BAB 25, SELAMAT DATANG, BU ROSY

7 1 0
                                    

                Pintu mobil itu terbuka, memunculkan dua sosok berbahagia yang baru saja menjemput seseorang yang istimewa. Seminggu berlalu sudah, jadi, ini adalah saat yang dinanti-nantikan oleh semuanya.

                "Silakan turun, Bu Rosy," ucap Kirana riang seraya membukakan pintu penumpang bagian tengah.

"Ini apa-apaan sih, kagak bisa apa sambbutannya yang lebih normal dikit?" tanya Rosy.

"Ini normal kok tante, nggak sesar,," celetuk Bian.

"Dikata lahiran apa? Suwek emang gue punya ponakan satu nih,"

"Mamaaaaa!" belum sempat Rosy masuk ke dalam rumah, dua anaknya langsung merangsek maju dan memeluk ibu mereka. Ada sedikit prosesi tangis-tangisan disana, mengingat Rosy yang belum pernah lagi pulang ke rumah selama dua tahun ini, karena rutin melakukan perawatan, bolak-balik Indonesia-Singapur juga, praktis mereka bertiga jarang bisa ketemu, kecuali saat tiba waktu untuk menjenguk.

"I miss you, ma..." bisik Andin seraya masih terisak.

"I miss you to, my sunshine..."

"I miss you more, mama..." Nayyara tidak mau kalah.

"Me too, honey... Kalian berdua putri-putri cantik kesayangan mama..." kata Rosy seraya mengecup bergantian pipi kedua putrinya. Bian dan Kirana masuk ke dalam admosfer haru yang melingkupi teras rumah pada siang hari itu, dan ikut Bersatu dalam lingkaran pelukan mereka.

"Selamat datang Kembali, tante... Aku senang sekali tante bisa berkumpul lagi sama-sama kita disini, dalam keadaan yang sudah sembuh total seperti ini..." kata Bian. Kirana juga mengucapkan kata-kata serupa itu, tapi dia tetap panggil Rosy dengan sebutan "bu", bukan tante seperti Bian. Nggak tau kenapa, kayanya kurang terbiasa aja dia.

"Nah, sekarang, ayo kita masuk rumah, biarkan Bu Rosy duduk dulu, dan jangan dikerubutin begini. Sekarang, Andin sama Nayya bantu kakak beres-beres untuk nyiapin kkamar mama ya..."

"Siap, Kak Rana!" kata kedua remaja itu kompak, seraya mengikuti Kirana ke dalam rumah dan menuju kamar yang akan dibereskan.

"Aku Bahagia, tante..." kata Bian seraya membimbing tantenya menuju sofa di ruang keluarga.

"Apa lagi gue, lama nggak ketemu ponakan dan anak-anak, rasanya kayak bener-bener bebas dari kurungan tau gak keluar dari rumah sakit itu... BTW Bi, akhirnya gue tau penderitaan lo selama ini, kalau lo harus bolak-balik ke rumah sakit dulu, pemeriksaan ini-itu yang nggak kelar-kelar, minum obat yang jumlahnya banyak..."

"Dulu aku menjalaninya dengan berat tante, tapi sekarang nggak, karena aku punya tiga supporter yang senyumnya harus aku jaga setiap hari. Dan kayaknya, cepat atau lambat, proses seperti itu juga akan dialami oleh Gavin..." kata Bian setengah menerawang.

"Gue tau... Tapi yakin deh, Gavin pasti akan baik-baik aja selama orang tuanya yang sama-sama hebat ini selalu support dia," kata Rosy.

"Assalamu'alaikum, tante oma..." wah Panjang umur ni anak, baru juga diomongin, eh udah muncul.

"Waalaikum salam, jagoan... Apa kabar?" tanya Rosy seraya mengelus puncak kepala Gavin.

"Baik, tante..." kata Gavin seraya merosot ke pangkuan ayahnya, yang segera saja menangkap dan mendudukkannya. Tapi bentar, kalian ngerasa janggal nggak dengan panggilannya Gavin ke Rosy? Ya udah, kujelasin aja ya.

Jani begidi *kebalik. Jadi begini. Secara silsilah keluarga kan, Rosy ini tantenya Bian, ya kan? Berarti Andin dan Nayyara, sudah jelas adalah sepupunya Bian. Nah sekarang Bian nikah sama Kirana, punya anak. Rosy itu adiknya Tante Amel, mamanya Bian. Gavin dan Ara manggil mamanya Bian dengan sebutan oma. Nah secara otomatis, panggilan mereka ke Rosy juga semestinya itu oma. Tapi dasar Rosy, dia selalu ingin terlihat muda, walhasil ia tidak mau dipanggil oma oleh cucu-cucu dari kakaknya tersebut, dia lebih suka kalau dipanggil tante, lebih terdengar gaul dan muda katanya. Jadi itu sebabnya Gavin akhirnya manggil wanita ini dengan sebutan tante oma, katanya sih biar adil. Di satu sisi, Gavin ingin menyenangkan Rosy, tapi di sisi yang lain, dia merasa kalau Rosy itu juga neneknya. Maka terciptalah panggilan yang janggal itu.

"Nah Bu Rosy, mari kita ke kamar, biar ibu bisa istirahat dulu," kata Kirana yang tiba-tiba datang, sambil membawa seprai di tangannya.

"Itu seprai buat apa, Ran?" tanya Bian.

"Ini yang mau dicuci, kan tadi aku ganti. Ayo, bu..." ajak Kirana seraya membimbing wanita itu untuk berdiri.

"Kalian ini lebay banget, ya, padahal gue bisa sendiri," Rosy tertawa, mengusap rambut Kirana. "Ya udah ayo, ke kamar. Kumpul semua aja, kita ngobrol." Putus Rosy kemudian.

"Iya deh, ayooo..."

***
Kirana sedang asyik menyiangi sayuran, Ketika tiba-tiba Andin datang seraya tersenyum kepadanya.

"Hey, happy banget, Ndin... Ada apa nih?" tanya Kirana.

"Nggak papa sih kak, Cuma seneng aja karena mama bisa Kembali lagi ke tengah-tengah aku dan Nayya..." kata Andin.

"Kakak tau itu, dan kamu memang pantas Bahagia, sayang," ucap Kirana tulus. Andin tersenyum, lalu memeluk sepupu terbaiknya itu.

"Kakak jangan sedih, kakak harus kuat."

"Eh eh, ada apa ini kok mellow-melowan begini?" tanya Rosy, sesampainya dia di dapur.

"Nggak papa ma, hanya ngebahas marathon drakor yang kita tonton semalam..." jawab Andin.

"Hilih, no tipu-tipu deh. Mama tau lho Ndin, sesedih apa perasaan kakakmu satu ini. Emang dasar aja dianya sok kuat," kekeh Rosy.

"Aku juga mikir gitu sih, ma," kata Andin. Akhirnya mereka berdua sama-sama tergelak, seiring dengan wajah Kirana yang memerah. Selamat datang Kembali, Bu Rosy. Aku ikut Bahagia.

(TBC).

SALAH JATUH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang