BAB 34, RENCANA

1 0 0
                                    

                Kantor Elang dan Bian, siang hari...

Rafa mengusap keringat yang bermunculan di sekitar dahinya dengan selembar sapu tangan, seraya menunggu pintu lift yang berdenting terbbuka. Ia begitu panik hari ini, panik melihat deretan foto-foto "potensial" pemicu terjadinya perang besar-besaran dalam rumah tangga sang kakak. Rafa hampir saja mendesis tak sabar dan mengumpat-umpat, tapi tidak jadi begitu pintu lift terbuka. Ia segera keluar dari lift dan berlarian menuju ruangan Elang.

***
"Duduk dulu, Raf," kata Elang seraya menarikkan kursi untuk pemuda jomblo dua puluh tujuh tahun itu.

"Lo kenapa kayak orang habis ngelihat hantu gitu sih?" tanya Elang penasaran seraya menyodorkan minuman dingin yang dia ambil dari kulkas kecil di sudut ruangan. Rafa menenggak dulu minuman tersebut sebelum menjawab pertanyaan dari Elang.

"Di instagram Sacia sama instagram Mas Bian sama-sama ada pengikut mereka yang merupakan fake account... Namanya kalau gak salah Sang_Pembburu. Nah terus yang aneh, dia ngirim foto-foto ini ke gue..." kata Rafa seraya membuka laptop dan satu folder berukuran satu giga berisi ratusan foto yang bisa mencopotkan jantung siapa saja yang melihat.

"Astaghfirullah halaziiiim!" seru Elang hampir tak percaya. Ia nyaris merosot dari kursinya melihat foto-foto yang barusan ditunjukkan Rafa. Ini semua yang terjadi selama mereka shooting, tapi Elang sama sekali tak tahu-menahu perihal ini.

"Ini kenapa bisa lolos dari pengamatan gue ya? Gila! Apa ini bisa dikatakan selingkuh?" Elang memukul-mukul kepalanya, tampak frustasi.

"Kalau dilihat-lihat sih ini belum menjurus ke arah perselingkuhan, bang. Tapi lu tahu kan photoshop? Nah dengan adanya bahan mentah sebanyak ini, ini bisa dimanfaatin sama pihak-pihak gak bertanggung jawab lho..." jelas Rafa.

"Bener juga sih... Tapi ada beberapa moment Bian membalas perlakuannya si Sacia juga kok, nih, kayak yang tiga ini... Kalau keterusan gimana?" kata Elang seraya menggerakkan cursor dengan mouse, kembali ke tiga foto yang sukses mendidihkan darahnya.

"Iya juga... Sekarang Mas Bian mana?" tanya Rafa.

"Ambil cuti, shooting udah beres kan. Dia lagi liburan sama istri dan anak-anaknya..."

"Dan dia nggak tau kalau semua kelakuan dia telah terabadikan?" tanya Rafa.

"Entahlah..." Elang mulai kelihatan meremas-remas rambutnya, saking kaget, bingung dan pusing memikirkan ini. Lagi tegang-tegangnya suasana di dalam ruangan itu, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu yang cukup keras.

"Siapa?" tanya Elang dan Rafa bersamaan.

"Hanna, ini mau anter tamu!" jawab suara perempuan dari luar.

"Masuk!" seru Elang. Hanna membuka pintu, dan membawa masuk tamunya yang berkursi roda. Tapi Rafa tidak fokus pada sang tamu, melainkan pada sang pembawa tamu yang terlihat cantik dengan riasan natural dan matanya yang besar dan terkesan jenaka.

"Ini, namanya Arga, katanya mau ketemu sama Elang dan Rafa..." jelas Hanna lagi.

"Oh, gitu... Makasih ya Han udah dianter kesini..." kata Elang.

"Iya sama-sama. Tadi dia sama satpam ke atasnya, soalnya di bawah masih tangga gitu, sulit kursi rodanya naik sini..."

"Ok, nggak papa. Sekali lagi thanks sudah mau nganterin Arga kesini ya, Han..." kata Elang.

"Iya sama-sama. Kalau gitu, gue balik ke ruangan ya, Lang. Daag!" seru Hanna riang seraya keluar dari ruangan besar milik Elang itu. Rafa menatap punggung gadis berkuncir kuda itu, sampai sosoknya benar-benar hilang ditelan pintu besar berwarna cokelat muda yang tertutup di belakangnya.

"Woi, sadar, woi!" kata Elang seraya melambaikan tangannya di depan wajah Rafa.

"E-Eh, sorry, bang... Saking terpesonanya nih gue..." Rafa nyengir.

"Paham gue. Hanna emang cakep. Ntar gue kenalin deh, tapi beresin dulu nih urusan perfotoan yang bisa menggegerkan rimba persilatan..."

"Jadi kalian udah terima foto itu?" celetuk Arga.

"Kok lo tau?" tanya Elang dan Rafa, nyaris berbarengan.

"Bentar, gue mau cerita..." kata Arga. Elang dan Rafa mengangguk, menantikan kelanjutan cerita Arga.

"Gue sedang menaruh curiga pada PH yang menangani film STH, bang..." katanya.

"Curiga gimana?" tanya Elang.

"Lo lihat ini deh, bang..." kata Arga seraya membuka laptop-nya juga, sejajar dengan laptop Rafa. "Ini saham kepemilikan Venus Picture sebelumnya. Yang megang ini bukan Pak Bondan Suprapto, melainkan Pak Faisal Adikarya... Tapi entah ada masalah apa, tiba-tiba perusahaan rumah produksi ini pindah tangan ke Pak Bondan..." jelas Arga lagi seraya membuka beberapa jendela internet di laptop-nya.

"Bukannya biasa ya perusahaan pindah tangan gitu?" tanya Rafa.

"Ho oh, perasaan gak ada istimewanya ah..." timpal Elang.

"Ada, bang... Gue juga awalnya mikirnya gitu, tapi bini gue kan lulusan business, dan dia nunjukin data-data ini karena dia udah belajar sebelumnya..." kata Arga. Elang mencondongkan tubuhnya pada laptop Arga yang terbuka, dan berusaha memperhatikan baik-baik apa yang ditunjukkan oleh Arga.

"La iya nih, kayaknya ada yang gak beres beneran deh... Masalahnya di webbsite resmi milik Venus, nama kepemilikannya masih atas nama Pak Faisal..." kata Elang.

"Nah kan... Tapi sebenernya bukan itu yang mau gue kasih tau..." kata Arga.

"Terus apaan?" Elang penasaran. Arga mengetik beberapa kombinasi angka pada keyboard laptop-nya, lalu layar laptop menampilkan gambar-gambar yang tidak dimengerti baik oleh Elang maupun Rafa, lalu...

"Ini apaan, Ga?" tanya Elang penasaran.

"Ini arsip rahasia milik website ini, dan salah satu isi dari arsip rahasia itu adalah foto-foto tadi yang jumlahnya nyaris satu giga..."

"Whaaaatttt?" Elang terkejut, melompat dari kursinya. Rafa juga sama, ia malah ternganga di depan laptop milik Arga yang sedang membuka arsip rahasia milik website Venus Picture. Berarti yang tadi itu password-nya dong? Terus darimana Arga bisa tahu?

"Yang punya akun instagram Sang_Pemburu itu gue... Gue emang kuliah DKV (Design Komunikasi Visual), tapi temen-temen gue banyaknya programer, dulu di kampus, sekarang di tempat kerja juga gitu. Cuma ngotak-atik HTML-mah gue bisalah dikit-dikit, Cuma pake rumus emang..." jelas Arga.

"Berarti lo juga yang komenin video IG-nya Sacia yang gitaran sama Bian?" tanya Elang.

"Iya... Gue mantau, soalnya kalau boleh dibilang, kalian kerja sama dengan Venus Picture ini cukup mengejutkan, pasalnya mereka kan udah berhenti beroperasi sejak dua tahun lalu, sekarang tiba-tiba mau nerima project begini, apa kalian gak curiga?"

"Terus hubungan dari semua ini apa, Ga?" tanya Elang penasaran.

"Gue rasa, Pak Bondan punya sebuah rencana..."

(TBC).


Hi hi, maafkan atas ke-slow update-an ini ya... Kayaknya cerita ini yang terlantar paling lama dengan progress yang juga lambat banget, vibes-nya beda banget sama waktu nulis sequel sebelumnya (yang sekarang masih PO, jadi, ayuk diorder, sebelum kehabisan). Ya udah, tungguin lagi kelanjutannya ya. Masih pada setia kan? Ok enjoy this story and see you next part 🐿🐿🐿🐿

SALAH JATUH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang