Awal Mulai

190 30 2
                                    

Tepat sudah 5 hari setelah kecelakaan Amrul. Keadaannya stabil akan tetapi belum membuka mata. Hujan yang mengguyur bumi menandakan langit seakan mendukung rasa sedih keluarga Amrul. Tak terkecuali Rina, tak sedikit pun waktunya ia lewatkam dirumah sakit tanpa melihat keadaan Amrul sendiri.

"Assalamu'alaikum tante" Ujar Rina memasuki Kamar rawat Amrul

"Wa'alaikumussalam" jawab Diana tersenyum

Rina melihat saksama monitor yang menampilkan tanda-tanda vital Amrul.

"Semuanya stabil tante. Semoga sebentar lagi kak Amrul sadar" ujar Rina sambil mengatur kembali tetesan impus Amrul.

Rina dan Diana berlanjut saling berbagi cerita. Kembali akrab sama seperti awal mereka bertemu sewaktu SMA. Begitu amat seru mereka berbagi cerita, hingga tak sadar bahwa Amrul sudah membuka matanya.

"U-umi" panggil Amrul dengan bergetar

Diana yang mendengar panggilan Amrul segera bangkit dan menghampiri Amrul.

"Alhamdulillah, sayang. Kamu sudah sadar" ujar Diana mengucap syukur

"Alhamdulillah kak Amrul sudah sadar. Rina cek dulu yah kak" ujar Rina bahagia

"Azrina" ujar Amrul tersenyum

Rina mengarahkan stetoskopnya pada dada amrul, mengecek detak jantung amrul. Setelah Rina memeriksa kondisi Amrul dan menyatakannya semuanya stabil. Diana menuntun Amrul untuk minum air sedikit demi sedikit.

Rina memperhatikan interaksi antara ibu dan anak di depannya. Sebagai seorang dokter dia bersyukur Kak amrul sudah mulai membaik. Lekukan senyum dari bibir Rina tak pernah hilang. Ia merasa begitu bahagia.

"Azrina" ujar Amrul

"Iya kak?"

"Maafin kak Amrul yah" ujar Amrul sambil tersenyum sendu

"Maaf? Untuk apa?" Ujar Rina heran

"Maaf atas kesalahan kak Amrul dulu" ujarnya

Rina yang tadinya tak henti-hentinya tersenyum, pandangan yang tersirat kebahagiaan berubah. Dia diingatkan lagi akan masa lalu yang begitu membuatnya sakit dulu.

Rina berusaha tersenyum "Gak kak Amrul, itu semua bukan salah kak Amrul. Jangan ingat lagi hal itu" Ujar Rina lemah

Tak disangka air mata Rina lolos dari pelupuk matanya. Mengingat kembali semua hal yang telah ia lalui dan telah banyak menoreh luka pada hatinya.

"Maaf kak Amrul mengingatkanmu" ujar Amrul merasa bersalah telah kembali membuat Rina meneteskan air mata karenanya.

Rina mengusap air mata di pipinya "Gak kok kak, Rina gak papa" ujarnya

Diana menghampiri Rina lalu mendekapnya ke dalam pelukannya, mengusap pucuk kepala Rina untuk menenangkan anak dari sahabat suaminya itu.

"Udah salah tumpahkan semua tangisanmu, cerita sama umi" ujar Diana

Rina kembali meneteskan air matanya yang semakin deras.

"Umi, apa Rina gak berhak merasakan kebahagiaan yang Rina inginkan?"

"Tidak sayang, tidak seperti itu. Allah mengatur semuanya untuk kebahagiaan Rina yang nantinya tak terbendung. Rina harus percaya itu" ujar Diana

Diana melepas pelukannya, meminta Rina duduk di kursi dekat Amrul. Menyuruh Rina untuk melepas semua beban dihatinya, memintanya untuk berbagi cerita.

"Dulu Rina pikir Andri orang yang tepat yang bisa membatu Rina menghapus luka Rina sebelumnya. Setelah Abi, bang aswad, dan kak amrul. Andri lah laki-laki yang selalu menjadi pendukung Rina di London. Tapi ternyata semua itu gak seperti yang Rina harapkan" ujar Rina dengan lemah

AMRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang