BAB 7, MERESAHKAN

9 2 4
                                    

Pagi hari, di kantor. Bian baru saja sampai setelah ia terjebak macet yang cukup lama, yang nyaris membuatnya emosi. Hari ini sebetulnya pekerjaan tidak terlalu banyak, tapi dasar Bian, ia selalu ingin segala sesuatu bisa tertangani dengan baik olehnya. Padahal dia punya team work, tapi emang begitu dia mah, nggak percayaan.

"Bi?" panggil Elang.

"Oi, kenapa, bang?" Bian cepat menoleh.

"Tumbenan telat..." katanya seraya berjalan menghampiri bapak dua anak itu.

"Macet tadi, keknya ada perbaikan jalan deh..." jelas Bian.

"Bukan apa-apa, masalahnya ada sesuatu kiriman di meja lo, yang kayaknya ditujukannya buat lo..."

"Kiriman? Kiriman apaan?" tanya Bian.

"Lihat sendiri aja..." kata Elang. Bian buru-buru masuk ke ruangannya, dan melihat lagi-lagi sebuah kotak berhias pita, persis seperti apa yang ditemuinya di rumah dua minggu lalu, kini teronggok di mejanya.

"Udah gila kali ya?" Bian menggebrak meja dengan perasaan kesal.

"Kenapa, Bi?" tanya Hanna, salah satu teman kerjanya yang kebetulan lewat.

"Eh nggak kok, tapi untung lo ke sini Han. Mendingan nih kotak lo bbawa ke ruangan lo deh, dibagi sama anak-anak yang lain..." kata Bian seraya mengangsurkan kotak berpita itu kepada Hanna.

"Lho, kok jadi buat gue? Ini dari bini lo kali?" Hanna heran.

"Nggak... Nih yang dari bini gue mah..." Bian menunjuk sebuah lunch box yang sangat lengkap dan isinya terlihat menggiurkan.

"La terus dari siapa? Jangan-jangan fans lo?"

"Gue bukan Li Min Ho, jadi kecil banget kemungkinan gue punya fans..."

"Kalau dari pembaca buku-buku lo gimana? Atau penikmat music dan lagu lo? Jangan sok nggak berdosa menganggap pekerjaan lo Cuma sebagai seorang script writer, deh," ledek Hanna.

"Semua karya gue itu diterbitinnya barengan sama bini gue... Ya ada sih yang solo, tapi kalau fans literasi nggak segila itu deh kayanya. Lo lihat dong, pitanya warna pink norak gitu, pelakunya pasti cewek dan lo pasti paham kalau itu bukan bini gue..." jelas Bian lagi.

"Iya juga sih... Terus siapa, dong?"

***

Sementara itu, di lain tempat. Sacia tersenyum puas mengetahui bahwa kue red velvet kirimannya berhasil sampai di tujuan dengan selamat tanpa kurang satu apapun.

"Semoga Kak Bian suka ya..." bisiknya senang.

"Ci, cepetan, bentar lagi running nih acaranya!" seru seseorang tak sabar.

"Iya, Mbak Flo, ini juga udah siap kok..." kata gadis itu seraya keluar dari ruang tunggu khusus di dalam studio TV. Yap, tentunya kalian tahu kan, siapa dia ini? Dialah Sacia Calista, sang aktris muda. Dan yang barusan memanggilnya adalah Florence, manager-nya. Sekarang, mereka sedang berada di Star TV, karena Sacia adalah bintang tamu dari salah satu program variety show. Acaranya bertajuk Star Show. Dan sebelum shooting, gadis 21 tahun itu sempat-sempatnya mengorder kue red velvet untuk dikirimkan kepada script writer yang belakangan ini mengisi hati dan pikirannya. Abian.

*** Kembali ke kantor Bian. Bapak dua anak itu meremas-remas rambutnya, tampak begitu frustasi. Perasaan semua pekerjaannya hari ini nggak ada yang berjalan dengan benar. Bian melirik malas jam dinding di ruangannya. Sudah pukul dua belas, mestinya ia istirahat dan makan siang. Tapi dia begitu malas rasanya. Mending dia telepon dulu istrinya, siapa tahu mood-nya Kembali. Tersenyum senang karena idenya sendiri itu, Bian mengambil ponsel dan segera menghubungi istrinya. Belum sampai deringan ketiga, istrinya sudah mengangkat.

SALAH JATUH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang