sebenarnya yang ingin dilakukan Rara. Otaknya menyimpulkan berbagai macam spekulasi saat ini.

Tiba-tiba Rara menggenggam tangan kanan Raka yang bebas. Ia meletakkan sesuatu di sana. Raka memperhatikan benda itu. Sebuah liontin berbentuk huruf R.

Tunggu dulu.

Raka tau liontin ini. Jelas dia tau. Karena dia lah yang memberikan liontin ini dulu pada Rara. Sebuah perasaan hangat mencuat memenuhi raga Raka. Menggantikan rasa keterkejutannya. Tidak ia sangka Rara masih menyimpan liontin ini. Rara masih menyimpan benda pemberian darinya. Tapi kenapa sekarang Rara memberikan itu padanya? Seketika pertanyaan itu muncul di kepalan Raka.

"Ra" panggil Raka.

Raka menatap Rara intens. Dilihatnya raut wajah Rara lekat. Sebuah senyuman terlukis di sana. Senyum yang sama dengan dulu saat ia memutuskan Rara.

Tidak.

Apa lagi ini.

Rara tersenyum getir menatap Raka. "Aku balikin ini ke kamu Ka. Ini bukan hak milik aku lagi sekarang. Kamu sudah sah milik orang lain, aku enggak mungkin mengharapkan kamu lagi"

Raka menatap Rara dalam. Ia tidak bisa berkata apa-apa. Selama ini Rara masih mengharapkannya. Ia tidak tau fakta itu. Dia kira, Rara sudah melupakannya. Belum lagi kedekatan Rara dengan Leo membuatnya menyimpulkan hal tersebut. Tapi, apa yang terjadi. Raka benar-benar hilang akal.

Dasar brengsek, lo udah nyakitin anak orang sampai segininya Raka

"Ra"

Rara tersenyum lagi. Sama seperti sebelumnya. "Terima kasih Ka. Terima kasih karena sudah pernah menjadi pengisi hati aku. Pernah jadi pemeran utama dalam kisah hidupku. Semoga kamu bahagia dengan keluargamu yang sekarang"

Bagai tersambar petir, tubuh Raka menjadi kaku. Dia tahu betul letak kesalahannya itu. Menghamili Angel saat dia masih menjalin hubungan dengan Rara. Lalu memutuskan hubungan mereka dengan alasan seorang pengecut. Malam itu adalah pintu neraka baginya. Malam dia berdua dengan Angel di rumah gadis itu. Persetan dengan nafsu bejatnya. Raka menertawakan dirinya sendiri dalam hati. Dia benar-benar tidak waras. Laki-laki terkutuk yang memporak-porandakan hidup Rara.

"aku minta maaf Ra" ujar Raka penuh penyesalan.

Kini, apa yang bisa Raka lakukan lagi. Semua sudah terjadi. Takdir sudah menggariskan kisah di kehidupan Raka dan Rara. Hanya penyesalan yang menghantui hidup Raka sejak kejadian itu.

Bohong jika Raka sudah tidak menyayangi Rara. Bohong jika dia sudah tidak peduli dengan Rara. Dia sudah berusaha. Melakukan yang terbaik untuk melupakan Rara. Tapi, itu semua belum cukup untuk menghilangkan jejak Rara dari hati dan pikirannya. Raka masih menyayangi Rara, bahkan sampai detik ini. Gila memang. Di saat dia sudah berkeluarga dan memiliki seorang anak.

Tapi mau bagaimana? Jatuh hati adalah hal paling sulit di dunia ini.

Rara menggeleng. "hey Ka, udah stop. Jangan minta maaf lagi sama aku. I just want you to take good care of your family. You are a father now " ujar Rara sambil tertawa. "Tapi anak kamu lucu banget loh, Ka"

Hati Raka meringis melihat tawa Rara yang sangat terpaksa itu. Berkali-kali dia meminta maaf dalam hatinya. Walau dia tahu, permintaan maaf saja tidak cukup.

Raka sangat ingin merengkuh tubuh Rara. Membawanya masuk ke dalam pelukannya. Meski Rara berusaha menahan, Raka tahu, air mata Rara sudah akan tumpah sebentar lagi.

"Ra, boleh aku peluk kamu?" Raka memberanikan dirinya bertanya. "for the last time "

Raka melihat Rara berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk. Langsung saja Raka menghabiskan jarak diantara mereka. Melingkarkan kedua tangannya pada tubuh Rara. Membuat indra penciuman mereka dapat saling mencium aroma yang sudah mereka kenal ini. Raka meletakkan dagunya di atas kepala Rara. Dia mengelus pelan rambut Rara berkali-kali. Mendekap tubuh mungil Rara dengan erat, tak ingin melepaskan meski itu mustahil.

Ini terakhir kalinya. Biarkan kedua anak manusia itu merasakan kehadiran satu sama lain untuk yang terakhir kalinya. Menumpahkan segala kerinduan melalui dekapan mereka. Membiarkan segala beban dan kenangan menyakitkan itu pergi menguap ke angkasa.

Rara bergerak pelan melepaskan dekapan Raka padanya. Raka melihat itu, Rara menghapus air mata yang keluar dari kedua matanya. Kepala Rara tertunduk dalam, tidak mengizinkan Raka untuk melihat wajah sembabnya.

Raka melihat liontin R yang masih ada di dalam genggamannya. Dia menggenggam benda itu dengan erat. Tak ingin kehilangan benda berharga itu dari tangannya.

Raka memperhatikan Rara yang masih tertunduk. Ini akhirnya. Selesai sudah ini semua. Kini Raka hanya bisa menyimpan sosok Rara di dalam hatinya. Tidak mungkin lagi bagi dia untuk memiliki Rara. Semua selesai.

Raka melangkahkan kakinya menjauh dari Rara. Menghampiri Bayu dan Dimas yang sudah menunggunya.

Maafkan aku Ra, aku memang laki-laki brengsek, pengecut, dan enggak tau malu. Tapi izinin aku Ra, izinin aku selalu nyimpan nama kamu di sini, di hati ini. Karena cuma kamu pemilik hati ini Ra

Kepergian Raka membuat kisah ini benar-benar usai. Tidak ada lagi kisah selanjutnya. Kisah baik atau pun buruk, itu akan selalu menjadi jalan hidup. Begitu pula dengan mereka. Kini, kisah mereka sudah selesai. Raka dan Rara selesai.

***

Wah, rumit memang jika menyangkut masalah hati. Tapi mau bagaimana? Semua itu sudah dilukiskan oleh takdir. Kita hanya bisa menjalaninya saja.

Jangan lupa vote nya, terima kasih 💜

Next, Epilog

Ruang RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang