BAB 8, SHOOTING HARI PERTAMA

9 2 2
                                    

            Bian sudah siap di dalam mobil yang akan membawanya. Ia akan ke luar kota hari ini, untuk pelaksanaan shooting film horror yang ia terlibat di dalamnya.

"Sayang, aku berangkat dulu yaa... Kamu baik-baik di rumah..." kata Bian seraya mengecup puncak kepala istrinya.

"Iya... Kamu yang harusnya hati-hati sayang, kamu akan ke luar kota selama seminggu ini, untuk shooting sesi pertama. Kita juga nggak tau apa kamu pergi ke kota yang udaranya dingin atau hangat. Makanya udah kusiapin yang selengkap-lengkapnya di tas kamu, termasuk obat-obatan. Jangan lupa diminum ya..." pesan Kirana seraya balas mengecup kening Bian.

"Heh, heh, udah dong pacarannya... Gue aja nggak diginiin sama istri gue, jadi iri kan...." Kata Elang seraya masuk ke kursi pengemudi di samping kanan.

"Ashley bukan type perempuan yang berani mengungkapkan kata cinta Lang, but I know she loves you very much..." kata Kirana seraya menoyor pelan kepala Elang. Elang nyengir.

"Ya udah, gue jalan dulu yaa..." pamit Elang seraya menepuk pelan Pundak Kirana.

"Beres, deh... Titip Bian ya, kalau dia nakal buru-buru telepon gue aja..." canda Kirana. Elang mengangguk.

"Kalau nakal langsung gue rante kok dia... Ya udah ya, gue jalan dulu. Assalamu'alaikum..."

"Waalaikum salam..." Mereka saling melambaikan tangan sebelum akhirnya mobil yang ditumpangi keduanya benar-benar membelah jalan.

***
Akhirnya, hari yang ditunggu itu tiba. Pelaksanaan shooting yang sekiranya akan dilaksanakan minggu depan akhirnya dimajukan jadi minggu ini. Orang-orang dari Venus Picture sudah berangkat terlebih dahulu, memastikan lokasi dan Menyusun segala property. Bian sebenarnya tidak diwajibkan untuk datang. Hanya saja berhubung ini naskah horror karya pertamanya, jadi ia begitu antusias untuk mengarahkan secara langsung apa yang mesti dilakukan oleh orang-orang terpilih yang akan menjadi cast dalam cerita ini.

"Kayaknya kita akan ke daerah dataran tinggi deh, Bi. Nanti pake jaket lo ya..." Elang memecah kesunyian.

"Beres, bang..." Bian mengangguk, segera mengancingkan hoodie yang dipakainya sore itu. Dan ia juga merasa mobil yang ditumpangi mulai menanjak perlahan, mungkin sebelum maghrib mereka sudah akan tiba di lokasi.

"Nah kayanya ini nih... Tadi orang-orang Venus bilang mobil mereka diparkir nggak jauh dari sini..." kata Elang. Bian menurunkan kaca jendela mobil, melihat-lihat pemandangan berlatarkan senja yang temaram. Ia tersenyum tiba-tiba. Kirana suka sekali dengan senja. Secara iseng ia mengambil ponselnya, mengabadikan senja dengan kamera ponselnya. Kemudian ia mengirim foto terssebut kepada Kirana yang sudah tertinggal jauh di Jakarta.

[Ini senja pertamaku tanpa kamu. Kuharap kamu melihat potret senja yang sama juga dari sana. I love you, Rana.] tulisnya sebagai caption, melengkapi foto yang ia kirim pada kekasih halalnya itu. Selain itu, ia juga memasang foto berikut caption-nya pada story WA. Lalu secara misterius HP-nya mendadak jadi ramai. Bian terpaksa membuka satu-persatu isi chat-nya.

[Kayak kenal, Bi. Itu bukannya tempat kopdar lo pertama sama Kirana ya?]

[Kok gue merasa familiar ya sama tempat ini?]

[Senjanya bagus banget... Tapi itu bukannya Bukit Bintang, ya?] itu chat yang terakhir, dari Kirana. Bian melihat keluar jendela sekali lagi. Dan benar, ia mulai mengenali tempat ini.

"Anjir serius kita akan shooting disini?" tanyanya tanpa sadar.

"Iyaa... Kenapa?" Elang heran.

"Ini tempat bersejarah gue sama bini gue, cuy... Di tempat ini kita memulai semuanya... Tapi sayangnya, gue harus kesini sendiri sekarang..." kata Bian.

"Astaga udah mau Sembilan tahun usia pernikahan masih bucin aja lu... Ya udah VC bini lo sana, gue tungguin deh... Gue kan baik..." kata Elang. Bian mengangguk. Ia mengambil Kembali ponselnya, dan cepat-cepat melakukan panggilan video kepada istrinya.

"Assalamu'alaikum..." suara lembut seorang wanita mengawali dari seberang.

"Waalaikum salam honey... I-Ini bukit bintang..." kata Bian.

"Kan aku udah bilang... Tapi kayanya banyak yang berubah ya..." kata Kirana seraya melihat sang suami dan latar pemandangan di belakangnya dari layar ponsel.

"Banyak perbaikan kali ya... Maklum sudah lama nggak kesini... Gimana rumah, sayang?"

"Aman kok... Kamu baru sampe ya?"

"Iya nih... Udah dulu ya sayang, nanti kita sambung lagi... I love you... Assalamu'alaikum..."

"Waalaikum salam, I love you too..."

***
Sembilan tahun berlalu, banyak sekali perubahan yang tampak pada Bukit Bintang ini. Perubahan yang makin mencolok adalah karena banyaknya Kawasan penyewaan fila yang ada disana. Dulu Cuma satu-dua, sekarang hampir di setiap tempat ada Kawasan filanya.

"Kak Bian datang kesini dann nemenin shooting? Horeeee!" seru seorang gadis seraya melompat kegirangan dan berlari menemui Bian.

"Halo, Sacia..." sapa Bian seraya membetulkan tali ranselnya.

"Haaaiii kak..." kata Sacia yang sudah nyaris memeluk saking senangnya. Tapi aksinya itu keburu dicegah oleh Elang yang segera mengalihkan perhatian Sacia.

"Orang-orang Venus ada dimana? Mereka nitip tripot satu ke gue nih..." katanya.

"Oh itu di sebelah sana, kak... Ayo aku antar.." kata Sacia ramah seraya membantu Elang membawa tripot yang baru saja ia ambil dari dalam mobil. Bian tidak ikut berjalan di belakang mereka. Ia terlalu asyik menikmati pemandangan di Kawasan yang bersejarah dalam hidupnya ini. Mungkin juga, dia akan disitu sampai besok pagi seandainya Sacia nggak datang dan narik tangannya.

"Ayo kak, gabung aja sama kita... Kak Elang udah disana tuh. Kakak pasti laper, kan? Udah makan belum?" Sacia terus memberondong Bian dengan banyak pertanyaan seraya menarik juga tangan cowok itu agar ikut bersamanya.

"Maaf, Cia, aku gak bisa lari terlalu cepat," kata Bian seraya melepas tangan sang aktris muda dengan sopan. Dan sejujurnya, ia agak mual mencium bau parfum gadis itu yang sangat mencolok. Sacia, jelas berbeda dengan Kirana, yang serba kalem dari atas ke bawah, warna baju, pemilihan wangi parfum, wes pokoke kabeh-kabeh kalem.

"Bi..." elang segera menyambar tangan pria itu, membawanya ke salah satu fila yang akan ditempati mereka selama seminggu ini.

"Kenapa lo pucet banget? Sakit?"

"Nggak..." Bian menggeleng lemah. "Cuma rada mual gara-gara bau parfumnya Sacia, nyengat banget..."

"Lu pepet-pepetaan sama dia?" tanya Elang galak.

"Kagak bang, dia yang narik-narik tangan gue..."

"Lo awas aja macem-macem ya, Bi..." Elang mengultimatum. Bian menggeleng, tanda bahwa ia tidak akan dan tidak ingin melakukan apa-apa, apalagi sampai membiarkan dirinya tergoda oleh perempuan seperti Sacia. Daripada Elang terus-terusan ngomel, mending dia bantuin cowok itu beberes aja, sebelum shooting hari pertama ini dimulai nanti. Ya kan? Bagus gak idenya?

(TBC).


Horeeee akhirnya tayang episode 8-nyaa wkwk. Ok enjoy this story and see you next part 🐿🐿🐿🐿

SALAH JATUH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang