BAB 4, PERTEMUAN

4 2 2
                                    

-POV AUTHOR


Hari yang dijadwalkan itu akhirnya tiba juga. Hari apa itu? Itu adalah hari pertemuan antara pemain film pilihan Venus Picture dengan sang sutradara dan penulis naskah.

Sacia mematut penampilannya sekali lagi di cermin. Cukup rapi dengan rok span dan kemeja yang ia pilih, lalu dipadukan dengan flat shoes yang mempermanis penampilannya. Ini pukul sepuluh pagi, di hari senin. Kakaknya Nadya sudah pasti tidak ada, karena harus pergi mengajar. Setelah merasa seluruh pakaiannya pas pada hari ini, Sacia segera turun dan terus berangkat. Ia tak sempat sarapan karena bangun terlambat. Rasa penasarannya pada siapa yang ada di balik penulisan naskah film ini membuatnya susah tidur setiap malam. Bisa dibilang, nama Abian Putra Sadewa telah menguasai seluruh alam pikirannya.

***
Kantor Venus Picture pada pukul sebelas siang. Sacia menghela napas gusar Ketika pintu lift lama terbuka, sementara dirinya sudah terlambat beberapa menit.

Brukk! Seseorang berlari cepat, menabrak Sacia dari belakang sampai terjatuh. Setelah Sacia berhasil bangun dari posisi terjatuhnya, ia segera menoleh kepada orang yang menabraknya tadi. Maksudnya sih ingin marah-marah. Tapi...

"Mbak, maaf, saya buru-buru tadi. Tapi pas sampe sini pintu lift-nya pun belum terbuka. Saya kira saya sudah telat..." Sacia membuka dan menutup mulutnya berkali-kali, saking kaget dan bingung harus berreaksi apa. Ia melihat, bahwasannya pria yang ada di hadapannya ini begitu... Tampan.

"E-Eh, iya, nggak papa kok pak, eh mas, eh mbak... Eh..." beruntung setelah situasi super canggung di antara mereka itu, pintu lift langsung terbuka. Dan karena sudah terburu dengan waktu, akhirnya keduanya masuk Bersama-sama. Kebetulan, lift-nya juga lagi kosong. Heh kalian, author sih Cuma mau pesan satu hal aja ya. Canggung boleh, salting boleh, tapi masak udah jelas-jelas penampakannya cowok begitu malah dipanggil mbak, sih?

***

Pak Bondan dan yang lain tersenyum saat melihat Sacia datang Bersama seseorang di belakangnya.

"Ah yaa, sudah kuduga Cia akan datang... Dan oh, apa kalian sudah saling kenal?" tanya Pak Bondan antusias kepada Sacia dan pria di sampingnya.

"Belum pak, Cuma tidak sengaja bertemu di lift..." jawab Sacia seraya duduk di sebelah Nova, temannya sesama aktris.

"Laaa... Ini, Cia, penulis naskah film itu. Abian, ini Sacia. Sacia, ini Abian..." kata Pak Bondan memperkenalkan mereka berdua. Masih dengan suasana canggung yang sama, Sacia dan Bian saling berjabat tangan dan memperkenalkan diri masing-masing. Setelah semua saling mengenal, rapat pelaksanaan shooting-pun dimulai.

***
"Jadi Kak Bian ini orang yang ada dibalik penulisan naskah film ini?" Sacia memberondong pria dua puluh delapan tahun itu dengan pertanyaan yang sama sejak lima belas menit pertama waktu istirahat makan siang.

"Iya..." Bian menjawab dengan sabar. Menyadari kekeliruannya, Sacia tersenyum, dan lalu meneruskan menikmati makan siangnya, sebelum ia berbicara lagi.

"Hihi maaf ya kak, aku nanya terus ke kakak... Soalnya gak nyangka aja sih, kakak itu cute gitu kan, tapi kok tulisannya horror setengah thriller gitu, kayak nggak pas sama tampang aja..." Sacia tertawa.

"Ah bisa aja kamu..." Bian ikut tertawa. Emang bener sih, sebagai sebuah eh, seorang bapak beranak dua (dan bukan berbadan dua), dia memang masih keliatan imut dan suamiable banget buat para ciwi-ciwi yang masih jungkir-balik jumpalitan salto marathon buat nyari cinta sejati *halah.

"Kakak emang udah biasa ya nulis genre kayak gini?" suara Sacia terdengar lagi.

"Mmm nggak juga sih, kebanyakan aku nulisnya drama keluarga gitu, atau romansa khas FTV. Tapi mayoritas pasti ada adegan nangis-nangisannya..." jawab Bian.

"La terus kenapa pas aku yang main genre-nya malah beginian? Termasuk beruntung atau sial nih aku?" goda Sacia.

"Kamu mandangnya dari sisi yang mana nih? Kalau dari sisi genre-nya ini dan karena kamu baru akan bermain, mungkin aja kamu sial. Tapi kalau nanti film ini bisa jadi box office, kan otomatis namamu akan terbawa-bawa karena kamu sukses memerankan tokoh utama pada film ini, itu berarti kamu beruntung..." kata Bian. Sacia mengangguk-angguk paham. Padahal ia masih ingin bercakap-cakap agak lama dengan Bian, tapi sayang, sang script writer muda itu sudah keburu dipanggil sama temannya.

***
Elang menarik Bian agak ke sudut, dan ia berbicara dengan nada yang tegang, dan suara nyaris berbisik.

"Awas macam-macam lu, ya..." katanya.

"Macem-macem apaan sih, bang?" Bian nggak ngerti.

"Itu cewek berpotensi jadi penghancur rumah tangga elu, bego! Cakep sih cakep, artist juga, terkenal. Tapi kalau se-agresif itu mah gila, gak suka gue, gelaiiii!" kata Elang setengah emosi.

"Maksud lo Sacia?" tanya Bian.

"Ya iyalah! Siapa lagi?" Elang ngegas. "Pokoknya sampe ketahuan Kirana nangis gara-gara itu cewek masuk ke kehidupan keluarga kalian, lu liat ya..." ancamnya. Bian hanya mengangguk-angguk saja, karena terus terang dia bingung sama maksud dari sahabat terbaiknya setelah Gibran itu. Merasa sudah tidak ada yang dibicarakan lagi oleh Elang, Bian memilih untuk pergi dari situ dan Kembali kepada orang-orang Venus Picture yang akan meneruskan rapat siang sampai sore itu.

***
Kembali kepada Sacia. Sore itu, setelah rapat mengenai teknis pelaksanaan shooting Bersama team dari Venus Picture, ia Kembali ke apartemennya untuk beristirahat dan persiapan reading naskah besok. Tapi sebelum itu, ia mampir dulu ke sebuah super market dan membeli beberapa bahan makanan. Berhubung mood-nya lagi baik, ia ingin berbagi sedikit kebahagiaan dengan kakaknya dengan memasak menu makan malam untuk mereka. Lagian, emang nggak pernah ada ceritanya sih cewek berzodiak taurus ini mau turun ke dapur. Makanya hari ini dia ingin melakukannya. Bukan buat apa-apa juga sih, Cuma ya biar pernah aja.

***
"Jadi, ada angin apa ini adik kakak yang mageran tiba-tiba bikin pasta buat makan malam?" Tanya Nadya setengah menggoda, di tengah-tengah acara makan Bersama di antara mereka yang jarang sekali terjadi.

"Ya nggak papa, pengen aja..." Sacia tersenyum, dengan lahap menikmati pasta buatannya.

"Gimana pertemuannya? Lancar?" tanya Nadya lagi.

"Lancar banget kak... Besok udah mulai reading..." kata Sacia.

"Alhamdulillah... Seneng kakak dengernya. Semoga lancar sampai akhir ya, Cia..." kata Nadya tulus.

"Aamiin... Tapi hot news-nya bukan itu kak..." kata Sacia.

"La terus?" Nadya heran.

"Ini, tadi aku ketemu sama script writer dari film itu, dia ganteng banget, terus..." dan mengalirlah dengan lancar seperti pompa air yang baru saja hidup Kembali, segala cerita dari Sacia tentang sosok Bian yang baru sehari dikenalnya ; Bian yang humble dan sopan, Bian yang murah senyum, Bian yang ganteng, Bian yang seorang anak manusia (ya iyalah! Belom ada pengumuman resmi kalau doi akhirnya berubah jadi tupai, kan?)? Pokoknya gitu-gitu deh. Sampai-sampai kakaknya pusing tuh berhentiin ocehan adik satu-satunya itu. Serah deh ah, yang penting dia seneng. Pikir Nadya akhirnya.

(TBC).


Halooo... Hari ketiga nih yes... Disini udah imsyak guys. Selamat melanjutkan ibadah puasa yes...

Enjoy this story and see you next part 🐿🐿🐿🐿

SALAH JATUH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang