BAB 22, KEPUTUSAN NAYYARA

6 1 2
                                    

-Pov Nayyara

"Kamu ini bagaimana sih? Emang Kirana itu siapa kamu sampai berani mengintervensi keinginan kamu segala?" suara seorang wanita menggelegar, rasanya hampir menulikan telinga. Tatapannya juga garang, seolah aku selalu siap ditelannya bulat-bulat. Tapi aku tak boleh begini, aku harus melawan, Kak Kirana tidak seharusnya dibeginikan, apa lagi dipertanyakan siapa kedudukannya bagiku. Gelud aja sama aku kalau sampai berani mengusik kakak sepupu baikku itu.

"Kak Kirana itu sepupu saya, Miss..." jawabku dengan lantang.

"Heh, tapi dia nggak punya hak apa-apa dalam mengatur hidup kamu, dia kan nggak ngajarin kamu Teknik vocal yang baik dari awal sampai akhir..."

"Tapi dia ngebiayain sekolah saya, sekolah music, makan juga, dan yang lain... Miss melakukan itu ke saya nggak?" kataku sewot. Kok bisa-bisanya seorang tenaga pengajar ngomong nggak ada akhlak begini ke siswanya.

"Jadi Cuma soal balas budi, ya? Cih!" guru vocal-ku itu memandangku dengan sorot penuh penghinaan. Sabar, Nayya, sabar, tahan-tahan dulu emosi, masih puasa ini.

"Memang ya, susah kalau dilahirkan dari keluarga yang miskin, apa-apa mikirnya balas budi, apa-apa balas budi. Pantesan aja hidup kalian nggak maju-maju, diinjak-injak terus kan sama balas budi itu, hahahaha..." BRAKK! Kugebrak kuat-kuat stand book yang ada di depanku ssampai terbalik dan nyaris menimpa Miss Karin, guru vocalku.

"Balas budi akan terasa mudah dilakukan oleh orang-orang yang tau terima kasih dan sadar diri, dan akan sulit dilakukan oleh orang yang nggak bersyukur atas kenikmatan hidup dan nggak tau diri..." kataku. Sudah cukup kesabaranku disedot habis sama perempuan ini sejak tiga hari yang lalu, tepatnya sejak aku memutuskan untuk tidak mengikuti audisi kompetisi menyanyi itu. Omong-omong, sebenarnya ia memilihku juga bukan karena apa-apa, murid dia disini tinggal aku, dan ia tidak ingin kalah oleh Mis Jihan, guru vocal lain yang ruangannya persis di sebelah kanan ruang mengajar Miss Karin. Miss Jihan mendaftarkan salah satu anak muridnya untuk mengikuti kompetisi itu memang karena anaknya yang mau, justru Miss Jihan malah khawatir, karena beliau sendiri seorang penyanyi, yang Namanya sudah malang-melintang di industry hiburan tanah air.

"Jangan dikira jadi artis itu gampang... Persaingan dunia hiburan itu sejatinya, baik offair ataupun onair sama aja, sama-sama ganasnya..." begitu katanya, Ketika suatu kali kutanya, kenapa dia begitu khawatir saat muridnya (Michelle), sangat bersemangat untuk mengikuti kompetisi itu.

"Kamu kurang ajar ya, Nayyara!" kata Miss Karin yang tersulut emosi. Ia bangkit dari kursinya, berusaha menarik rambutku. Aku bergerak cepat, menepis tangan kotornya agar tak bisa menyentuh bagian tubuhku satu inci pun. Enak aja, ini badan, kepala, semua difitrahin woi, dijaga baik-baik ama emak saya, ini malah mau disentuh sama orang yang ngelahirin enggak, ngasih makan juga enggak. Ditengah-tengah aksi seru kami yang sepertinya akan memulai baku hantam, tiba-tiba datang beberapa orang ke arah ruangan tempatku dan Miss Karin, lalu membuka paksa pintunya.

"Astaga Karin, kamu ngapain sih berdua sama Nayya tiba-tiba pada teriak gitu?" tanya seseorang. Dengan mata setengah terpejam karena menahan tangis, aku melihat Miss Jihan Bersama...

"K-Kak Rafa, K-Kak Kirana..." Miss Karin tercengang. Sepertinya apa yang ia lihat saat ini adalah hal paling mengerikan baginya, dibanding dipaksa nonton film horror full jump scared tepat pada tengah malam.

"Ran, kamu mau jemput sepupumu yang kamu bilang tadi itu, ya? Ah... Kalian sama-sama berbakatnya lho Ran, senang sekali saya bisa bertemu dengan sepupumu ini, lalu sekarang bertemu juga dengan kamu..."

SALAH JATUH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang