BAB 12, NAYYA BERTANYA RANA MENJAWAB

4 2 0
                                    

Tok... Tok... Tok... Ketukan pintu yang cukup keras itu mengusik siang yang tenang. Seorang gadis berdiri gelisah di depan pintu, menunggu yang di dalam embukanya.

"Sebentar!" seru suara dari dalam seraya tergesa menuju ke pintu dan membukanya.

"Lho Nayya, kenapa Nay?" tanya sosok itu seraya melilit rambutnya dengan handuk.

"Kak Rana kenapa keramas jam segini?" tanya Nayya heran. Kalian juga pasti heran, kan? Ini Nayya yang pas kecilnya lengket banget sama Kirana, kemana-mana ngikut. Sekarang gedenya secantik ini, sudah mau tiga belas tahun usianya.

"Lho, emang kenapa?" Kirana balik nanya. "Tadi kakak kan habis berkebun, gerah banget, makanya keramas..."

"Oh... Kak, aku mau konsultasi boleh?" tanya Nayya malu-malu.

"Waduh konsultasi apa nih? Masuk lah dek..." kata Kirana seraya membuka lebar-lebar pintu kamarnya. Nayyara masuk dengan perasaan malu-malu yang kentara, membuat Kirana semakin gencar menggoda.

"Cieee, kamu kenapa kelihatan resah dan gelisah gitu sih?"

"Ngg... Nganu, kak. Kakak pertama kali dapet umur berapa?" tanya Nayyara hati-hati. Kirana mulai mengerti kemana arah pembicaraan gadis remaja ini.

"Kayaknya umur empat belas apa lima belasan tahun gitu deh, lupa kakak. Kenapa emang?"

"Aku.. Aku dapet kemarin..." kata Nayyara, nyaris berbisik.

"Alhamdulillah, selamat datang di dunia remaja, dek. Siapa yang udah tau ini?"

"Kakak Andin sama mama sih udah tau... Cuman gak tau kenapa, aku lebih nyaman kalau bertanya sesuatu ke kakak, aku nggak begitu malu jadinya..." Nayyara meringis.

"Emang apa sih yang mau ditanyain dek?" Kirana menjawil halus pipi bulat Nayyara.

"Gini... Kakak pertama kali jatuh cinta kapan?"

"Hah?" Kirana kaget.

"Serius aku nanyanya..." Nayyara meringis lagi. Kirana auto mengaduk-aduk benaknya, mengingat masa-masa awal menjadi remaja. Tapi kalau ditanya kapan pertama kali jatuh cinta, yang pasti pas dia sama Prayoga, dan itu zaman SMA. Kalau zaman SMP awal seperti Nayya ini...

"Kalau pertama kali jatuh cinta yang beneran gitu pas SMA dek, tapi waktu SMP, kakak pernah kagum sama kakak kelasnya kakak dulu, tinggi, putih, sipit matanya, dia atlet basket..." kata Kirana seraya menerawang, mengingat memorinya yang silam.

"T-Terus sempet kenalan atau bahkan jadian, nggak?" tanya Nayyara lagi.

"Kalau kenalan sih sempet, gara-garanya waktu itu ngembaliin topinya yang jatuh kebawa angin. Pas itu kebetulan kakak yang nemuin. Tapi kalau jadian sih enggak, soalnya dia udah punya cewek temen sekelasnya, Namanya Farah. Mereka sama-sama terkenalnya karena Farah adalah team cheerleaders kalau pas ada pertandingan basket..." kata Kirana lagi.

"Oh, berarti apa yang aku rasain ini wajar ya kak?" tanya Nayyara bersemangat.

"Apa tuh?" goda Kirana. Akhirnya, gadis remaja yang plek ketiplek sama bawelnya dengan sang ibu itu bercerita dengan gamblang tentang ia yang diam-diam mengagumi kakak kelasnya... Dan perasaannya hanya sebatas kagum, ia tidak berani mengembangkannya lebih jauh, karena ia merasa masih terlalu dini untuk mengenal dunia percintaan yang rumit itu. Dia juga sudah melihat, bahwa betapa banyak sekali orang-orang yang menjadi kacau hidupnya hanya karena persoalan satu itu. Makanya, ia berpikir untuk tetap pada jalur yang semestinya saja, ia tidak ingin diganggu dulu sama persoalan yang memusingkan kepala seperti itu.

"Jaadi begitulah, dek. Apa yang kamu rasakan ini wajar kok, apa lagi bila kamu juga punya pikiran hanya akan membiarkan perasaan itu hanya sebatas kagum, tidak melebihi yang seharusnya. Biarkanlah moment-moment saat kamu hanya bisa memandanginya dari jauh sebagai moment terindah yang akan terpatri dalam memori masa remaja kamu. Dan jangan lupa untuk mempunyai motifasi, bahwa suatu saat kamulah yang akan dikagumi, bukan hanya menjadi seorang pengagum, atau, kamulah yang akan dikejar, bukan kamu yang harus mengejar. Jadilah remaja yang mengenal cinta secara sehat, adikku..." pesan Kirana bijak.

"Makasih ya kak, siang-siang udah mau digangguin... Nayya janji, akan jadi perempuan seperti apa yang kakak katakan. Atau jangan-jangan, kakaklah orangnya, ya?" Nayyara tersenyum.

"Orangnya gimana maksudmu?"

"Kakak adalah sosok perempuan yang dikagumi dan tidak hanya mengagumi, juga sosok yang dikejar alih-alih mengejar... Kak Bian pasti beruntung banget dapet perempuan sekeren kakak..."

"Kamu salah. Kakak yang beruntung bisa Bersama dengan Kak Bian... Pokoknya itu aja sih pesan kakak. Dan kamu juga harus jadi perempuan kuat dan Tangguh, apapun yang terjadi nanti ya dek..." kata Kirana sungguh-sungguh.

"Insya ALLAH kak, aku akan menjadi seperti mama, Tante Amel, Kak Andin dan juga Kak Rana sendiri, figure wanita kuat yang terpilih oleh ALLAH untuk menghadapi ujiannya masing-masing. Dan makasih banyak kak udah mau direpotin..." kata Andin sungguh-sungguh.

"Kapanpun ada sesuatu yang ingin kamu tanyakan, datanglah ke kakak ya, sayang..." Kirana mengusap rambut Panjang Nayyara yang tergerai sampai ke pinggang.

"Iya, kak..." Nayyara yang manja segera berbaring di pangkuan Kirana, persis Ketika ia masih tiga tahun dulu. Dan nggak kerasa, sekarang dia sudah jadi remaja aja. Apa ini juga berarti bahwa Kirana jadi semakin tua? Peace, Ran. Jangan ngamuk, ya. Ampuuun.

(TBC).

SALAH JATUH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang