[16]

1.6K 82 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻

Rara berdiri menunggu Raka di gerbang sekolah sesuai perkataan Raka kemarin. Rara harus mendengar langsung jawaban dari Raka hari ini. Dia tidak bisa lagi menahan rasa penasarannya sejak kemarin.

Di kejauhan terlihat Raka yang mengampiri Rara dengan motor besar miliknya.

"hai Ra," Raka terkekeh. "kamu sepenasaran itu ya sampai beneran nungguin aku di sini"

Rara mendecak sebal. "gara-gara kamu nih aku sampai enggak nyenyak tidur"

Raka menyerahkan sebuah helm yang memang sudah ia siapkan kepada Rara. Setelah siap, keduanya pun meluncur meninggalkan kawasan sekolah menuju tempat yang tidak diketahui Rara.

Raka memberhentikan motornya di salah satu pusat perbelanjaan. Dia membawa Rara menuju salah satu tempat makan yang ada di sana. Setelah memesan menu, Rara tanpa segan mulai menginterogasi Raka.

"Jadi sekarang kamu harus jawab pertanyaan aku. Enggak boleh ngeles, kamu tau dari mana rumah aku?"

Raka tersenyum. Dia mengambil salah satu buku dari dalam tasnya. Kemudian membuka halaman yang sudah ditandai dengan sebuah pembatas buku. Raka mengambil pembatas buku itu. Lalu meletakkannya di atas meja.

"Kamu ingat ini enggak?"

"Ini.. ini kan, kamu dapet ini darimana? "

Raka tersenyum misterius menatap Rara yang keheranan.

"bentar, bentar, jangan bilang kamu.. Raka? Raka yang itu? Raka yang dulu sering aku kuncirin rambutnya? Raka anaknya Om Andi dan Tante Neli?"

Raka mengangguk mantap. Sebuah senyum bangga terbit di wajah tampannya.

Rara menutup mulutnya dengan kedua tangan. "tapi.. tapi kan kamu dulu hitam, jelek, dekil, pendek lagi"

"Ih Ra, body shamming nih"

Rara tertawa pelan. "itu mah kenyataan Ka. Tapi, kamu benar-benar berubah. Puberty really hit you, Ka"

Raka mengangguk setuju. "setuju, puberty really hit me. Gimana? Tambah ganteng kan aku? Kamu aja sampai enggak ngenalin"

Rara memutarkan bola matanya malas. Dia mengambil pembatas buku yang diperlihatkan Raka tadi. Menatapnya dengan penuh kekaguman.

"kok masih ada sama kamu sih, Ka? Masih kamu simpen"

Pembatas buku ini adalah sebuah bunga daisy kering yang dilaminating. Rara memberikannya pada Raka saat laki-laki itu berulang tahun yang ke tujuh. Rara dan Raka adalah teman kecil. Dulu, rumah Raka hanya berbeda dua rumah dari rumah Rara. Mereka sering bermain bersama. Raka yang selalu jadi boneka mainan Rara. Raka yang selalu pasrah saat Rara memaksa untuk menguncir rambut miliknya. Tapi tanpa Rara sadari, dari dulu Raka selalu melindungi Rara diam-diam.

Saat Rara dan Raka berusia delapan tahun, Raka pindah ke provinsi lain dan rumahnya dijual. Sejak saat itu, keduanya tidak pernah berkomunikasi bahkan bertemu lagi. Dan kini, mereka dipertemukan kembali oleh takdir. Ayah Raka ditugaskan lagi di kota ini, kota tempat cerita keduanya dimulai.

"kamu masih aja doyan minum jus alpukat ya Ra" ujar Raka sambil memberikan jus alpukat yang baru saja datang.

"Ini tuh minuman paling enak di dunia tau. Eh tapi ya, kok kamu baru sekarang sih nunjukin diri kamu ke aku, padahal kan kita udah satu tahun lebih sekolah bareng"

"aku juga baru tau kamu sekolah di sana pas kamu masuk OSIS. Lucu ya kita, satu sekolah, satu angkatan, tapi enggak saling tau"

Angkatan Raka dan Rara ada sekitar tiga ratus orang lebih. Kelas mereka pun berjauhan. Kelas Rara di lantai satu paling barat, dan kelas Raka di lantai dua paling timur.

Kedua insan itu melanjutkan makan siang mereka sambil sesekali bertukar cerita mengenai kehidupan mereka selama sepuluh tahun belakang. Setelah makan, mereka berkeliling pusat perbelanjaan menikmati cerita nostalgia berdua.

***

Raka memberhentikan motornya di depan pagar rumah Rara. Di sana terlihat Kinar sedang menyiram tanaman miliknya. Raka turun dari motornya. Berniat untuk menyapa Kinar.

"Loh, ada temannya Rara" sapa Kinar.

"Sore tante" Raka menyapa lalu mencium punggung tangan Kinar.

"Diajak masuk dulu temannya Ra" kata Kinar. "loh Ra, kenapa kamu malah ketawa-ketawa gitu coba, ajakin ke rumah dulu"

Rara memeluk lengan Kinar. "Ma, coba tebak deh itu siapa? Inget enggak?"

Kinar mencoba menggali ingatannya. Mencocokkan visual Raka dengan memori di otaknya.

"Dia Raka, Ma. Raka anaknya Om Andi dan Tante Neli. Raka yang dulu item , jelek, dekil, Ma. Yang dulu sering aku kuncirin rambutnya"

Kinar tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. "Raka nya Andi dan Neli? Ya ampun, kamu udah gede aja, Nak"

"iyalah tante, masa aku kecil mulu. Tante gimana kabarnya? Sehat?"

Kinar mengangguk, "sehat, ayo masuk ke rumah dulu. Udah lama kan kamu enggak main ke sini. Ayo buruan masuk. Tante baru aja selesai bikin bolu"

Ketiga orang itu memutuskan untuk masuk ke dalam rumah. Mereka berbincang-bincang singkat saling bertanya kabar dan kehidupan masing-masing. Banyak cerita yang ingin mereka dengar. Perpisahan bertahun-tahun membuat mereka saling rindu. Rindu akan kenangan dulu saat masih bersama.

***

Flashback masih berlanjut ya di bagian selanjutnya.

Jangan lupa vote nya, terima kasih 💜

Next, Bagian Sembilan [D]

Ruang RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang