BAB 21, KOMPETISI MENYANYI

4 1 2
                                    

                Pagi hari, di dalam rumah. Kirana sedang gabut, tidak ada kegiatan. Pekerjaan rumah sudah selesai semua, Gavin sudah pergi sekolah, sementara Ara malah masih tidur. Bian juga udah berangkat kerja dari tadi, so, dia gabut dan ingin melakukan sesuatu. Maka ia pergi ke ruang membaca, dan memainkan piano yang tersedia di sana. Piano klasik itu begitu indah bentuknya, seperti pas dengan pemilik jari-jari yang akan menyentuhnya.

Kirana membuka tutup piano itu dengan sangat hati-hati, seperti khawatir akan terjadi sesuatu dengan piano itu apabila ia keliru sedikit saja saat menyentuhnya.

Kirana mulai menyentuh tuts-tuts piano itu dengan jari-jarinya. Mula-mula ia bingung, tapi lama-lama, nada-nada itu seperti menyatu dalam dirinya, dan satu rumah mulai semarak oleh permainan pianonya yang indah.

***
"Wow, keren..." Kirana baru menyelesaikan lagu terakhirnya, Ketika ia menoleh ke belakang dan terkejut karena kehadiran dua orang yang terlihat benar-benar kagum atas aksinya.

"Lho, Nayya, Andin, kalian baru nyampe apa gimana?"

"Nggak sih, dari tadi. Cuma kita menikmati permainan kakak aja, jadi baru kesini deh." Kata Andin.

"Yeee dodol. Jam berapa sekarang?" tanya Kirana.

"Setengah dua belas kak..." kata Nayya.

"Aduh iya, ini waktunya kakak jemput Gavin sekolah. Bentar ya?" kata Kirana seraya buru-buru hendak menutup piano, tanpa ingat kalau tangannya masih ada disitu.

"Kak stop!" kata Nayyara seraya menahan tutupan piano.

"Apaan?" Kirana kaget.

"Kakak mau apa tangan kakak cedera seminggu gegara ketiban tutup piano?" omel Nayyara.

"Astaghfirullah iya, tangan kiri kakak masih ada di atas sini... Untung diingetin, Nay. Ya udah, kakak berangkat jemput Gavin dulu ya?" pamit Kirana.

"Iya, kak, hati-hati..."

"Assalamu'alaikum..."

"Waalaikum salam."

***
Kembali ke rumah lagi. Gavin sudah ada di kamarnya, asyik main PS, berssama Nayyara yang juga sibuk ngerusuhin kakaknya main sampai harus disogok pake satu set boneka barbie yang jarang dimainin, biar anteng. Kini Kirana Kembali sendirian di dalam kamar, asyik melototin TV yang sedang menayangkan beberapa acara variety show milik negara sebelah.

"Kak, boleh Nayya masuk?" suara seseorang, lengkap dengan ketukan di pintu mengagetkan Kirana. Ia segera mengecilkan volume televisi, dan bergegas menuju pintu.

"Sebentar, Nay!" katanya seraya membuka pintu. Dan di depannya, terlihat Nayyara yang sedang asyik memegang ponselnya.

"Kenapa dek? Sini masuk." Pinta Kirana.

"Kak, coba baca ini deh." Nayyara menyodorkan ponselnya, sebelum ia berjalan Kembali untuk menutup pintu kamar.

"Apaan dek?" Kirana bingung.

"Baca aja dulu..." katanya. Kirana menurut. Ia segera membaca apa yang disuruh oleh adik sepupu suaminya tersebut.

SEGERA DIBUKA!

Pendaftaran audisi Star Singing Competition, hasil kerja sama antara Star TV dan Harmony Music School. Saatnya kamu para remaja berusia 13-21 tahun menunjukkan bakatmu, menampakkan cahayamu. Ini juga merupakan kompetisi yang tak biasa, dimana kita tidak hanya akan berfokus pada satu genre, kita menerima berbagai macam peserta dengan berbagai macam genre yang digelutinya, sebagai tanda keterbukaan kita atas sebuah keberagaman. Berikut syarat-syarat yang diperlukan :

1. Pas foto 3x4 sebanyak dua (2) lembar.

2. Daftar Riwayat hidup.

3. Isi form dengan klick link dibawah, beserta input data foto dan daftar Riwayat hidup.

Bagaimana, mudah kan? Ayo, daftarkan dirimu segera, dan jadilah bintang, tampakkan sinarmu!

Kirana menatap Nayyara dan ponsel di tangannya berganti-ganti. Kemudian ia bertanya.

"Kamu mau ikut ini?" tanyanya.

"Iya kak, ini atas saran guru vocal-ku, Miss Karin..."

"Tapi kamu sendiri mau nggak ikut ini?" tanya Kirana lagi.

"Mmm... Gimana ya kak?" Nayyara bimbang.

"Semua keputusan ada di Nayya... Tapi kakak mau kasih tau kamu sesuatu, bukan buat nakut-nakutin, tapi itulah yang kakak tahu..." kata Kirana.

"Apa, kak?" Nayyara penasaran.

"Persaingan kompetisi di televisi sama diluar televisi itu lebih berat televisi lho. Maksud kakak, acara kompetisi di TV itu penjuriannya nggak begitu real, ada intervensi dari mana-mana, dan bisa jadi bahaya banget, karena nggak jarang ada acara sikut-sikutan..." kata Kirana.

"Aduh kok serem, ya?" kata Nayyara.

"Serem emang, tapi itu faktanya. Tapi kalau kamu emang mau ikut, ikut aja nggak papa, Cuma jangan kecewa kalau nggak sesuai ekspektasi kamu. Kalau kamu mau jadi seorang public figure juga, kamu harus udah siap bukan hanya fisik, tapi mental kamu. Orang-orang di internet, semakin kesini semakin kejam dek. Dan artist, public figure, atau apapun itu bentuknya, itu adalah "boneka"-nya para netizen, karena mereka akan nuntut kamu atau para public figure itu untuk harus selalu tampil perfect seperti keinginan mereka. Hidupmu sudah tidak akan jadi milik kamu lagi Ketika kamu memutuskan menjadi seorang public figure..." kata Kirana. Nayyara membulatkan matanya.

"Ya ampun, ja-jadi, kasus banyak artist bunuh diri itu karena..."

"Karena mereka nggak Bahagia." Jawab Kirana. "Fans, atau orang-orang lain yang mengawasi, paparazzi dan segala macam, akan berubah menjadi hantu dan dictator, selalu membayangi dan mengintervensi hidup mereka..."

"Oh tidaaaaak!" Nayyara berseru tertahan. Ia tidak mau berubah menjadi mayat hidup hanya demi fans-nya... Hiii...

"Kakak tidak ingin memotong jalan menuju impian kamu. Tapi demi ALLAH, kakak hanya ingin menyelamatkan kamu. Kakak nggak mau mental kamu kenapa-napa..." kata Kirana tulus. Nayyara mengerti. Ia menangis di pelukan kakak sepupunya itu. Ia benar-benar ketakutan sekarang, ia tidak mau mempertaruhkan hal besar yang dimilikinya hanya untuk sesuatu yang kecil, yang boleh jadi hanya akan berlangsung sementara. Ia tidak rela bila bayaran atas mimpinya yang menjadi nyata adalah kehilangan orang-orang yang ia cintai dan juga mencintainya.

"Te... Terima kasih, kak..." katanya.

"Kalau satu pintu tertutup, masih banyak pintu lain yang bisa kamu coba. Setiap tempat akan ada rejekinya, setiap cerita akan membawa kita menuju jalan cerita yang lain. Tapi sekali lagi, kalau kamu memang ingin coba, cobalah. Kakak do'akan yang terbaik..." kata Kirana.

"Aku akan coba diskusi sama mama dulu kak. Karena semuanya juga harus didasari restu semua orang, terutama orangtua. Kalau restu orangtua sudah didapatkan, Insya ALLAH semesta ikut mengizinkan. Itu kan yang selalu kakak bilang kalau Nayya ada dalam kebimbangan?"

"Pintar sekali adiknya kakak ini... Ya sudah, nanti apapun keputusannya, kabari kakak ya." Kata Kirana seraya mengusap sayang puncak kepala Nayyara.

"Iya kak... Oh iya kak, Nayya tidur sini ya. Takut sendirian di kamar, Kak Andin kan udah berangkat kuliah..."

"Yeee, dasar..." Kirana ketawa, dan mencubit gemas pipi Nayyara yang masih dan akan selalu bulet itu, hehehe.

(TBC).

SALAH JATUH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang