[37]

1.3K 78 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻

Kedua mata Rara menatap langit-langit kamar kost Fany. Menerawang jauh memikirkan sesuatu. Fany yang melihat hal itu menepukkan kedua tangannya. Membuat lamunan Rara buyar seketika.

"Heh Ra, ngapain deh ngelamun gitu. Entar kesambet baru tau rasa"

Fany menyenderkan dirinya di bed board seperti yang Rara lakukan. "udah deh jangan mikirin si laki-laki brengsek itu lagi, enggak penting banget Ra, serius"

Rara mendengus sebal pada Fany. "Siapa juga yang mikirin dia"

Fany menatap Rara tidak percaya. "yakin nih?"

Rara mengangguk mantap. "Fan"

Fany bergumam merespon Rara.

"tadi Leo nembak aku" ujar Rara pelan.

Perkataan Rara sontak membuat Fany memutarkan badannya menghadap Rara. "terus kamu terima kan?"

Rara menggeleng. "belum, aku minta waktu. Hati aku lagi enggak sehat malem ini"

Fany mengelus lengan Rara pelan. "Aku ngerti kok. Tenang aja Ra, aku udah ngasih dia pelajaran gratis tadi"

Fany tersenyum bangga mengingat kembali tadi saat dia menampar wajah Raka. Benar-benar momen yang sangat Fany tunggu-tunggu. Kapan lagi dia bisa menampar wajah laki-laki brengsek seperti Raka.

"kamu ngapain dia Fan? Fan, kamu enggak ngelakuin hal aneh-aneh kan?" tanya Rara dengan nada khawatir. Pasalnya meski kelihatannya lemah dari luar, tapi Fany ini jago bela diri.

Fany terkikik geli. "Enggak kok Ra, I swear. Dia masih sehat sejahtera sentosa kok" Kemudian Fany teringat sesuatu. "Tapi ya Ra, kalau dipikir-pikir, Leo sama Raka itu mirip enggak sih, kelakuan mereka maksudnya"

Mendengar ocehan Fany membuat Rara ikut memikirkan hal tersebut. Sepertinya Fany benar. Jika dipikir-pikir lagi perilaku Leo dan Raka padanya memang mirip.

Leo dan Raka yang sama-sama suka mengacak rambut Rara.

Leo dan Raka yang sama-sama suka bertengkar dengannya.

Leo dan Raka yang sama-sama sering melindunginya dalam diam.

Leo dan Raka yang sama-sama menjadi poros hidupnya.

Hanya saja, mereka beda waktu. Raka yang dulu menjadi pemeran utama dalam kisah hidup Rara. Namun kini, ada Leo yang menjadi pemeran utamanya.

Rara mulai mempertanyakan hatinya. Apa benar dia juga menyukai Leo? Apa dia benar-benar nyaman dengan kehadiran Leo di sisinya? Apa dia benar-benar peduli dengan laki-laki itu? Atau, dia hanya melihat Leo sebagai Raka, karena keduanya begitu mirip.

Kilas balik kenangannya bersama Leo tiba-tiba saja terputar kembali. Begitu juga dengan kenangannya bersama Raka. Sial. Hampir semua yang dilakukan Rara dengan Leo sama dengan yang dilakukannya dengan Raka dulu sewaktu mereka masih menjalin kasih.

Rara menatap gelang hitam polos yang ada di hadapannya. Ada liontin kecil berbentuk huruf R menggantung di sana. Semua orang mengira ini inisial namanya, padahal bukan. Ini inisial nama Raka. Dulu Raka yang memberikan liontin ini pada Rara.

Rara masih menyimpan liontin itu selama ini. Namun, semenjak Raka datang, Rara tidak pernah lagi memakaikan liontin di di gelangnya. Rara takut kalau Raka akan mengetahui isi hatinya. Sebab sebenarnya sebagian kecil hati Rara masih berharap pada Raka. Berharap Raka akan kembali dan melanjutkan kisah mereka yang terhenti dulu.

Rara memejamkan kedua matanya. Dia harus benar-benar membuang Raka dari hati dan pikirannya. Melepaskan sebagian kecil hatinya yang masih menginginkan Raka. Rara menghela napas berat. Entah kenapa beberapa hari ini menjadi hari yang begitu sulit untuknya. Setelah bertemu lagi dengan Raka, semua hal yang terjadi seolah sangat sulit. Rara sangat lelah. Bukan cuma fisik, tapi hati dan pikirannya juga lelah.

"Fan, tidur yuk"

Fany mengangguk mengiyakan ajakan Rara. Dia kemudian mematikan lampu kamar. Kedua gadis itu pun terlelap dalam tidur mereka. Membiarkan jiwa dan raga mereka beristirahat malam ini.

***

Rara kembali patah hati. Kembali merasakan kekecewaan. Urusan hati benar-benar menguras tenaga.

Jangan lupa vote nya ya, terima kasih 💜

Next, Bagian Duapuluh

Ruang RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang