[28]

1.2K 73 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻

Tangis Rara pecah saat dia menutup pintu kamarnya. Rara berdiri menyender pada daun pintu. Perlahan tubuhnya luruh ke lantai. Rara memeluk kedua lututnya erat. Membenamkan seluruh wajahnya di sana.

Isak tangis Rara terdengar pilu. Ia tidak siap jika harus berpisah dengan Raka. Selama ini hidupnya hanya berputar pada Raka. Raka yang menjadi poros hidupnya. Raka yang menjadi pemeran utama dalam kisah hidupnya.

Cukup lama Rara bertahan pada posisi itu. Ketika tangisnya mulai reda, Rara bangkit. Ia mengusap air mata di kedua pipinya.

Hey Ra, udahan nangisnya. Cengeng banget sih. Raka pergi buat kuliah di sana, sadar, jangan jadi penghalang dia

Rara berjalan gontai menuju kamar mandi. Ia butuh membersihkan dirinya yang sudah kusut tidak berbentuk ini. Sebelum itu, dia mengambil ponsel dan mengetikkan sesuatu di sana.

To : Mak Lampir
Fan, aku sama Raka udahan.

Rara keluar dari kamar mandi dengan baju kaos oversized dan celana pendek. Matanya menangkap bayangan Fany duduk di atas kasur sambil menyilangkan tangan di dada. Sorot tajam meminta penjelasan dari mata Fany jelas terlihat.

Rara mengambil ipad miliknya dan mendudukkan diri di sebelah Fany. "duh Fan, biasa aja deh ngelihatinnya"

"jadi kenapa kalian udahan? Kamu enggak lagi nge-prank aku kan?"

Rara tertawa. "emangnya aku gila konten apa"

"terus, ini beneran? Kamu udahan sama Raka? Serius kamu? Kok bisa?" Fany mencecar Rara dengan berbagai pertanyaan.

Rara meletakkan ipadnya sebal. Ditatapnya kedua mata Fany serius. Rara mengangguk. "I'm really done with Raka"

Rara diam.

"he said he wanted to study in Semarang. He said he didn't want a long distance relationship. He can't"

"Hah? Gimana? Dia minta udahan karena enggak mau LDR-an? Seriously? What the fuck with his bullshit!" seru Fany tak percaya dengan alasan Raka.

Rara bergumam mengiyakan. "iya, dia bilang gitu. Tapi ya udah sih, mau gimana lagi. Lagian aku enggak mau jadi penghalang dia buat ke Semarang. Dia juga harus nge-gapai cita-cita dia, Fan"

Fany menatap Rara iba. "are you okay Ra? Need a hug?"

Rara mengangguk. Membuat Fany langsung memeluk Rara erat. Fany membiarkan Rara meminjam bahunya untuk bersandar.

"okay, udahan ya sedih-sedihnya. Orang cerai aja bisa nikah lagi, apalagi yang cuma pacaran. Tenang aja Ra, you don't need to be worry, masih banyak cowok di dunia ini" kata Fany tersenyum berusaha menghibur Rara.

Fany memeluk Rara lagi. "udah sini, hari ini aku sewain bahu ini buat Rara Defanny. Boleh deh nangis sepuasnya. Tapi jangan lama-lama ya, laper nih, mending kita pesen makanan aja"

Perkataan yang keluar dari mulut Fany membuat Rara otomatis menoyor kepala gadis itu. Fany selalu bisa membuatnya tertawa. Bahkan di saat seperti ini. Rara benar-benar berterimakasih pada Tuhan karena sudah mengirim sahabat seperti Fany.

Di dalam hati Fany dan Rara sama-sama masih belum yakin. Alasan Raka pergi memang masuk akal. Tapi.. tapi ada sisi diri mereka yang tidak bisa menerima hal itu. Hanya saja, ya sudah lah. Semua sudah terjadi. Kini mereka cukup menatap ke depan. Hidup masih terus berlanjut. Waktu masih terus berputar. Semuanya tidak hanya berhenti karena ini saja.

***

Fiuh. Kisah mereka terungkap. Kisah yang ingin dikubur Rara dalam-dalam. Kisah yang tidak ingin ditarik lagi ke permukaan.

Jangan lupa vote nya ya, terima kasih 💜

Next, Bagian Enambelas

Ruang RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang