[27]

1.3K 79 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻

Rara mematut dirinya di depan cermin full body yang ada di kamarnya. Memastikan penampilannya sudah sempurna. Sebuah jumpsuit berwarna abu-abu ia padukan dengan kaos lengan pendek berwarna pink. Rambut panjangnya ia biarkan saja terurai.

"Ra! Raka udah datang nih" indra pendengaran Rara menangkap suara Kinar dari lantai bawah.

"iya Ma, suruh tungguin sebentar" seru Rara.

Rara mematut dirinya lagi di depan cermin. Benar-benar memastikan penampilannya sudah sempurna. Merasa siap, Rara turun ke bawah menemui Raka yang sudah datang menjemput. Rencananya dia dan Raka hari ini akan pergi jalan berdua. Seperti kebanyakan pasangan lainnya di hari minggu.

Raka dan Rara saling tersenyum saat melihat satu sama lain. Kinar yang melihat hal itu menjadi ikut tersenyum.

"Tante, kita pamit dulu ya. Raka pinjem Rara nya Tante bentar ya, Tan" kata Raka meminta izin. Dia mencium punggung tangan Kinar berpamitan.

Kinar mengangguk. "hati-hati, jaga Rara untuk Tante"

Rara mencium punggung tangan Kinar dan mengecup pipinya. "Ma, Rara pergi dulu ya sama Raka"

Rara dan Rara melangkahkan kaki mereka meninggalkan rumah. Raka memberikan helm yang selalu terpajang di motornya pada Rara. Dulu helm ini dibelinya khusus untuk Rara yang sering ia bonceng.

Rara dan Raka berencana untuk menonton film di bioskop yang ada di salah satu pusat perbelanjaan. Keduanya memilih untuk menonton film Despicable Me 3. Sembari menunggu waktu pemutaran film, mereka terlebih dahulu ke café yang ada di bioskop. Mereka membeli popcorn dan dua cup minuman dingin.

Selama penayangan film Rara tidak bisa berkonsentrasi sama sekali. Dirinya terus saja dijahili oleh Raka. Seperti saat dia ingin mengambil popcorn, Raka dengan sengaja menjauhkan bucket popcorn itu. Rara yang fokus menonton pun hanya meraba-raba angin saja. Ketika sadar popcornnya hilang, Rara langsung menoleh pada Raka. Benar saja, popcorn itu sudah berpindah tempat menjadi berada di kursi kosong di sebelah Raka.

Rara yang sebal menginjak kaki Raka. Raka mengaduh kesakitan yang langsung mendapat tatapan tajam dari orang-orang yang ada di dalam bioskop. Sadar akan hal itu, Raka menunduk meminta maaf. Dia mencubit hidung Rara gemas.

"sakit Ka, ih entar jadi kayak pinokio hidung aku" seba Rara berbisik sambil memukul tangan Raka agar melepas cubitan di hidungnya.

Raka melepaskan cubitannya dari hidung Rara. "biarin aja, pinokio kan bikin gemes"

"dih, dari sisi yang mana coba kamu bisa mendefinisikan pinokio itu ngegemesin"

"Kepo"

Rara memanyunkan bibirnya sebal dengan jawaban terakhir Raka. Dia kembali memfokuskan perhatiannya pada film tentang makhluk-makhluk kuning yang ada di layar bioskop.

Setelah menonton film, Raka dan Rara mendatangi salah satu tempat makan yang ada di pusat perbelanjaan itu. Keduanya duduk saling berhadapan. Rara memperhatikan raut wajah Raka. Ada gambaran kegelisahan di sana. Rara tau itu.

Sejak bertemu Raka di rumahnya, Rara tau ada yang tidak beres di sini. Rara memperhatikan laki-laki itu sampai sekarang. Raka berusaha untuk terlihat baik-baik saja. Bertindak seperti biasa saat dirinya bersama Rara. Tapi Rara tidak merasakan kehadiran Raka. Memang, raga Raka ada bersama dia seharian ini, tapi tidak dengan jiwanya. Raka gelisah. Ada yang mengganggu pikiran laki-laki itu. Dan Rara bisa merasakannya.

"Ka, are you okay?" tanya Rara memulai percakapan.

Raka mengangguk. "i'm okay sweetheart, what's wrong?"

"enggak kenapa-kenapa sih, cuma kamu kelihatan gelisah aja hari ini. Ada masalah? Mau cerita sama aku?"

Raka terdiam. Dia tidak tau harus menjawab apa pertanyaan Rara. Cukup lama keheningan menyelimuti keduanya. Hingga akhirnya Raka bersuara.

"Ra"

Rara bergumam merespon Raka. Memberi isyarat bahwa ia masih menaruh perhatian pada Raka.

"aku pikir kita sampai di sini aja"

Hening.

Rara berusaha mencerna perkataan Raka. "maksud kamu, Ka?"

"we're done. I don't think we can continue this relationship"

Napas Rara tercekat. Seolah-olah oksigen mulai menipis di udara. Rara mencoba untuk terlihat ssetenang mungkin di hadapan Raka. Meski dalam hati Rara sudah gelisah tidak menentu.

"why? I have the right to know the reason, right?"

"aku mau kuliah di Semarang" Raka terhenti. Dilihatnya Rara yang terdiam. "Maafin aku Ra, aku egois. Aku lebih milih diri sendiri. Aku enggak sanggup kalau harus LDR-an"

Hening.

Lagi.

Rara tersenyum. Senyum yang bisa membuat siapa saja yang melihatnya ikut meringis merasakan sakit hati pemiliknya.

"heem, oke, aku enggak mau jadi penghalang kamu menggapai cita-cita kamu. I accept, we're done"

Raka menggenggam tangan Rara. Berkali-kali ia mengatakan maaf pada Rara. Raka benar-benar merasa bersalah. Seharusnya dia tidak menyakiti Rara seperti ini. Seharusnya dia yang terluka. Bukan Rara. Karena ini semua berawal dari dirinya sendiri. Dan Rara tidak pantas untuk menjadi orang yang tersakiti di sini. Harusnya dia. Dia yang pantas untuk tersakiti.

"Hey Ka, listen" Rara menggenggam balik tangan Raka. "you don't have to say sorry to me. It's okay. I can understand your reason"

Raka menatap Rara dalam. Dia jelas tau Rara berusaha tegar. Raka tau Rara sudah lelah menahan tangis yang akan pecah kapan saja.

"udah ah, Ka. Daripada kamu minta maaf terus, mending kita makan aja. Udah dingin nih" kata Rara. Dia melepaskan tangan Raka dari tangannya dan mulai menyantap makanan yang ada di atas meja dalam diam.

Setelah makan, Raka mengantar Rara pulang ke rumah sesuai permintaan Rara. Tidak ada obrolan seperti yang biasa mereka lakukan selama perjalanan menuju rumah Rara. Hanya keheningan yang menyelimuti mereka. Baik Rara maupun Raka tidak ada yang berniat untuk membuka suara. Mereka hanya termenung dengan pikiran sendiri.

Rara memberikan helm yang dipakainya pada Raka. Dia tersenyum tipis. "Aku masuk dulu ya, thanks buat hari ini"

Baru saja Rara akan melangkah, Raka buru-buru meraih tubuh Rara dan membawanya masuk dalam dekapannya. Raka memeluknya erat. Seolah tidak ingin Rara lepas dari dekapannya kali ini.

"Maafin aku Ra, maafin aku"

Rara membalas pelukan Raka. Berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis. Berusaha semampu mungkin untuk terus sadar dan menikmati momen terakhirnya dengan Raka.

"it's okay Ka, it's okay" lirih Rara.

Raka melepaskan pelukannya pada Rara. Membiarkan Rara melanjutkan langkahnya menjauh dari dirinya. Dia sadar, setelah Rara melangkahkan kaki, cerita mereka tidak akan sama lagi. Tidak ada lagi orang yang mengucapkan selamat pagi dan selamat malam untuknya. Tidak ada lagi yang cerewet padanya. Tidak ada lagi 'Raranya Raka'. Semua sudah usai.

Raka dan Rara selesai.

***

Okeh, Rara dan Raka selesai. Sepenggal kenangan kembali menyeruak.

Jangan lupa votenya ya, terima kasih 💜

Next, Bagian Limabelas [B]

Ruang RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang